Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks berisi cerita peperangan antara Arung Bondan dengan prabu Suwelacala, kisah peperangan antara Jenggala dengan Bugis, cerita tentang Siyungwanara/Kamandaka, cerita Menakjingga, cerita Wali Sanga/kerajaan Demak, kisah Jaka Tingkir, penobatan Hardikusuma (?) menjadi Raja Majapait dengan gelar Brawijaya. Teks diakhiri dengan kisah Ratu Kalinyamat. Keterangan penyalinan naskah ini tidak diketemukan dalam teks. Pigeaud membeli naskah ini dari Anerang Kusuma pada 17 Mei 1930 di Surakarta. Naskah telah pula dibuatkan ringkasan dalam bentuk cuptikan pada awal."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.181-NR 79
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks sejarah legendaris berjudul Serat Ajisaka. Secara garis besar berisi cerita peperangan antara Prabu Dewatacengkar melawan Ajisaka (di sini Aji Isaka). Setelah menang, Aji Isaka menggantikan Dewatacengkar menjadi raja di Medhang Kamulan yang kemudian diganti dengan nama Purwacarita dan bergelar Prabu Widayaka. Pada bagian awal berisi kisah tentang kesenangan Prabu Dewatacengkar memakan daging manusia, kisah tentang pertempuran Prabu Dewatacengkar dengan kedua adiknya, Prabu Dewata Pamunah dari Madura dan Prabu Dewata Agung dari Bali, disusul cerita tentang Prabu Anglingdriya setelah bedhah Pengging, yang berputra dua orang dari Dewi Sinta yaitu Jaka Pekik (Suwelacala) dan Jaka Raras (Jaka Pandaya). Cerita berakhir dengan kisah Raden Daneswara (anak Dewatacengkar) yang berniat untuk bertapa setelah kekalahannya dari Aji Isaka. Pada h.i terdapat keterangan bahwa naskah yang semula milik G.B.R.Ay. Kusumadilaga dibeli oleh Pigeaud dari R. Tanaya di Yogyakarta pada 18 Juni 1938. Naskah pernah dibuat ringkasannya oleh Mandrasastra pada Oktober 1938. Ringkasan tersebut dimikrofilm bersama naskah aslinya. Melihat bentuk tulisannya, naskah ini kemungkinan disalin oleh dua orang (?) sebab mulai h.145 tulisan berubah dari yang semula agak gemuk dan tebal menjadi ramping dan tipis. Walaupun keterangan penyalinan tidak ditemukan, namun berdasarkan jenis kertas serta gaya tulisannya, maka dapat diperkirakan bahwa naskah ini disalin sekitar awal abad ke-20, mungkin di Surakarta. Keterangan selanjutnya dapat dilihat pada: SMP/MN. 180-183, 187, 529.12; MSB/L.286, P.93, S.2, S.15-18, S.20, S.25-26, S.31; Pratelan II: 90; Vreede 1892: 17, 375-376; Juynboll I: 30; Pigeaud 1970: 165-166."
