Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Lukas Ronggur Hasiholan
"Penelitia ini membahas mengenai peran Kanselir Angela Merkel dalam menangani krisis finansial Eropa melalui penerapan pengetatan anggaran di Uni Eropa. Krisis finansial Eropa yang terjadi sejak 2009 tidak hanya berpengaruh pada kondisi perekonomian negara-negara anggota, namun juga telah menyebabkan terganggunya proses integrasi kawasan tersebut. Sebagai kepala negara yang dapat bertahan dari goncangan krisis, Kanselir Merkel memiliki sentralitas dan peranan yang cukup vital dalam penanganan krisis. Sentralitas Kanselir Merkel terlihat dengan diterapkannya penerapan pengetatan anggaran di sejumlah negara meskipun mendapatkan penolakan, hujatan, bahkan memunculkan gerakan-gerakan masyarakat Eurosceptism.
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat karakteristik Kanselir Merkel yang menjadi kunci utama diberlakukannya pengetatan anggaran. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa setiap pemimpin negara seyogyanya melakukan konsiderasi yang mendalam, seperti dengan melakukan konsultasi, dan penjajakan terhadap konstituen, agar kebijakan yang dihasilkan tidak hanya terbatas pada keberhasilan mengatasi masalah namun juga dapat diterima oleh masyarakat.

This research will analyse about the role of Chancellor Angela Merkel to handle eurozone crisis through austerity measure in European Union. The crisis that emerged in Europe since 2009 not only crashed the finansial system, but also affected the integration process in that region. As a head of state that survive during the crisis, Chancellor Merkel have been acting as an important and prominent political leader. During the finansial crisis, Chanceloor Merkel has pushed the implementation of austerity measure although some harsh resistances occurred among the member states.
This research found that the characteristic of Angela Merkel as main feature that justify her decision to implement austerity measure to manage the eurozone crisis. Moreover, this research also suggests that it is important for every political leaders to take deeper consideration during decision making process. Thus the outcome will not just succesfully manage the crisis but also accepted by the peoples.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Daniel Tumpal S.
"ABSTRAK
Sejak tanggal 4 Januari 1999, mata uang tunggal Eropa Euro mulai dipergunakan sebagai alat transaksi. Berlakunya Euro ditandai dengan mulai berfungsinya Bank Sentral Eropa (ECB) di sebelas negara anggota Uni Ekonomi dan Moneter (EMU). Latar belakang lahirnya Euro disebabkan oleh keinginan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi anggotanya di tengah-tengah persaingan ekonomi global serta adanya suatu harapan agar segala bentuk konflik di Eropa tidak pernah terulang lagi.
Kredibilitas Euro disadari akan terus meningkat, namun di masa-masa awal pelaksanaan ini masih terdapat beberapa masalah yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi pelaksanaan mata uang tunggal Eropa ini. Ada dua faktor yang hares diperhatikan para pengambilan keputusan di Eropa agar pelaksanaan Euro beserta institusi pelaksananya (ECB) dapat berjalan dengan baik; pertama, bagaimana mempertahankan kredibilitas ECB sebagai bank sentral yang independen. Kedua, Euro saat ini baru didukung oleh sebelas negara anggota dan akan lebih baik bila keempat negara anggota lainnya juga segera turut serta dalam mata uang tunggal Eropa.
Dalam menciptakan kredibilitas ECB yang lebih baik ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Proses pengambilan keputusan di dalam EMU relatif lebih ter-desentralisasi dibandingkan bank sentral yang umumnya ada, dan juga dirasakan adanya persaingan pcngaruh antara dua negara terbesar di dalam EMU, yaitu: Jerman dan Perancis. Di masa depan akan lebih baik bila ECB tetap mampu mempertahankan independensinya dari intervensi kepentingan nonekonomi.dari negara-negara tertentu. ECB dirancang sebagai institusi yang relatif independen dari sorotan publik. Namun dirasakan perlu bila dalam pelaksanaannya ECB juga memperhatikan transparansinya kepada publik Eropa melalui akuntabilitasnya di Parlemen Eropa. Kredibilitas ECB akan juga semakin baik bila ia mampu tetap mempertahankan stabilitas harga yang ada dan mampu mengurangi tekanan tehadap nilai Euro yang dikhawatirkan dapat menyebabkan defisit anggaran.
Faktor kedua yang menjadi perhatian adalah masih adanya empat negara anggota Uni Eropa yang melakukan penundaan kedalam mata uang tunggal. Selain Yunani yang melakukan penundaan karena memang gagal memenuhi persyaratan ekonomi untuk masuk zone-Euro; maka ketiga negara lainnya (Inggris, Denmark, dan Swedia) lebih disebabkan alasan-alasan non-ekonomis; seperti: adanya isu nasionalisme/kedaulatan, belum mendapatkan dukungan publik, dan juga masih adanya kekhawatiran Euro tidak berhasil di masa awalnya. Walau diperkirakan penundaan ini hanya bersifat sementara melihat masa awal pelaksanaan Euro, namun akan lebih baik bila para pemerintah tersebut mengkondisikan tentang penggunaan mata uang tunggal Eropa Euro kepada masyarakatnya."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library