Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
One species of the red algae (Rhodophyceae) resulted from carrageenan is Eucgeuma cottonii. This algae is cultured intensively in Madura island espicially in district of Sumenep in village of Pekandangan - Buto. Production of E. cottonii in Sumenep - Madura rised over the last years but extraction of carrageenan has not been performed extensively. Unfortunately, it has been exported to abroad in dried from used as raw materials either food or non food industry. The objective of this research is to stydy the influence of extraction method of carrageenan on its quality. The best carrageenan quality was resulted by the modification of extraction metod by using cold alkali treatment so this method can be considered as alternative methods. The carrageenan quality that serulted from this methods is one the standard suggested by food and agriculture Organization,
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Maming
Abstrak :
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku ekstraksi kompleks Er dan Yb-37,38,39,40,41,42-heksakis(karboksimetoksi)-5,11,17,23,29,35-heksakis(tertbutil)kaliks(61arena dalam 1,2-dikloroetana. Perilaku ekstraksi kompleks Er dan Yb tersebut dipelajari dengan mengamati pengaruh pH fasa air, konsentrasi kaliks[6]arena bebas di fasa organik, dan kuat ion NaCl, KCI, KND3 terhadap distribusi kompleks. Berdasarkan distribusi kompleks yang diperoleh pada berbagai kondisi tersebut, dapat diperkirakan spesi yang terbentuk, mekanisme ekstraksi, tetapan ekstraksi kompleks, dan selektivitas pemisahan Era+ dan Yb3+ Ekstraksi dilakukan menggunakan larutan kaliks[6]arena dalam 1,2-dikloroetana. Keasaman fasa air diatur dengan dua cara yaitu menggunakan larutan buffer asetat, dan larutan campuran tetrametilamoniumhidroksida dengan HC1( TMAH HC1 ). Proses ekstraksi dilakukan dalam erlenmeyer tertutup dengan cara pengadukan menggunakan pengaduk magnet. Pengukuran konsentrasi ion logam di dalam fasa air dilakukan dengan Spektrofotometer Serapan Atom-Tungku Grafit. Hasil percobaan menunjukkan, bahwa ekstraksi kompleks M-kaliks[6]arena pada kisaran pH sekitar 2,00 hingga 5,60 melibatkan tiga spesi ligan, yaitu : LH5, LH33, dan L6", yang terbentuk berturut-turut pada pH sekitar 3,30, 4,30, dan 5,40. Ketiga spesi ligan tersebut dapat berikatan dengan ion logam membentuk lima kemungkinan spesi kompleks, yaitu : M-kaliks-1 (MLHSX2 ), M-kaliks-2 ( MLH3 ), dan M-kaliks-3 (MLY3, M2L, dan M2L2Y6 ), bergantung pada pH dan konsentrasi ligan (M = Er3+ atau Yb3}, X = anion bermuatan -1, dan Y = kation bermuatan +1 ). Efxsiensi ekstraksi kompleks M-kaliks[6]arena bertambah dengan peningkatan pH fasa air dan konsentrasi ligan bebas di fasa organik Dengan adanya garam ( NaCl, SCI, dan. KND3 ) dalam fasa air menyebabkan efisiensi ekstraksi turun dengan meningkatnya kuat ion hingga 0,10, kecuali Yb-kaliks-3 yang naik pada kuat ion rendah hingga 0,03. Pada kisaran kuat ion 0,10 - 0,30, efisiensi ekstraksi dapat dikatakan tidak berubah dengan kenaikan kuat ion. Efek penurunan efisiensi ekstraksi lebih besar untuk ion garam yang berukuran kecil Mekanisme ekstraksi berlangsung melalui pembentukan pasangan ion pada spesi M-kaliks-1, kompleks netral pada M-kaliks-2, dan koekstraktan (pasangan ion) pada M-kaliks-3. Selektivitas pemisahan Er3+ dan Yb3+ melalui mekanisme pembentukan kompleks M-kaliks[6]arena tergolong rendah, dan sedikit meningkat dengan adanya koekstraktan ion logam natrium pada ekstraksi kompleks M-kaliks-3.
The research of extraction behavior of Er and Yb-37,38,39,40,41,42-hexakis-(carb oxymethoxy)- 5, 11,17,23,29,3 5-hexakis(ter-butyl)calix[6] arene complexes in 1,2-dichloroethane has been done. The extraction behavior of Er and 'sib complexes studied by observing the effect of aquous phase pH, the concentration of free calix[6]arene in organic phase, and ionic strength of NaCl, KCI, KNO3 to complex distribution. Based on the various condition, it was can be estimated that the formed species, extraction mechanism, a constant of complex extraction, and separation selectivity of Er31- and YIP. The extraction was done by using calix[6]arene in I,2-dichloroethane solution. The acidity of aquous phase was prepared by using acetic buffer solution, and mixed solution of tetrametylamoniumhydroxide and HCI (TMAH-HCI). Extraction process was done in closed elenmeyer by mixing with magnetic stirrer. Measurement of metal ion concentration in aquous phase was done with Atomic Absorption Spectrophotometer- Graphite Furnace. The result of the experiment showed that extraction of M-calix[6]arene complex at pH of about 2.00 to 5.60 involved three species