[S.l.] : [S.n.], [date of publication not identified]
SJ.1-NR 318
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini, yang berasal dari Pesisir Cirebon, ditulis dengan bentuk huruf yang sangat khas, sehingga pantas jika diteliti lebih jauh demi kepenti'ngan studi paleografi Jawa. Naskah berisi sebuah versi Serat Bratayuda yang jauh berbeda dengan redaksi Yasadipura yang disunting oleh Cohen Stuart (1860). Teks terdiri atas 25 pupuh, sebagai benkut: (1) megatruh; (2) asmarandana; (3) durma; (4) sinom; (5) pangkur; (6) pucung; (7) kinanthi; (8) mijil; (9) dhandhanggula; (10) asmarandana; 11) durma; (12) sinom; (13) pangkur; (14) asmarandana; (15) kinanthi; (16) pucung; (17) dhandhanggula; (18) durma; (19) sinom; (20) asmarandana; (21) mijil; (22) durma; (23) sinom; (24) dhandhanggula; (25) asmarandana. Secara singkat, isi teks ini dapat dipaparkan sebagai berikut: Prabu Darmaputra dibantu oleh para raja pergi menuju Tegal Kuru. Dewi Kunti menengok putra-putranya ke Tegal Kuru disertai Yamawidura. Yamawidura kembali lagi ke Astina melaporkan kesiapan para Pandawa. Raden Arjuna ingin membatalkan perang melawan Kurawa, namun Kresna tidak menyetujuinya. Peperangan kemudian dimulai: Wirasangka, Utara terbunuh oleh Raja Mandraka dan Durna. Rukmarata bunuh oleh Seta. Seta terbunuh oleh Bhisma. Irawan terbunuh oleh Bhisma, dangkan Bhisma terbunuh oleh Srikandi. Bogadenta, senapati Astina, terbunuh oleh Arjuna. Kemudian Abimanyu berhasil membunuh Lesana Mandrakumara. Abimanyu juga terbunuh oleh para Kurawa. Gardapati di pihak Kurawa terbunuh sh Arjuna. Wreksasaya juga terbunuh oleh Werkudara. Arjuna kemudian berniat smbunuh Sindurja. Burisrawa, senapati Astina terbunuh oleh Setyaki dan Sindurja terbunuh oleh Arjuna. Werkudara kemudian berhasil membunuh Partipeja, Anggajaksa, dan Sarabasata. Dilanjutkan Gatutkaca berhasil membunuh Lembusana, Kalasrenggi, dan Kalagawira, namun ia pun terbunuh oleh Karna Raja Awangga. Ringkasan ini dibuat berdasarkan uittreksel Mandrasastra yang dibuat pada tahun 1938, tersimpan bersama naskah asli."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.9-NR 310
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi ringkasan naskah milik Moens, tanpa identifikasi lebih jauh. Isinya teks Serat Lokapala, yaitu cerita peperangan Arjunasasrabahu dengan Dasamuka, tetapi diawali dengan silsilah raja-raja Jawa, baik pangiwa maupun panengen. Versi Lokapala yang dimuat dalam naskah ini sama dengan edisi Sindusastran yang berulangkali diterbitkan. Lihat Pratelan I: 475-481 untuk daftar pupuhnya; bandingkan dengan Behrend 1990: 224-226 untuk keterangan umum tentang seluruh korpus Arjunawijaya-Arjunasasrabahu-Lokapala, termasuk referensi penerbitan dan lain-lain. Ringkasan ini disusun sekitar tahun 1930, di Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.30-L 23.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi perpaduan antara dua teks, yaitu Lokapala dan Serat Rama. Bagian Lokapala mirip dengan versi Arjunasasrabahu yang termuat pada MSB/L.40, yaitu karangan M.Ng. Gandasudira. Walaupun mirip, ada perbedaan beberapa pupuh, sehingga kedua teks ini dianggap dua redaksL Kemiripan terlihat pada pupuh 1-91 FSUI/CP.31 hampir semuanya terdapat dalam pupuh 1-96 pada MSB/L.40, tetapi berbeda dengan MSB/L.49. Naskah FSUI/CP.31 ini jauh lebih lengkap, seluruhnya 192 pupuh. Teks Arjunasasrabahu yang mendahului kisah Rama, disusun menyambung secara langsung dengan Serat Rama tersebut. Hal yang sama dapat dilihat pada naskah MSB/L.34, L.35, dan L.41. Lihat Behrend 1990:224-239 tentang berbagai versi cerita Arjunawijaya-Arjunasasrabahu- Lokapala yang ada. