Found 4 Document(s) match with the query
Hanif Rahman Arifin
"Teknologi blockchain telah merevolusi cara transaksi digital dilakukan dengan menciptakan platform terdesentralisasi yang meningkatkan keamanan dan transparansi setiap transaksi. Ethereum, salah satu cryptocurrency terkemuka memiliki volatilitas harga yang signifikan. Hal ini menjadi tantangan bagi para pedagang untuk dapat mengambil keputusan jual/beli yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi keputusan jual dan beli Ethereum menggunakan metode machine learning. Data yang digunakan meliputi harga dan volume perdagangan Ethereum per menit dari 1 Februari 2024 hingga 7 Maret 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model XGBoost memiliki performa terbaik dengan akurasi prediksi sebesar 92.1% dan kecepatan komputasi rata-rata 0.29 detik per prediksi. Evaluasi feature importance mengungkapkan bahwa lebih dari 50% fitur dalam model tidak signifikan dan dapat dihapus untuk meningkatkan efisiensi komputasi. Penelitian ini berhasil mencapai tujuannya dengan mengembangkan model prediksi yang akurat dan efisien untuk membantu pedagang dalam mengambil keputusan jual/beli Ethereum.
Blockchain technology has revolutionized digital transactions by creating a decentralized platform that enhances security and transparency. Ethereum, a leading cryptocurrency, experiences significant price volatility, presenting challenges for traders in making accurate buy/sell decisions. This study aims to develop a predictive model for Ethereum buy and sell decisions using machine learning. The data utilized includes minute-by-minute price and trading volume of Ethereum from February 1, 2024, to March 7, 2024. The results indicate that the XGBoost model performs best, achieving a prediction accuracy of 92.1% and an average computation speed of 0.29 seconds per prediction. The feature importance evaluation revealed that over 50% of the features were insignificant and were removed to enhance computational efficiency. This research successfully developed an accurate and efficient predictive model, which can assist traders in making informed buy/sell decisions for Ethereum. Future research recommendations include integrating real-time sentiment data and exploring other machine learning methods to further improve model accuracy and performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mega Apriani
"Teknologi blockhchain menyediakan komunikasi yang aman, privasi data, ketahanan dan transparansi. Dari ketiga generasi blockchain, generasi blokchain 2.0 lebih dikenal dengan platform Ethereum dan Hyperledger lebih banyak digunakan. Komponen utama pada blokchain adalah kriptografi. Algoritma kriptografi yang diimplementasikan untuk tanda tangan digital pada platform blockchain adalah algorima Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA). Sedangkan untuk algoritma fungsi hash pada Ethereum adalah KECCAK-256. Celah kerawanan pada blockchain terkait dengan fungsi hash adalah hacking hash function. KECCAK-256 dianggap cukup kuat dengan komputasi yang sekarang. Namun dengan adanya komputer kuantum, maka akan meningkatkan resiko peretasan pada fungsi hash. Lightweight cryptography adalah cabang baru kriptografi yang dirancang untuk mengatasi kompleksitas matematik, daya pemprosesan yang tinggi dan ruang memori yang besar terkait kriptografi primitive. Lightweight cryptography khusus fungsi hash telah disahkan berdasarkan standar internasional ISO/IEC 29192-5. Iso/IEC 29192-5 menetapkan tiga algoritma fungsi hash. Implementasi lightweight cryptography berbasis konstruksi sponge adalah PHOTON dan SPONGENT. Mengingat pentingnya fungsi hash dalam teknologi blockhain dan terdapat celah kerawanan dan daya komputasi yang mempengaruhi performa platform blockchain, maka pada penelitian ini akan direkomendasikan algoritma hash SPONGENT-256 dan PHOTON-256 untuk diimplementasikan pada sistem blockchain berbasis Ethereum. Implementasi algoritma hash SPONGENT-256 dan PHOTON-256 untuk diimplementasikan pada sistem blockchain berbasis Ethereum menghasilkan output berupa address, kunci publik dan wallet. Hasil test terhadap Algoritma SPONGENT-256 menghasilkan waktu yang singkat untuk dieksekusi rata-rata waktu real 0,0328 s, waktu user 0,0208 s dan waktu sys 0,0118 s. Hal ini akan memberikan hasil yang signifikan jika diimplementasikan pada sistem blockchain berbasis Ethereum dengan banyak node dan data yang akan dihasilkan. Namun algoritma SPONGENT-256 membutuhkan banyak memori untuk melakukan pemprosesan dengan rata-rata sebesar 75%. Sedangkan algoritma KECCAK-256 menggunakan memori lebih sedikit dibandingkan dengan algoritma PHOTON-256 dan algoritma SPONGENT-256 dengan rata-rata penggunaan memori sebesar 55%. Berdasarkan hasil implementasi algoritma hash SPONGENT-256 pada blokchain berbasis Ethereum dan analisis terhadap hasil maka dapat disimpulkan bahwa algoritma SPONGENT-256 dapat digunakan sebagai alternatif algoritma fungsi hash untuk sistem blokchain berbasis Ethereum.
