Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nawanto A. Prastowo
Abstrak :
Waktu latihan mempengaruhi peningkatan kadar antigen t-PA (ant t-PA). Waktu latihan sore meningkatkan kadar ant t-PA lebih tinggi dibanding waktu latihan pagi pada intensitas latihan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu latihan aerobik intensitas 60-70% laju jantung maksimal (LJM, 220-umur) selama 15 menit terhadap peningkatan kadar dnt t-PA. Subyek terdiri dari 16 laki-laki sehat, tidak terlatih berumur 25-35 tahun yang menjalani uji sepeda pagi (06.30-08.30 wib) dan sore (15.00-17.00) pada selang waktu 2 hari. Uji Wilcoxon sign ranked menunjukkan peningkatan kadar ant t-PA yang bermakna setelah latihan pagi dan sore sebesar 43,5% (P=0,03) dan 35% (P=0,03). Uji Wilcoxon U menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan kadar ant t-PA setelah latihan pagi dan sore. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu latihan pagi atau sore tidak berpengaruh terhadap peningkatan kadar ant t-PA pada intensitas latihan sedang.
Increased t-PA antigen (t-PA ant) level during exercise is affected by diurnal variation. Exercise in the afternoon increases t-PA ant higher than exercise in the morning. Purpose of this study was to examine the effect of time of day aerobic exercise on t-PA ant level. Subjects were 16 sedentary, healthy untrained male, performed 2 session ergo cycle at 60-70 maximal heart rate (MHR, 220-age) both Morning (06.30-08.30) and afternoon (15.00-17.00) by 2 days separated. Wilcoxon sign ranked test show t-PA ant increased significantly after exercise in the morning (43.5%, P=0,03) and afternoon (38%, P=0,03) but not significant different between morning and afternoon (P=0,97). It was concluded that time of day exercise did not affect t-PA ant level in moderate aerobic exercise intensity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T55780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sri Redjeki
Abstrak :
Kebugaran yang rendah berdampak pada penurunan produktivitas kerja dan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Tesis ini bertujuan untuk menilai faktor dominan yang berhubungan dengan kebugaran kardiorespiratori melalui tes bangku 3 menit YMCA. Penelitian ini dilakukan pada guru di Yayasan Asih Putera Kota Cimahi pada bulan Maret 2013. Desain penelitian ini menggunakan metode Crosssectional dengan jumlah sampel 80 orang. IMT ditentukan berdasarkan pengukuran berat badan dan tinggi badan, PLT diukur dengan BIA, aktivitas fisik diketahui melalui pengisian kuesioner Baecke, dan asupan gizi dihitung dengan menggunakan Food record 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan norma tes kebugaran bangku 3 menit YMCA sebanyak 66.2 persen guru tergolong tidak bugar. Uji Chi square menyatakan bahwa variabel umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, IMT, PLT, asupan gizi berupa energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, B2, B6, B12, Mg, Zn, dan Fe memiliki hubungan bermakna dengan kebugaran kardiorespiratori. Analisis Regresi Logistik Ganda menunjukkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kebugaran adalah aktivitas fisik (p<0.005, OR=48.34). Untuk meningkatkan kebugaran guru, disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik, pengendalian berat badan, pemberian suplemen, serta pembinaan terhadap pedagang makanan. ...... Phisical fitness has impact on the productivity and the body's resistance to disease. This study aims to assess the dominant factor related to fitness measured by cardiorespiratory endurance using YMCA 3-minute step test method. The subjects study was 80 teachers at Yayasan Asih Putera Cimahi in March 2013. This study using Cross-sectional design. BMI is determined by measuring weight and height, percent body fat measured by BIA, physical activity is known through the Baecke questionnaire, and nutrient intake was calculated by using 3 day Food record. The statistical test used was a Chi Square test and Multiple Logistic Regression for multivariate analysis. The results showed that 66.2 percent of the teachers classified as unfit group. Chi square test states that the variables age, sex, physical activity, BMI, PLT, a nutritional intake of energy, carbohydrate, protein, fat, vitamins B1, B2, B6, B12, Mg, Zn, and Fe had a significant association with cardiorespiratory fitness. Multivariate analysis showed that the dominant variable is associated with physical fitness is activity (p<0.005, OR= 48.34). It is suggested that sporting activities to have be done in order to increase the physical activity level, weight control, food supplements, as well as guidance to the food vendors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lontoh, Susy Olivia
Abstrak :
ABSTRAK
