Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprilian Pryski Waskitho Adi
"Bentuk talus makroalga dan faktor lingkungan dapat memengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik. Sementara itu, penelitian tentang kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik di Muara Binuangeun belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian tentang kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik pada makroalga, serta menganalisa pengaruh faktor lingkungan dan bentuk talus makroalga terhadap kelimpahan mikroalga epifitik pada makroalga di rataan terumbu Muara Binuangeun. Sampel mikroalga epifitik pada makroalga diambil dari 4 stasiun penelitian yang dipilih berdasarkan keberadaan makroalga. Hubungan mikroalga epifitik dengan bentuk talus makroalga diuji menggunakan uji Chi Square, sedangkan pengaruh parameter lingkungan dengan kelimpahan mikroalga epifitik diuji dengan uji korelasi Spearman. Kelimpahan mikroalga epifitik tertinggi terdapat makroalga berdaging dengan permukaan kasar, seperti Sargassum. Sementara itu, keanekaragaman mikroalga epifitik tertinggi terdapat pada Turbinaria. Mikroalga epifitik yang memiliki asosiasi dengan bentuk talus makroalga adalah Amphora. Amphora berasosiasi positif dengan bentuk talus berdaun. Parameter lingkungan yang cenderung berkorelasi kuat dengan kelimpahan mikroalga epifitik yaitu DO dan salinitas.
......
Macroalgae form and environmental parameters may affect the abundance and diversity of epiphytic microalgae. Meanwhile, research on the abundance and diversity of epiphytic microalga in Muara Binuangeun has naver been done. Therefore, this research was conducted to determine abundance and diversity of epiphytic microalgae on macroalgae, and analized the effect of environment factor and macroalgae form to abundance of epiphytic microalgae on macroalgae in Muara Binuangeun reef flat. Samples of epiphytic microalgae were taken from 4 station which selected based on macroalgae presence. The relationship between epiphytic microalgae and macroalgae form was tested using Chi Square test, whereas effect of environmental parameter on the abundance of epiphytic microalgae tested using Spearman test. The highest abundance of epiphytic microalgae found in Sargassum and the highest diversity of epiphytic microalgae found in Turbinaria. Epiphytic microalgae that has associations with macroalgae form is Amphora. Amphora has positively associated with foliose macroalgae. Environmental parameters tend to be strongly correlated with abundance of epiphytic microalgae are DO and salinity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Sharon
"Dinoflagellata epifitik yang hidup pada lamun Thalassia hemprichii berpotensi menyebabkan Ciguatera Fish Poisoning (CFP) melalui produksi ciguatoxin atau asosiasi dengan dinoflagellata penghasilnya. Lamun Thalassia hemprichii memiliki kelimpahan tinggi di perairan Pulau Pramuka. Penelitian mengenai kelimpahan dinoflagellata epifitik pada lamun Thalassia hemprichii beserta hubungannya dengan parameter lingkungan dilakukan di empat sisi perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Sampel lamun Thalassia hemprichii dari keempat sisi pulau diambil secara purposive random sampling ke dalam botol, dikocok kuat selama beberapa menit, dan biofilm pada daun dikerik. Daun lamun dipisahkan dan diukur luas permukaannya. Sampel air hasil kocokan kemudian disaring menggunakan saringan bertingkat 125 dan 25 μm, dan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Ditemukan empat genus dinoflagellata epifitik toksik, yaitu Coolia, Gambierdiscus, Ostreopsis, dan Prorocentrum. Genus Coolia memiliki rata-rata kelimpahan tertinggi, yaitu 8 sel/cm2, yang menunjukkan kemampuan adaptasi Coolia di setiap stasiun dengan faktor lingkungan yang berbeda. Faktor lingkungan yang mencirikan di tiap stasiun dianalisis menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) dan kemudian dihubungkan secara deskriptif dengan kelimpahan dinoflagellata. Bagian selatan dan barat pulau dicirikan oleh salinitas dan kecepatan arus, bagian utara oleh intensitas cahaya, dan bagian timur oleh nitrat, oksigen terlarut, dan pH.