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) dhandhanggula; (4) durma; (5) asmarandana; (6) durma; (7) pangkur; (8) asmarandana; (9) pangkur; (10) sinom; (11) asmarandana; (12) pangkur; (13) sinom; (14) dhandhanggula; (15) durma; (16) pangkur; (17) dhandhanggula; (18) pangkur; (19) durma; (20) asmarandana; (21) durma; (22) pangkur; (23) sinom; (24) dhandhanggula; (25) durma; (26) asmarandana; (27) pangkur; (28) durma; (29) sinom; (30) asmarandana; (31) kinanthi; (32) dhandhanggula; (33) durma; (34) girisa; (35) sinom; (36) durma; (37) maskumambang; (38) pangkur; (39) asmarandana; (40) durma; (41) pangkur; (42) dhandhanggula; (43) maskumambang; (44) kinanthi; (45) sinom; (46) kinanthi; (47) mijil; (48) asmarandana; (49) pangkur; (50) durma; (51) pangkur; (52) dhandhanggula; (53) durma; (54) pangkur; (55) sinom; (56) dhandhanggula; (57) sinom; (58) kinanthi; (59) mijil; (60) asmarandana; (61) dhandhanggula; (62) sinom; (63) kinanthi; (64) dhandhanggula; (65) pangkur; (66) asmarandana; (67) pangkur; (68) sinom; (69) asmarandana; (70) pangkur; (71) durma; (72) pangkur; (73) durma; (74) pangkur; (75) sinom; (76) durma; (77) pangkur; (78) dhandhanggula; (79) kinanthi; (80) durma; (81) pangkur; (82) durma; (83) sinom; (84) dhandhanggula; (85) asmarandana; (86) sinom; (87) mijil; (88) dhandhanggula; (89) kinanthi; (90) pangkur; (91) sinom; (92) asmarandana; (93) durma; (94) dhandhanggula; (95) pangkur; (96) pucung; (97) megatruh; (98) sinom; (99) asmarandana; (100) dhandhanggula; (101) pangkur; (102) asmarandana; (103) sinom; (114) mijil; (105) dhandhanggula; (106) maskumambang; (107) durma; (108) pangkur; (109) asmarandana; (110) durma; (111) kinanthi; (112) mijil; (113) sinom; (114) dhandhanggula; (115) pangkur; (116) sinom; (117) kinanthi; (118) asmarandana; (119) pangkur; (120) asmarandana; (121) sinom; (122) dhandhanggula; (123) kinanthi; (124) mijil; (125) pangkur; (126) durma; (127) sinom; (128) maskumambang; (129) pangkur; (130) mijil; (131) dhandhanggula; (132) pangkur; (133) dhandhanggula; (134) asmarandana; (135) sinom; (136) dhandhanggula; (137) pangkur; (138) sinom; (139) dhandhanggula; (140) kinanthi; (141) asmarandana; (142) mijil; (143) pangkur; (144) sinom; (145) dhandhanggula; (146) pangkur; (147) durma; (148) asmarandana; (149) pangkur; (150) sinom; (151) dhandhanggula; (152) pangkur; (153) maskumambang; (154) durma; (155) sinom; (156) pangkur; (157) durma; (158) asmarandana; (159) sinom; (160) pangkur; (161) durma; (162) pangkur; (163) sinom; (164) durma; (165) dhandhanggula; (166) kinanthi; (167) sinom; (168) pangkur; (169) maskumambang; (170) durma; (171) pangkur; (172) durma; (173) dhandhanggula; (174) sinom; (175) maskumambang; (176) pangkur; (177) mijil; (178) megatruh; (179) dhandhanggula; (180) sinom; (181) kinanthi; (182) asmarandana; (183) sinom; (184) pangkur; (185) dhandhanggula; (186) mijil; (187) asmarandana; (188) sinom; (189) dhandhanggula; (190) pangkur; (191) durma; (192) sinom. Sayangnya, naskah FSUI/CI.31 ini telah hilang dari koleksi FSUI. Akan tetapi isinya masih dapat diketahui dari ringkasannya yang dibnat oleh Mandrasastra pada tahun 1930. Menurut kolofon penutup, naskah asli selesai disalin (atau teks selesai ditulis?) pada hari Senin Legi, 14 Sawal, Je 1806 (22 Oktober 1877), oleh Kyahi Bekel Malang Prawira, di Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.31-NR 82
