Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudy Kurniawan
"Latar Belakang. Keganasan merupakan etiologi utama ikterus obstruktif selain batu. EUS memiliki nilai diagnostik yang lebih baik dibandingkan MRCP dalam mendeteksi batu saluran empedu. Di Indonesia, belum ada penelitian yang membandingkan EUS dan MRCP pada kasus keganasan saluran bilier dan pankreas. Nilai diagnostik ini penting untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan diagnostik sehingga dapat diambil tatalaksana yang paling sesuai.
Tujuan. Mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas EUS dibandingkan MRCP pada pasien ikterus obstruktif karena keganasan.
Metode. Studi observasional analitik dengan mengumpulkan data rekam medik pasien usia > 18 tahun di RSCM yang terdiagnosis ikterus obstruktif diduga karena keganasan tahun 2014-2018 dan telah dilakukan pemeriksaan EUS dan atau MRCP sebelum dilakukan ERCP (baku emas). Dilakukan identifikasi hasil EUS, MRCP, dan ERCP, kemudian dilakukan analisis dengan IBM SPSS Statistic 20 untuk uji diagnostik.
Hasil Utama. Terdapat 54 subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana 53,7% di antaranya adalah laki-laki dengan rerata usia 56,48 ± 11,37 tahun. Tumor kaput pankreas merupakan jenis keganasan yang paling banyak dijumpai (50%) berdasarkan pemeriksaan ERCP. Nilai sensitivitas, spesifistas, NDP, NDN, RKP, RKN, dan akurasi untuk EUS masing-masing adalah 96%, 60%, 96%, 60%, 2.40, 0.07, dan 93%. Untuk MRCP, nilai masing-masing adalah 90%, 40%, 94%, 29%, 1.50, 0.26, 85%. Sedangkan nilai AUC dari EUS adalah 78% (IK95% 51%-100%), p = 0,041. Untuk MRCP, nilai AUC yang diperoleh adalah 64,9% (IK95% 36,2%-93,6%), p = 0,276.
Simpulan. EUS memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan MRCP pada pasien ikterus obstuktif karena keganasan.

Background Malignancy is the main etiology of obstructive jaundice besides stones. EUS has a better diagnostic value than MRCP in detecting bile duct stones. In Indonesia, there are no studies comparing EUS and MRCP in cases of biliary and pancreatic malignancies. This diagnostic value is important to improve the speed and accuracy of the diagnostic so that the most appropriate treatment can be taken.
Methods Analytic observational study by collecting medical records of patients aged> 18 years in RSCM diagnosed with obstructive jaundice suspected due to malignancy in 2014-2018 and EUS and / or MRCP examination before the ERCP (gold standard) was performed. EUS, MRCP, and ERCP results were identified, then an analysis was performed with IBM SPSS Statistics 20 for diagnostic tests.
Results There were 54 subjects who met the inclusion and exclusion criteria, of which 53.7% were men with an average age of 56.48 ± 11.37 years. Pancreatic head tumor is the most common type of malignancy (50%) based on ERCP examination. The sensitivity, specificity, PPV, NPV, LR+, LR-, and accuracy values for EUS are 96%, 60%, 96%, 60%, 2.40, 0.07, and 93%, respectively. For MRCP, the values are 90%, 40%, 94%, 29%, 1.50, 0.26, 85%, respectively. AUC value for EUS is 78% (CI95% 51%-100%), p = 0.041. Meanwhile, AUC value for MRCP is 64,9% (CI95% 36,2%-93,6%), p = 0.276.
Conclusion: EUS has better sensitivity and specificity values than MRCP in obstructive jaundice patients due to malignancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Pramoedya
"Latar Belakang: Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) adalah tindakan endoskopi yang kompleks yang memerlukan sedasi. Sedasi dalam tindakan ini penting untuk imobilisasi pasien sehingga prosedur lebih mudah dilakukan. Propofol cukup ideal sebagai obat sedasi,obat ini disukai karena awitan yang cepat dan waktu pulih yang singkat. Hampir sebanyak 80% propofol berikatan dengan albumin. Kondisi hipoalbuminemia sendiri banyak ditemui pada pasien yang menjalani ERCP. Kondisi hipoalbuminemia dapat memengaruhi kadar propofol dan fentanil bebas dalam plasma. Perbedaan awitan dan waktu pulih pada pasien hipoalbuminemia yang menjalani ERCP dengan sedasi propofol-fentanil belum pernah diteliti.
Metode: Penelitian ini adalah uji klinik Cross sectional, dilakukan secara tersamar. Pengumpulan subjek dilakukan secara consecutive sampling, masing-masing pasien diberikan sedasi dengan propofol kontinyu dosis 4ug/L, kemudian dilakukan pencatatan waktu hilangnya refleks bulu mata dan kembalinya kesadaran yang ditandai dengan kemampuan pasien mengikuti perintah menggenggam. Awitan dan waktu pulih kelompok pasien hipoalbuminemia dibandingkan dengan kelompok pasien kadar albumin normal
Hasil: Sebanyak 48 subjek diawal penelitian, 48 orang masuk kepada kriteria penerimaan. 48 subjek penelitian yang menjalani ERCP dengan sedasi kemudian dianalisis. Tidak terdapat perbedaan onset maupun waktu pulih antara kelompok hipoalbuminemia dan kadar albumin normal.
Kesimpulan: Perbandingan awitan kelompok hipoalbuminemia dan kadar albumin normal tidak menunjukkan perbedaan, begitu juga dengan waktu pulih kelompok hipoalbuminemia dan kadar albumin normal.

Background: Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) is a complex procedure that requires appropiate sedation. Propofol is considered as an ideal sedative with rapid onset and short recovery time. Almost 80% of propofol binds to albumin. Hypoalbuminemia, is a condition commonly found in patients undergoing ERCP, can affect the levels of free propofol and fentanyl in plasma. Differences in onset and recovery time in hypoalbuminemic patients undergoing ERCP with propofol-fentanyl sedation have not been studied.
Methods Similar number of hypoalbuminemic parients and patients with normal albumin level who underwent ERCP were collected consecutively. Each patient was given a dose of sedation with continuous propofol 4uG / L, then loss of eyelash reflex time and return of consciousness characterized by the ability of patients to follow the gripping command were recorded. The onset and recovery time of hypoalbuminemic patients were compared to patients with normal albumin levels.
Results A total of 48 subjects met the inclusion criteria. The median (range) onset of propofol in hypoalbuminemia group was 2 minutes (1 to 5 minutes), whereas normal albumin group was 3 minutes (1 to 4 minutes). The median (range) recovery time of propofol-fentanyl in hypoalbuminemia group was 10.5 minutes (6 to 17 minutes), while the normal albumin group was 11 minutes (8 to 20 minutes). The differences of onset and recovery time between two groups were not statistically significant (p=0,196 and p=0,422, respectively).
Conclusion: There were no differences in onset and time to recover of propofol and propofol-fentanyl in ERCP procedure between hypoalbuminemia group and normal albumin group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library