Latihan fisik intensif dan berkepanjangan menimbulkan adaptasi sistem kardiovaskuler berupa hipertrofi ventrikel kiri (Left ventricle hypertrophy = LVH), yang merupakan ciri khas respons adaptasi atau kompensasi jantung terhadap peningkatan tekanan maupun volume berlebih pada ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri ini dikategorikan sebagai athlete’s heart dan dianggap sebagai remodeling jantung yang fisiologis, tetapi beberapa penelitian menganggap perubahan ini juga dikaitkan dengan konsep maladaptif hipertrofi jantung. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh latihan fisik anaerobik dan detraining terhadap morfologi miokardium ventrikel kiri jantung tikus Wistar. Penelitian ini menggunakan tikus galur Wistar jantan (8 minggu), dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan latihan fisik anaerobik dibagi menjadi kelompok perlakuan latihan fisik anaerobik 4 minggu, 12 minggu, 4 minggu latihan anaerobik detraining 4 minggu dan 12 minggu latihan anaerobik detraining 4 minggu. Latihan anaerobik dilakukan selama 4 minggu dan 12 minggu dengan kecepatan kecepatan 35 m/mnt selama 15 menit dengan diberikan selang waktu istirahat selama 90 detik setiap 5 menit berlari. Pada akhir perlakuan dilakukan pemeriksaan morfometrik dan struktur histopatologi miokardium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan anaerobik selama 4 maupun 12 minggu serta kelompok detraining menyebabkan perubahan morfologi miokardium ventrikel kiri tikus Wistar .
ABSTRACT
Regular physical training induces cardiovascular adaptation such as left ventricular hypertrophy (LVH), which is a characteristic adaptive response of the heart towards pressure or volume overload. This left ventricular hypertrophy is called “athlete’s heart” and also determines physiologic remodelling heart, but in a few study findings myocardial hypertrophy was maladaptive forms of hypertrophy. The purpose of this experiment is to study the morphologic changes of the left ventricular myocardium in anaerobic physical training and detraining. This experiment uses young adult Wistar rats (8 weeks old) and were divided into 2 groups: control group and anaerobic exercise group. Each anaerobic exercise group was divided into 4 weeks exercise, 4 weeks exercise followed by 4 weeks detraining, 12 weeks exercise and 12 weeks exercise followed by detraining respectively. The anaerobic group was exercised on a treadmill with a speed of 35 m/minutes for 15 minutes, with a 90 seconds period of rest after 5 minutes running. The morphometric and histopathologic myocardial structures were examined, then conclusion anaerobic physical training during 4 and 12 weeks exercise with detrain group have caused morphologic changes of the left ventricular myocardium
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sedya Dwisangka
Abstrak :
Obesitas sentral merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan berdampak terhadap peningkatan penyakit degeneratif. Perubahan gaya hidup termasuk kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko terjadinya obesitas sentral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik rendah dan sedang terhadap kejadian obesitas sentral di Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan dengan survey. Populasi penelitian adalah masyarakat berusia 20 ? 65 tahun di Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakata Pusat. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi sebanyak 221 responden. Analisis data menggunakan Chi Square dan Cox regression. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral sebesar 37,1% dan prevalensi aktifitas fisik rendah?sedang (total aktivitas fisik < 3000 METs) sebesar 59,7%. Aktivitas fisik rendah?sedang terbukti berhubungan dengan obesitas sentral. Setelah dikontrol variabel jenis kelamin, interaksi aktivitas fisik dan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, intake kalori, pekerjaan, dan status merokok, aktivitas fisik rendah?sedang berisiko 8,58 kali (PR= 8,58; 95% CI 1,92 – 38,34) untuk terjadi obesitas sentral dibandingkan dengan orang dengan aktivitas fisik berat. ......Abdominal obesity is a health issues in Indonesia and have the impact to increasing of degenerative diseases. Lifestyle change including physical inactivity could increase risk of abdominal obesity. This study was attempt to identify association of low?middle physical activity with abdominal obesity in Johar Baru Village, Sub Distric of Johar Baru, Central Jakarta. The study was conducted by cross sectional survey. Population of the study was settled in Johar Baru Village, Sub District of Johar Baru, Central Jakarta. The sample was part of population including of 221 respondents. The result of the study presents that the prevalence of abdominal obesity was 37.1% and prevalence of low and middle physical activity (total activity <3000 METs) was 59.7%. Low and middle physical activity is significantly associated to abdominal obesity. After gender variable is being controlled, the interaction between physical activity and gender, age, level of education, calories intake, work, and smoking indicate to low and middle physical activity by increasing risk of 8.58 fold (PR= 8,58; 95% CI 1.92 – 38.34) to become abdominal obesity compare to high physical activity.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakina asha Siva utami
