Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djatmika
"Buku mengenai pameran di Betawi pada tahun 1865 ini diawali dengan denah/peta/gambar dari gedung pameran, yaitu di lapangan Gambir, yang ketika itu diberi nama Konengseplen (Koningseplein). Bangunan pameran tersebut berada di dekat gereja (Gereja Emanuel?). di dalam gedung tersebut dipamerkan barang-barang yang berasal dari daerah-daerah di Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya di Nusantara."
Batavia: Ter Lands-Drukkerij, 1867
BKL.1119-LL 146
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
David Dwiananta A.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S48005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Cahayani
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S48004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sengkey, Hans Kalalo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Handayanti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sugiharto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megawati Asellia Putri
"ABSTRACT
Dalam sebuah pameran, terdapat komposisi solid dan void yang keduanya saling berhubungan untuk mengakomodir struktur pameran secara keseluruhan. Oleh karena itu, void merupakan elemen yang penting dalam struktur pameran. Pameran terdiri dari struktur spasial dan narasi yang masing-masing memiliki komposisi void di dalamnya. Maka dari itu, void tidak hanya dibaca dalam wujud fisik struktur spasialnya, namun lebih jauh lagi, void dapat dibaca sebagai sebuah konsep yang memiliki perluasan makna dalam struktur narasinya. Skripsi ini mempelajari lebih dalam mengenai wujud, peran, dan mekanisme void dalam pameran Dunia Komik yang diselenggarakan di Galeri Nasional. Melalui pembacaan void dalam pameran tersebut, makna void menjadi lebih luas karena memiliki wujud dan peran yang bermacam-macam.

ABSTRACT
In an exhibition, there is a relationship between the composition of solid and void that accomodate the whole exhibition structure. Therefore, void is an important element in the exhibition structure. The exhibition consists of spatial and narrative structure that each have a void composition within. Void is not only read in the physical form of spatial structure, but also can be read as a concept that has an extension of meaning in its narrative structure. This thesis examines more about forms, roles, and void mechanisms of the Dunia Komik exhibition which held at the Galeri Nasional. Through the reading of void in the exhibition, the meaning of void becomes more extensive because it has a variety of forms and roles."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Rumaisyah
"ABSTRACT
Ruang transisi tidak hanya berfungsi sebagai ruang untuk bersikulasi. Akan tetapi, menurut teori Boettger 2014, ruang transisi juga dapat berperan sebagai ruang pameran. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini ingin melihat peran elemen ruang transisi sebagai sarana pameran. Pendekatan masalah pada skripsi ini menggunakan studi literatur mengenai ruang transisi dan ruang pameran dan mengaitkanya dengan studi kasus di Kampung Bekelir, Tangerang yang merupakan kampung wisata mural. Pada bagian akhir, skripsi ini menemukan bahwa elemen ruang transisi berperan dalam memfasilitasi berbagai aspek yang seharusnya terdapat pada ruang pameran.

ABSTRAK
The transitional space is not only serves as a space for circulation. However, according to Boettger 39 s theory 2014, the transitional space can also serves as an exhibition space. Therefore, this thesis would like to see the role of transitional space elements as a medium of exhibition. This thesis uses literature study about transitional space and exhibition space and relate it with case study in Kampung Bekelir, Tangerang which is mural tourism kampung. In the final section, this thesis finds that the elements of transitional space play a role in facilitating various aspects that should be in the exhibition space. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Tyas Awangsari Nastiti
"Glodok merupakan salah satu tempat yang ditetapkan oleh PT.MRT sebagai tempat pemberhentian stasiun MRT, selain itu, sebagai desa wisata.  Seiring dengan berjalannya waktu, Glodok semakin hilang nilai hostorisnya, seperti misalnya nanyian tradisional yang dibawakan oleh orang Tionghoa pada saat masyarakat berjalan melalui glodok, tanah lapang (tempat kuda), penamaan gang yang mulai hilang (gang madat, jalan cengkeh, jalan kopi, jalan pala). Secara daily culture panggilan nci-nci, asuk-asuk sudah mulai hilang secara perlahan dengan adanya perubahan dari dunia yang mulai modern. Faktor lain yang membuat hilangnya nilai sejarah Glodok adalah semakin sedikit penduduk asli glodok yang menetap di daerah Glodog, dan kurangnya pelestarian sejarah di lokasi tersebut. Padahal, budaya Tionghoa sendiri memberikan andil yang besar, seperti kaligrafi dan lukisan, sulaman, lentera, layangan dan keramik. Selain itu banyak akulturasi dari budaya Tionghoa-Betawi seperti, gambang kromong. Namun, hal ini kurang adanya pelestarian, seperti yang dikatakan oleh oleh Metta Setiandi bahwa, “We’re adapting but it’s changing all the time” yang membuat nilai sejarah Glodok hilang secara aktivitas dan kultur. Untuk mendukung pelestarian ini maka diperlukan sebuah wadah yaitu museum/exhibition center, serta memberikan wawasan kepada masyarakat sebagai perspektif baru dalam memandang etnis Tionghoa.