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Panji Jayakusuma yang termuat pada naskah KBG 46. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh, catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Maret 1931. Walaupun oleh Pigeaud dan Poerbatjaraka dikatakan bahwa cerita Panji ini berasal dari Jawa Timur, mengingat naskah babon dari Cirebon, maka lebih besar kemungkinan teks ini merupakan versi Cirebonan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.35-L 5.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar ini memuat tiga teks, yaitu Tutur Nawarupi, Angkus Prana, dan Carcan Sato. Di bawah ini adalah keterangan isi masing-masing teks tersebut: (1) Tutur Nawaruci (h.1-46), menguraikan perjalanan Bima (Wrekodara) mencari Tirta Pawitra atas perintah Danghyang Drona. Perintah ini adalah upaya licik Drona dan Duryodana untuk membunuh salah seorang Pandawa terutama Bima. Bima yang sifatnya penurut dan setia terhadap guru, segera berangkat ke sumur Sinorangga. Bima mulai memasuki sumur itu untuk menjalankan perintah gurunya yang pertama. Ternyata ada dua ekor naga laki perempuan yang sangat galak. Terjadilah perang sengit, dan naga dapat dicekik lehernya dengan kuku Pancanaka. Kedua naga itu adalah penjelmaan sepasang bidadari yang tengah menjalani hukuman. Perintah kedua, Bima disuruh Drona mengulangi untuk mencari Tirta Pawitra ke Tegal Sihandadawa. Di tempat ini Bima dihadang oleh raksasa besar bagaikan gunung berjalan, bernama Indra Bahu. Terjadilah perang mati-matian antara Bima dengan raksasa Indra Bahu. Dengan keampuhan kuku Pancanakanya, Bima berhasil membunuh raksasa tersebut. Ternyata raksasa itu penjelmaan Dewa Indra yang sedang menjalani hukuman. Kepala raksasa dibawa Bima ke hadapan Drona dan menyampaikan bahwa di tempat itu tidak ada Tirta Pawitra. Drona mengulangi perintahnya yang ketiga, menyuruh Bima mencari Tirta Pawitra di tengah samudra. Drona dan Duryadana yakin bahwa Bima akan menghembuskan nafasnya yang terakhir di tengah samudra, karena dia tidak bisa renang. Demi kesetiaan terhadap guru, Bima pun segera berangkat dan tak berpikir panjang lagi dan segera mencemplungkan dirinya ke tengah samudra. Akhirnya Bima berhasil meraih Tirta Pawitra setelah bertemu dan mendapat petunjuk dari Dewa Nawa Ruci (Sanghyang Acintya), walaupun sebelumnya banyak rintangan yang dia alami. (2) Angkus Prana (47-63); merupakan lanjutan ajaran Sanghyang Acintya kepada Bima, yang di dalamnya menguraikan tentang kebenaran sejati serta awal mula terciptanya bumi dengan segala isinya atau mulai adanya Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Berdasarkan ajaran inilah Bima mulai sadar dan mengenal dirinya sendiri dan dapat bertemu dengan kebenaran sejati atau guru sejati yakni Dewa Nawaruci (Sanghyang Acintya). (3) Carcan Sato (1-10); menguraikan beberapa Carcan Sato seperti Carcan Kuda; Carcan Banteng (sapi); Carcan Asu (anjing); dan Carcan Meyong (kucing). Masing-masing carcan ini menyebutkan nama dan jenis-jenis sato (binatang) tersebut berdasarkan warna, ciri dan pengaruhnya terhadap kehidupan pemiliknya. Untuk teks-teks lain dengan judul Nawaruci lihat LOr 9636; Kirtya/1129, yang berbentuk geguritan dan kidung, sedangkan FSUI/CS.100 ini berbentuk prosa. Menurut kolofon dan catatan pada naskah (h.9b, lOa, 46a, 63b), dapat diketahui bahwa naskah disalin pada tahun 1900, dan dinyatakan milik Ida I Gusti Putu Jlantik, Singaraja, Bali, pada tahun 1903."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.100-LT 225