Abstrak :
Pendahuluan: Latihan fisik merupakan salah satu cara untuk mencapai kebugaran fisik. Namun, 25,4% penduduk Jawa Barat termasuk dalam kategori kurang aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran karakteristik latihan fisik dan tingkat kebugaran pegawai kebersihan luar gedung UI di Depok, serta mencari hubungan antara rutinitas dan tingkat latihan fisik terhadap tingkat kebugaran. Metode: Desain penelitian yang digunakan ialah potong lintang. Subjek dipilih menggunakan metode consecutive sampling (n=102). Data yang dikumpulkan ialah rutinitas dan tingkat latihan fisik, hasil uji arus puncak ekspirasi, serta tingkat kebugaran yang diketahui dari hasil uji jalan 6-menit. Data rutinitas dan tingkat latihan fisik dan tingkat kebugaran dianalisis korelasinya dengan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil: Dari 102 subjek, diketahui bahwa 90,2% memiliki rutinitas latihan fisik sesuai dengan rekomendasi American Heart Association (AHA), serta 66,7% memiliki tingkat latihan fisik yang sedang berdasarkan IPAQ Scoring Protocols. Akan tetapi, subjek yang bugar hanya sebanyak 2%. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,503 untuk variabel rutinitas latihan fisik dan hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan p = 0,523 untuk variabel tingkat latihan fisik. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rutinitas maupun tingkat latihan fisik dengan tingkat kebugaran pegawai kebersihan luar gedung UI, Depok. ......Introduction: Physical exercise is one way to achieve physical fitness. However, 25.4% of the population of West Java is in the less active category. This study aims to determine the distribution of physical exercise characteristics and fitness levels of janitors in UI Depok and to find the relationship the two. Methods: The research design used is cross-sectional. Subjects were selected using the consecutive sampling method (n = 102). Data collected in this study were physical exercise routine, physical exercise level, result of expiratory peak flow test, and fitness level measured using 6-minute walking test. Data were analyzed for correlation with the Mann-Whitney and Kruskal-Wallis test. Results: From 102 subjects, 90.2% have physical exercise routine correspond the recommendations of the American Heart Association (AHA), and 66.7% have a moderate level of physical exercise based on IPAQ Scoring Protocols. However, only 2% of subjects have adequate fitness level. The Mann-Whitney test result showed p = 0.503 for physical exercise routine variables, and the Kruskal-Wallis test result showed p = 0.523 for physical exercise level variables. Conclusion: There is no significant relationship between physical exercise level or routine with the fitness level of janitors in UI, Depok.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fajar
Abstrak :
ABSTRAK
Gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktifitas fisik, konsumsi makanan tinggi lemak, dan stress, menjadi penyebab masalah hipertensi pada agregat dewasa di masyarakat perkotaan. Latihan Isometrik merupakan salah satu alternatif latihan fisik untuk menurunkan tekanan darah. Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran keefektifan latihan isometrik dengan dukungan keluarga untuk menurunkan tekanan darah pada keluarga Ibu S. Metode yang digunakan adalah asuhan keperawatan keluarga dan studi kasus mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Intervensi latihan isometrik pada keluarga Ibu S dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah 20 mmHg pada tekanan Sistolik dan 10 mmHg pada tekanan Diastolik. Latihan Isometrik dilakukan dalam rentang waktu 3 menit satu kali sesi sebanyak 21 kali selama 3 minggu. Intervensi latihan isometrik dapat direkomendasikan menjadi salah satu intevensi keluarga dengan hipertensi
ABSTRACT
Unhealthy lifestyle such as luck of physical activity, high fat dietary intake and stress cause hypertension for adult aggregates in urban communities. Isometric Exercise is one of the alternative physical exercise to lower blood pressure. The purpose of this scientific creation to provide an overview of the effectiveness Isometric Exercise with family support to lower blood pressure in the Ms. S family. The methods used are family nursing care and case studies from the assessment stage to the evaluation stage. Isometric Exercise intervention to Ms. S family with hypertension can lower Sistolic Blood Pressure 20 mmHg and Diastolic Blood Pressure 10 mmHg. Isometric Exercise is performed within 3 minutes of one session 21 times for 3 weeks. Isometric Exercise interventions can be recommended to be one of the family interventions with hypertension.