Glodok is one of the places determined by PT.MRT, as a stop for the MRT station. In addition, as a tourist village. Over time, glodok lost its historical value, such as the traditional songs sung by the Chinese when walking through glodok, the field (place for horses), the naming of alleys that began to disappear (alley madat, clove street, coffee street, nutmeg street). In the daily culture, calls are nci-nci, asuk-asuk which have started to disappear slowly with the changes in the world that is starting to be modern. Apart from that, other factors that make the historical value of Glodok disappear are the fewer native people who live in the Glodok area and the lack of historical preservation in that location. In fact, Chinese culture itself contributed greatly, such as calligraphy and painting, embroidery, lanterns, kites and ceramics. Apart from that, there is a lot of acculturation from the Chinese-Betawi culture, such as the Gambang Kromong. However, this lacks preservation. Therefore Metta Setiandi said that, "We're adapting but it's changing all the time" which makes the historical value of glodok lost in terms of activity and culture. To support this preservation, a forum is needed, namely a museum/exhibition center. As well as providing insight to the community as a new perspective in viewing the Chinese ethnicity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariansyah Eka Prasetyo
"Gangguan jiwa telah menjadi salah satu isu kesehatan global yang semakin mendesak untuk diperhatikan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019, sekitar 970 juta orang di seluruh dunia hidup dengan gangguan jiwa, kecemasan dan depresi. Dalam konteks kesehatan mental, peran institusi budaya seperti museum dapat menjadi media yang krusial, khususnya dalam membahas perkembangan penanganan medis untuk publik. Museum Kesehatan Jiwa Lawang merupakan salah satu museum yang menyajikan pameran kesehatan jiwa. Namun, dalam pelaksanaanya museum ini masih menerapkan konsep tradisional yang cenderung collection oriented, dan hanya berfokus pada kegiatan preservasi dan konservasi benda-benda bersejarah saja. Konsep new museum hadir membawa ideologi baru yang merubah museum menjadi suatu instansi yang lebih people oriented, edukatif, dan bersifat inklusif. Untuk mewujudkan konsep new museum dirumuskanlah rumusan permasalahan yang merujuk pada pertanyaan bagaimana merancang konsep tata pamer Museum Kesehatan Jiwa Lawang yang komunikatif dan inklusif sehingga sejalan dengan tujuan dan prinsip new museum? Proses rekonstruksi akan menggunakan pendekatan arkeologi kolonial, sosial-historis, yang dikombinasikan dengan analisis konten multimedia untuk menghimpun isu-isu kesehatan mental terkini. Hasil penelitian ini berupa rancangan tata pamer museum yang sudah disesuaikan dengan konsep new museum yang edukatif, rekreatif, dan inklusif.

Mental health disorders have become one of the pressing global health issues that require increasing attention. According to the World Health Organization (WHO) in 2019, approximately 970 million people worldwide live with mental health disorders, including anxiety and depression. In the context of mental health, cultural institutions such as museums can play a crucial role, particularly in addressing the development of medical treatments for the public. Museum Kesehatan Jiwa Lawang is one such museum that exhibits mental health themes. However, in its implementation, this museum still applies a traditional concept that tends to be collection-oriented, focusing only on the preservation and conservation of historical objects. The concept of the new museum introduces a new ideology that transforms museums into more people-oriented, educational, and inclusive institutions. To realize the concept of the new museum, the problem formulation refers to the question of how to design a communicative and inclusive exhibition layout for Museum Kesehatan Jiwa Lawang, aligning with the goals and principles of the new museum? This analysis process will utilize colonial archaeology and socio-historical approaches, combined with multimedia content analysis to gather current mental health issues. The results of this research are a museum exhibition design tailored to the new museum concept, which is educational, recreational, and inclusive."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>