Blockchain technology provides secure communication, data privacy, resilience and transparency. From the third generation of blockchain, blockchain generation 2.0 is better known as the Ethereum platform and Hyperledger is more widely used. The main component of the blockchain is cryptography. The cryptographic algorithm implemented for digital signatures on the blockchain platform is the Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA). As for the hash function algorithm on Ethereum is KECCAK-256. The vulnerability in blockchain related to hash functions is hash function hacking. KECCAK-256 is considered quite powerful with current computing. However, the presence of a quantum computer increases the risk of hacking the hash function. Light cryptography is a new branch of cryptography designed to overcome the mathematical complexity, high processing power and large memory space associated with primitive cryptography. Hash function-specific lightweight cryptography has been certified according to the international standard ISO/IEC 29192-5. ISO/IEC 29192-5 defines three hash function algorithms. The implementation of lightweight cryptography based on sponge construction is PHOTON and SPONGENT. Given the importance of hash functions in blockchain technology and the vulnerability and computational power gaps that affect the performance of the blockchain platform, this research will recommend SPONGENT-256 and PHOTON-256 hash algorithms to be implemented on Ethereum-based blockchain systems. The implementation of the SPONGENT-256 and PHOTON-256 hash algorithms to be implemented on an Ethereum-based blockchain system produces output in the form of addresses, public keys and wallets. The test results of the SPONGENT-256 Algorithm produce a short time to execute with an average real time of 0.0328 seconds, user time 0.0208 seconds and system time 0.0118 seconds. This will give significant results if implemented on an Ethereum based blockchain system with many nodes and data to be generated. However, the SPONGENT-256 algorithm requires a lot of memory for processing with an average of 75%. While the KECCAK-256 algorithm uses less memory than the PHOTON-256 algorithm and the SPONGENT-256 algorithm with an average memory usage of 55%. Based on the implementation of the SPONGENT-256 hash algorithm on the Ethereum-based blockchain and analysis of the results, it can be said that the SPONGENT-256 algorithm can be used as an alternative hash function algorithm for Ethereum-based blockchain systems. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Carla Anindya Wijaya
"Ketidakpastian akibat pandemi COVID-19 mendorong investor mencari instrumen lindung nilai untuk meminimalkan risiko, yang dapat berupa aset lindung nilai atau safe-haven. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengetahui apakah bitcoin, ethereum, dan emas berperilaku sebagai aset lindung nilai dan safe-haven sebelum dan selama pandemi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan melihat pengaruh imbal hasil dan volatilitas pasar saham Indonesia terhadap return dan volatilitas bitcoin, ethereum, dan emas. Penelitian ini menggunakan model regresi linier sederhana dan regresi kuantil pada data harga penutupan harian yang diambil sebelum dan selama COVID-19. Studi ini menemukan bahwa mereka dapat menjadi aset lindung nilai dan safe-haven selama pandemi COVID-19 di Indonesia. Hal ini karena hasil menunjukkan bahwa ada beberapa korelasi yang signifikan antara aset. Hasil penelitian ini dapat membantu investor untuk menentukan aset mana yang dapat menjadi instrumen lindung nilai.
The uncertainty due to the COVID-19 pandemic has encouraged investors to look for value hedging instruments to minimize risk, which can be in the form of hedging assets or safe-haven assets. In response to it, this study aims to find out whether bitcoin, ethereum, and gold can behave as hedging and safe-haven assets before and during the pandemic in Indonesia. This can be done by looking at the effects of yields and volatility on the Indonesian stock market on the returns and volatility of bitcoin, ethereum, and gold. This study uses simple linear regression and quantile regression models on data of daily closing price taken before and during COVID-19. This study finds that they can be hedge and safe-haven assets during the COVID-19 pandemic in Indonesia. The results show that there are some significant correlations between assets. The research results can help investors to determine which assets can be hedging instruments."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Zidan Avecena Yahya
"Penerbitan sertifikat digital oleh perguruan tinggi merupakan bagian penting dari administrasi akademik, karena berfungsi mengesahkan pencapaian mahasiswa. Namun, proses ini seringkali rentan terhadap manipulasi dan pemalsuan. Studi ini mengembangkan aplikasi web untuk penerbitan ijazah digital dalam bentuk Non-Fungible Token (NFT) di atas blockchain Ethereum. Dengan memanfaatkan sifat desentralisasi, kriptografi, dan pencatatan transaksi yang immutable dari blockchain, sistem ini memastikan ijazah tidak dapat dipalsukan dan mudah diverifikasi secara publik. Pengujian performa dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi fungsi minting NFT pada jaringan lokal menggunakan framework Hardhat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk 100 transaksi penerbitan NFT, sistem mampu mencapai throughput sebesar 69,66 transaksi per detik (TPS) dengan latency sebesar 0,0144 detik per transaksi. Selain itu, total execution time untuk seluruh transaksi hanya 1,435 detik. Dari sisi efisiensi penggunaan gas, ditemukan bahwa transaksi pertama mengonsumsi gas sebesar 446.505 satuan, sementara transaksi selanjutnya hanya sebesar 415.105 gas, sesuai dengan karakteristik cold storage access pada EIP-2929. Dengan demikian, sistem ini menunjukkan performa tinggi untuk penerbitan ijazah digital dalam jumlah besar, meskipun pengujian pada lingkungan lokal belum sepenuhnya merepresentasikan kondisi pada jaringan publik Ethereum yang sebenarnya.
The issuance of digital certificates by universities is an essential part of academic administration, serving to validate student’s achievement. However, the process is often vulnerable to manipulation and forgery. This study develops a web-based application for issuing digital diplomas in the form of Non-Fungible Tokens (NFT) on the Ethereum Blockchain. By leveraging the decentralized, cryptographically secure, and immutable nature of blockchain, the system ensures that diplomas cannot be forged and can be easily verified by the public. Performance testing was conducted through 100 NFT minting transactions on a local network. The results showed a throughput of 69.66 transactions per second (TPS), an average latency of 0.0144 seconds, and a total execution time of 1.435 seconds. Gas usage stabilized from 446,505 units on the first transaction to 415,105 units in subsequent ones. These findings indicate that the system performs efficiently for large-scale issuance of digital certificates, although the local testing environment may not fully reflect real-world conditions on the public Ethereum network. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library