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nazla Hanan Rafifah
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara perilaku latihan fisik dan resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Sebanyak 153 mahasiswa tingkat akhir menjadi partisipan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang mengukur resiliensi dan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti untuk mengukur perilaku latihan fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku latihan fisik dan resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir (r= 0,107, p > 0,05). Penelitian berikutnya diharapkan dapat lebih mendalami faktor-faktor lainnya untuk pengembangan penelitian terkait perilaku latihan fisik dan resiliensi. ......This research aims to investigate the potential correlation between exercise behavior and resilience among university final-year students. This study used quantitative methodology with correlational design. A total of 153 final-year students participated in this study. A questionnaire developed by researchers was used to gauge exercise behavior and Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC) was employed to measure resilience. The study's findings show that among final-year college students, no significant and positive correlation between exercise behavior and resilience was found (r= 0.107, p > 0.05). The next research is expected to examine deeper into other factors for the development of studies related to exercise behavior and resilience.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan: Untuk membuktikan bahwa olahraga yang sesuai dan minum obat dapat menurunkan tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 5 mmHg. Metode Penelitian eksperimen kuasi selama 8 minggu di antara karyawan suatu instansi di Jakarta bulan Maret?Agustus 2008. Semua pengidap prahipertensi dan hipertensi yang ditemukan saat survei diundang mengikuti penelitian eksperimen kuasi. Ceramah diberikan pada awal penelitian, dan konseling sekali seminggu tentang olah raga, minum obat antihipertensi, serta hal terkait upaya penurunan TDD. Analisis memakai regresi Cox. Hasil: Sebanyak 1016 dari 1300 karyawan mengikuti survei tekanan darah, 318 subjek mempunyai TDD 80 mmHg atau lebih. Dari 120 subjek yang sukarela mengikuti eksperimen kuasi sebanyak 104 subjek yang menyelesaikannya. Dibandingkan dengan subjek yang tidak berolahraga dan juga tidak minum obat antihipertensi, subjek yang berolahraga sesuai dan minum obat antihipertensi teratur mempunyai kemungkinan penurunan TDD ≥ 5 mmHg lebih 12 kali [risiko relatif suaian (RRa) = 12,32; 95% interval kepercayaan (CI) = 0,65-234,54; P = 0,095], sedangkan subyek yang berolahraga sesuai atau minum obat antihipertensi namun tidak teratur mempunyai kemungkinan penurunan TDD ≥ 5 mmHg hampir 11 kali (RRa = 10,94; 95% CI = 2,04-58,74; P = 0,05. Subjek dengan TDD = 90-99 mmHg dibandingkan dengan yang TDD = 80-89 mmHg mempunyai kemungkinan penurunan TDD ≥ 5 mmHg 4,8 kali (RRa = 4,75; 95% CI = 1,19-18,65). Subjek yang obes, dengan denyut nadi istirahat bradikardia, serta tekanan nadi rata-rata tinggi tidak terjadi penurunan TDD ≥ 5 mmHg dengan olahraga dan minum obat antihipertensi. Kesimpulan: Kombinasi olahraga sesuai dan minum obat antihipertensi menurunkan TDD ≥ 5 mmHg di antara pengidap (pra-)hipertensi diastolik. Namun pada subjek yang obes, dengan denyut nadi istirahat bradikardi atau tekanan nadi rata-rata tinggi TDD tidak dapat diturunkan dengan olahraga dan minum obat antihipertensi.