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Partawigena atau Makutharama, karya K.P.A. Kusumadiningrat di Surakarta. Menurut Florida (1993: 230) Kusumadiningrat yang dimaksud adalah putra HB DC, yang menulis teks ini pada tahun 1884. Lihat SMP/Rp.256, KS.414, KS.415,2, dan LOr 11.654(2) untuk salinan lain teks yang sama. Naskah lain dengan judul Makutharama, tetapi berbeda dengan teks ini, termasuk MSB/P.36 (bertarikh 1828), MSB/P.48 (bertarikh 1848), dan MSB/P.118 (berasal dari Yogyakarta). Penyalinan naskah CP.54 ini oleh staf Pigeaud, tahun 1928, menurun dari babon yang dipinjam dari R.T.A. Wedyadiningrat di Surakarta. Teks Partawigena ini merupakan saduran dalam tembang macapat dari lakon wayangpurwa yang menjembatani antara siklus Rama dan Pandhawa (Florida, ibid). Diceritakan tentang sesuatu anugerah dewata yang diberikan kepada Arjuna melalui perantara Sang Hyang Suman yang menyamar sebagai pendeta bernama Kesawasidi, yang sebenarnya adalah Kresna. Anugerah tersebut, sering dinamakan wahyuning Sang Hyang Wisesa, diterima sebagai suatu maksud agar di dunia tercipta suasana sejahtera, tenteram, aman dan damai. Lebih dari itu teks juga mengungkapkan ajaran yang diberikan oleh Kesawasidi yang dinamakan asthabrata, terdiri dari delapan sifat dewa (zat) di alam ini yang patut diteladani oleh para satria sebagai calon raja, sehingga akan melaksanakan tugas dengan bijaksana. Melalui perjuangan yang berat, Arjuna mengusahakan agar mendapatkan wahyu atau anugerah tersebut dan hal ini sebagai ujian berat yang harus dilaksanakan. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) sinom; (3) pangkur; (4) kinanthi; (5) maskumambang; (6) girisa; (7) durma; (8) asmarandana; (9) mijil; (10) dhandhanggula; (11) sinom; (12) gambuh; (13) pucung; (14) wirangrong; (15) megatruh; (16) jurudemung(17) durma; (18) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.54-A 9.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi versi Serat Rama, merupakan alih aksara dari sebuah lontar yang tidak diidentifikasikan dengan jelas, walau disebutkan berasal dari Sawabe (?), Yogyakarta. Lihat FSUI/CP.56 yang berisi ringkasan Mandrasastra dari naskah yang sama. Dalam menurun naskah ini, penyalin menambahkan catatan-catatan perbandingan tentang dua naskah lain, ialah Serat Rama Pegon (milik Klaverweiden, mungkin FSUI/CP.66) dan Serat Kandha Rama (milik Scholte, FSUI/CP.60). Naskah ini pada setiap halamannya terbagi atas tiga kolom, sisanya kolom di sebelah kaijan digunakan untuk menulis teks, sedangkan di samping kiri dipakai sebagai catatan pembetulan teks yang ditulis (dengan pensil), karena teks yang ditulis dengan tinta hitam ini banyak sekali kesalahannya, terutama pemenggalan bait dan perubahan kata-katanya. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) pangkur; (3) dhandhanggula; (4) sinom; (5) pangkur; (6) asmarandana; (7) dhandhanggula; (8) pangkur; (9) asmarandana; (10) dhandhanggula; (11) pangkur; (12) asmarandana; (13) kinanthi; (14) sinom; (15) dhandhanggula; (16) asmarandana; (17) pangkur; (18) dhandhanggula; (19) sinom; (20) kinanthi; (21) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.55-A 2.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi ringkasan bahasa Belanda mengenas Serat Rama (FSUI/CP.55). Ringkasan dibuat oleh Pigeaud sendiri pada bulan Juni 1926. Pada saat itu Pigeaud sedang bertugas di Surakaita. Teks ditulis dalam dua kolom pada setiap halaman. Kolom kanan merupakan ringkasan pokok, sedangkan kolom kiri berisi tambahan dan perbaikan. Banyak sekali coretan-coretan kata, frase, maupun kalimat, yang kemudian diralat atau diubah oleh Pigeaud. Selanjutnya tentang teks ini lihat FSUI/CP.55, yang berupa saiinan dari naskah yang diringkas di sini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.56-L 3.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>