Skripsi ini membahas bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh Uni Eropa melalui kebijakan Renewable Energy Directive (RED) terhadap komoditi sawit yang berdampak pada negara produsen sawit diantaranya Indonesia dan Malaysia. Uni Eropa melakukan bentuk diskriminasi melalui skema Indirect Land Use Change (ILUC) dan sertifikasi sebagai syarat diberlakukannya RED. Skema ILUC memberikan hambatan non-tarif dan hambatan tarif. Komoditi sawit dikategorikan sebagai komoditi High Risk karena memiliki nilai ILUC yang tinggi, hal ini bedampak pada penurunan nilai jual sawit di Uni Eropa. Selain skema ILUC, sertifikasi Certification of Sustainable Palm Oil (CSPO) RED juga memberikan hambatan non-tarif yang membatasi masuknya komoditi sawit ke pasar Uni Eropa, hal ini dikarenakan sertifikasi CSPO-RED bersifat wajib bagi komoditi yang akan masuk kedalam pasar Uni Eropa. Kedua hambatan tersebut merugikan Malaysia dan Indonesia sebagai eksportir terbesar sawit ke Uni Eropa. Indonesia dan Malaysia dirugikan karena terkena dampak tarif biaya dari skema ILUC sehingga menurunkan harga jual minyak sawit, selain itu Malaysia dan Indonesia juga dirugikan dengan tidak diakuinya sertifikasi lokal MSPO dan ISPO yang tidak berbeda jauh dari CSPO-RED. Diskriminasi yang dilakukan oleh RED Uni Eropa dalam skripsi ini penulis jelaskan menggunakan analisis teori proteksionisme oleh Levy dan mengaitkannya langsung dengan prinsip Non-diskriminasi World Trade Organization (WTO). Bentuk proteksionisme RED Uni Eropa dianalisa berdasarkan tingkat transparansinya (Intentional), Incidental, dan Instrumental Protectionism.
Harga bahan bakar yang terus meningkat memaksa produsen otomotif untuk melakukan inovasi dalam meningkatkan efisiensi bahan bakar. Kendaraan hibrida khususnya konfigurasi Parallel Hybrid Electric Vehicle telah terbukti mampu meningkatkan efisiensi bahan bakar. Kunci utama dalam meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan hibrida terdapat pada pengendali Energy Management System yang mengatur kinerja mesin dan motor sehingga kendaraan dapat bekerja pada rentang kerja yang optimal. Desain sistem kendali akan menggunakan pengendali berbasis algoritma shortest path dalam mengendalikan Energy Management System pada konfigurasi Parallel Hybrid Electric Vehicle sehingga mampu mengoptimalkan pembagian daya selama perjalanan yang siklus berkendaranya telah diketahui sebelumnya. Perancangan dalam desain pengendalian dilakukan dengan mengidentifikasi model sistem kendaraan yang digunakan untuk mengetahui jumlah bahan bakar yang digunakan. Kemudian dari model sistem tersebut akan dicari nilai bahan bakar yang dibutuhkan selama berkendara dengan berbagai kemungkinan selama siklus berkendara. Lalu akan dibuat pengendali dengan mencari rute terpendek untuk menghasilkan urutan sinyal kendali dengan nilai yang paling optimal dan efisien. Tujuan dari sistem pengendalian ini adalah untuk menentukan besaran pembagian kinerja mesin dan motor sehingga kendaraan dapat bekerja dalam keadaan yang paling efisien. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa pengendali dengan algoritma shortest path mampu mengatur pembagian torsi mesin pembakaran internal dengan motor listrik dengan nilai yang optimal.
Increasing fuel price has forced automotive manufacturers to innovate in increasing fuel efficiency. Hybrid vehicles, especially Parallel Hybrid Electric Vehicle configuration have been proven to be able to improve fuel efficiency. The main key in term of fuel efficiency of hybrid vehicles is the controller of the Energy Management System that manages the performance of the engine and motor so that the vehicle can work in the optimal working range. The control system design will utilize a controller using shortest path algorithm to control the Energy Management System in the Parallel Hybrid Electric Vehicle configuration so it can optimize power distribution during the trip in which the driving cycle has been previously known. The design of the control design is done by identifying the vehicle system model that is used to determine total fuel used during driving. Then from the model, it will find the fuel value needed while driving with various possibilities during the driving cycle. Then controller will be made to produce control signal sequences with the most optimal and efficient value. The purpose of this control system is to determine the distribution of engine and motor performance so that the vehicle can work in the most efficient conditions. The results of the study prove that controller using shortest path algorithm are able to control torque distribution from internal combustion engine and electric motor with optimal value.
"