Abstract
Aim: To prove that proper exercise and taking antihypertensive medicine may reduce diastolic blood pressure (DBP) by ≥ 5 mmHg. Method: A quasi-experimentation study was done on employees of a government bureau in Jakarta, for 8 weeks from March to August 2008. All prehypertensive and hypertensive subjects were detected through a survey prior to the quasi-experimentation study. A talk was given at the beginning of the quasi-experimentation study, and weekly counseling sessions on exercise, taking medications, and other related topics continued for 8 weeks. Cox regression was used for calculating relative risk. Results: A total 1,016 employees out of 1,300 were involved in this blood pressure survey. Of these, 318 subjects had a DBP of 80 mmHg or more. Out of 120 subjects who voluntarily participated, 104 subjects completed the quasi-experimentation study. Compared to those who did not exercise properly and did not take antihypertensive medicines, subjects who did exercise properly and took medicines regularly had a lower diastolic blood pressure DBP ≥ 5 mmHg by more than 12-fold [adjusted relative risk (RRa) = 12.32; 95% confidence interval (CI) = 0,65-234,54; P = 0.095. However subjects who exercised properly or took antyhypertensive medicines irregularly were found to lower their DBP ≥ 5 mmHg by almost 11 fold [adjusted relative risk (RRa) = 10.94; 95% confidence interval (CI) = 2.04-58.74]; P = 0.005. Subjects with DBP = 90-99mmHg had a decrease of DBP ≥ 5 mmHg 4.8 fold (RRa = 4.75; 95% CI = 1.19-18.65) compared to those with DBP = 80-89mmHg. Compared to the normal subjects, the obese, resting pulse rate bradycardia, and high average pulse pressure subjects had less probability of lowering DBP ≥ 5mmHg, by 87%, 90%, and 65%, respectively. Conclusion: Combine proper exercise and taking antihypertensive medicine was reduce DBP by ≥5 mmHg among DBP (pre-) hypertensive subjects. The obese, bradycardia, or high pulse pressure subjects failed to lowering their DBP ≥5 mmHg by proper exercise and taking antihypertensive medicine.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Exercise-induced bronchospasm (EIB) sering dijumpai pada atlet remaja. Penelitian untuk mengetahui prevalensi EIB pada atlet remaja di Indonesia belum pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi EIB pada atlet Sekolah Olahraga Ragunan dengan menggunakan tes latihan di laboratorium. Setiap atlet melakukan latihan sepeda statis (Monark, Swedia) hingga mencapai intensitas latihan minimal pada 90% laju jantung maksimal. ?Force expiratory ventilation? (FEV) diperiksa dengan menggunakan spirometri (Minato AS-PAL, Jepang) pada menit ke 0, 5, 10 dan 20 pasca latihan. Diagnosis EIB ditentukan bila terdapat penurunan FEV1 10% atau lebih dibanding nilai basal. Suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian berkisar 28°C-31°C dan 74%-82%. Sebanyak 168 atlet mengikuti penelitian ini. Terdapat 23 atlet yang terbukti positif EIB. Persentase penderita EIB terbanyak adalah di cabang taekwondo (54,5%). Jumlah atlet yang terbukti EIB yang berasal dari cabang yang kurang asmogenik sebanyak 16 orang (70%). Terdapat 17 atlet wanita (17,5%) dan 6 atlet laki-laki (8,4%) yang menderita EIB. Ternyata, prevalensi EIB pada atlet remaja cukup besar, dan terjadi lebih banyak pada atlet wanita. Selain itu, tes latihan yang dilakukan di laboratorium dapat mendiagnosis EIB pada atlet dari cabang olahraga yang kurang mencetuskan EIB.
Abstract
Exercise-induced bronchospasm (EIB) is a common condition among adolescent athletes. There has been no study examining the prevalence of EIB among adolescent athletes in Indonesia. This study aimed to get the prevalence of EIB among Ragunan Sport School athletes by laboratory exercise challenge. Subjects performed static cycle ergometer exercise (Monark, Sweden) to reach minimal workload of 90% maximal heart rate. Force expiratory ventilation (FEV1) was examined by spirometry (Minato AS-PAL, Japan) at minute 0, 5, 10 and 20 post exercise. The EIB was defined as a decline of FEV1 as much as 10% or more from baseline value. Room temperature and humidity were 28°C-31°C and 74%-82% respectively. There were 168 athletes from 12 sport types who participated in this study. Among them, 23 athletes (13.7%) were EIB positive. The highest percentage of EIB was in taekwondo (54.5%). Sixteen athletes with EIB (70%) were from less asthmogenic sports. Athletes with EIB consisted of 17 (17.5%) females and 6 (8.4%) males. In conclusion, the prevalence of EIB among adolescent athletes was moderately high, and was more prevalent in female. More over, laboratory exercise challenge could elicit EIB in less asthmogenic sport.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Atma Jaya. Fakultas Kedokteran], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>