......Epiphytic dinoflagellates living on Thalassia hemprichii seagrass have the potential to cause Ciguatera Fish Poisoning (CFP) through ciguatoxin production or association with dinoflagellate producers. Thalassia hemprichii seagrass has a high abundance in the waters of Pramuka Island. Research on the abundance of epiphytic dinoflagellates in seagrass Thalassia hemprichii and its relationship with environmental parameters was conducted on four sides of the waters of Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Seagrass Thalassia hemprichii samples from the four sides of the island were taken by purposive random sampling into bottles, shaken vigorously for several minutes, and the biofilm on the leaves was scraped off. Seagrass leaves were separated and their surface area measured. The shaken water samples were then filtered using 125 and 25 μm graduated sieves, and observed using a light microscope. Four genera of toxic epiphytic dinoflagellates were found, namely Coolia, Gambierdiscus, Ostreopsis, and Prorocentrum. The genus Coolia had the highest average abundance, 8 cells/cm2, which indicates the adaptability of Coolia at each station with different environmental factors. Characteristic environmental factors at each station were analyzed using Principal Component Analysis (PCA) and then descriptively correlated with dinoflagellate abundance. The southern and western parts of the island were characterized by salinity and current velocity, the northern part by light intensity, and the eastern part by nitrate, dissolved oxygen, and pH."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Sharon
"Dinoflagellata epifitik yang hidup pada lamun Thalassia hemprichii berpotensi menyebabkan Ciguatera Fish Poisoning (CFP) melalui produksi ciguatoxin atau asosiasi dengan dinoflagellata penghasilnya. Lamun Thalassia hemprichii memiliki kelimpahan tinggi di perairan Pulau Pramuka. Penelitian mengenai kelimpahan dinoflagellata epifitik pada lamun Thalassia hemprichii beserta hubungannya dengan parameter lingkungan dilakukan di empat sisi perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Sampel lamun Thalassia hemprichii dari keempat sisi pulau diambil secara purposive random sampling ke dalam botol, dikocok kuat selama beberapa menit, dan biofilm pada daun dikerik. Daun lamun dipisahkan dan diukur luas permukaannya. Sampel air hasil kocokan kemudian disaring menggunakan saringan bertingkat 125 dan 25 μm, dan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Ditemukan empat genus dinoflagellata epifitik toksik, yaitu Coolia, Gambierdiscus, Ostreopsis, dan Prorocentrum. Genus Coolia memiliki rata-rata kelimpahan tertinggi, yaitu 8 sel/cm2, yang menunjukkan kemampuan adaptasi Coolia di setiap stasiun dengan faktor lingkungan yang berbeda. Faktor lingkungan yang mencirikan di tiap stasiun dianalisis menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) dan kemudian dihubungkan secara deskriptif dengan kelimpahan dinoflagellata. Bagian selatan dan barat pulau dicirikan oleh salinitas dan kecepatan arus, bagian utara oleh intensitas cahaya, dan bagian timur oleh nitrat, oksigen terlarut, dan pH.
......Epiphytic dinoflagellates living on Thalassia hemprichii seagrass have the potential to cause Ciguatera Fish Poisoning (CFP) through ciguatoxin production or association with dinoflagellate producers. Thalassia hemprichii seagrass has a high abundance in the waters of Pramuka Island. Research on the abundance of epiphytic dinoflagellates in seagrass Thalassia hemprichii and its relationship with environmental parameters was conducted on four sides of the waters of Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Seagrass Thalassia hemprichii samples from the four sides of the island were taken by purposive random sampling into bottles, shaken vigorously for several minutes, and the biofilm on the leaves was scraped off. Seagrass leaves were separated and their surface area measured. The shaken water samples were then filtered using 125 and 25 μm graduated sieves, and observed using a light microscope. Four genera of toxic epiphytic dinoflagellates were found, namely Coolia, Gambierdiscus, Ostreopsis, and Prorocentrum. The genus Coolia had the highest average abundance, 8 cells/cm2, which indicates the adaptability of Coolia at each station with different environmental factors. Characteristic environmental factors at each station were analyzed using Principal Component Analysis (PCA) and then descriptively correlated with dinoflagellate abundance. The southern and western parts of the island were characterized by salinity and current velocity, the northern part by light intensity, and the eastern part by nitrate, dissolved oxygen, and pH."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library