of ligan, those are LH5 , LH33-, and L6-, which were formed in order at pH of about 3.30, 4.30, and 5.40. The three ligan species can be bond with metal ion formed five possibilities of complex species, those are M-calix-1 (MLH5)C2), M-calix-2 (MLH3), and M-calix-3 (MLY3, M2L, and M2L2Y6 ), depended on pH and ligan concentration (M = Era+ or Yb3*, X = anion charged -1, and Y = kation charged +1). Extraction efficiency of M-calix[6]arene complex increased by the raising of pH of aquous phase and free ligand concentration at organic phase. Presence of salt ( NaCl, KCI, and KNO3 ) in aquous phase caused extraction efficiency decreased by the raising of ionic strength up to 0.10, except Yb-calix-3 which increased at ionic strength was low up to 0.03. At ionic strength of 0.10 -- 0.30, we could say that extraction efficiency did not change by the raising of ionic strength. The effect of extraction efficiency decrease was greater for salt ion which small size. Extraction mechanism ran through the formation of ion pair at M-calix-1 species, neutral complex at M-calix-2, and coextractan (ion pair) at M-calix 3. Separation selectiveness of E?+ and Yb3+ through the mechanism of complex formation of M-calix[6]arene was low; it would increase a little with coextractan of sodium metal ion at extraction of M-calix-3 complex
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Juniar
Abstrak :
ABSTRAK
Kriptan adalah ligan makrosiklik yang mampu membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif berdasarkan kesesuaian ukuran jari-jari kation dengan ukuran rongga kriptan. Sifat kriptan ini dimanfaatkan untuk pemisahan logam-logam lantanida baik sebagai kelompok maupun individu.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan mekanisme dan kestabilan kompleks Sm(III) dan Yb(III) dengan menggunakan kriptan[2.1.1 ] dan kriptan[2.2.2B] pada ekstraksi pelarut. Untuk itu dipelajari pengaruh pH fasa air terhadap ekstraksi kedua ion logam dengan kriptan[2.1.1] dalam kloroform dan kriptan[2.2.2B] dalam toluen dengan pasangan ion klorida, pikrat dan asetat. Untuk mengetahui mekanisme ekstraksi, kestabilan kompleks kriptat yang terbentuk dan spesi yang terekstrak , dipelajari pengaruh pasangan ion asetat dan plcrat melalui efisiensi ekstraksi. Pengaruh variasi komposisi/kepolaran pelarut dipelajari dengan menggunakan pasangan ion klorida yang mempunyai selektivitas pemisahan yang paling besar.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pH berpengaruh pata pembentukan kompleks Sm(III) dan Yb(III)-kriptat[2.1.1] dan [2.2.2B] untuk pasangan ion klorida, pikrat dan asetat. Hasil pengukuran dengan spektrofotometer uv-vis menunjukkan stoikiometri M : L adalah 1 : 1. Spesi kriptan dominan yang berada dalam fasa air adalah LH+. Mekanisme ekstraksi adalah melalui pembentukan kompleks pasangan ion. Asetat dan pikrat dapat menggantikan sebagian klorida yang membentuk pasangan ion pada kompleks Sm dan Yb-kriptat[2.1.1] dan [2.2.2B]. Selain itu juga ditentukan secara kwalitatif kestabilan kompleks dengan berbagai pasangan ion. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kestabilan kompleks Sm(III) dan Yb(III)-kriptat path pH 5,0 meningkat dengan urutan asetat > pikrat > klorida, baik untuk kriptan[2.1.1 ] maupun untuk kriptan[2.2.2B]. Penambahan n-heksana pada ekstraksi Sm(III) dan Yb(III)kriptat klorida pada pH 5,0 dapat meningkatkan selektivitas ekstraksi dengan kriptan[2.1.1]. Sebaliknya, selektivitas menurun pada ekstraksi Sm(III) dan Yb(III) kriptat[2.2.2B]klorida dengan penambahan kloroform pada pelarut toluen.

Daftar Pustaka 28 (1964 - 1997 ).

1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Nisma
Abstrak :
RINGKASAN
Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, pemakaian unsur-unsur lantanida terus meningkat. Unsur lantanida umumnya ditemukan dalam bentuk campuran dengan unsur lantanida lainnya dalam batuan. Untuk memperoleh unsur lantanida murni dibutuhkan teknik pemisahan yang selektif dan efesien. Ekstraksi pelarut adalah salah satu teknik pemisahan yang banyak dikembangkan sejalan dengan sintesa ligan-ligan baru.

Kriptan adalah ligan makrosiklik yang dapat terprotonasi dengan satu atau duo ion I1 dalam bentuk (LW) dan (LH2)}2. Bentuk ini mampu membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif berdasarkan kesesuaian ukuran jari-jari kation logam dengan ukuran rongga kriptan terprotonasi, jenis anion dan kepolaran pelarut yang sesuai. Bentuk kompleks ini dimanfaatkan untuk pemisahan ion lantanida, baik sebagai individu ataupun kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan selektifitas ekstraksi kompleks Sm*3, Eu+3 dan Yb+3 yang baik, dengan kriptan [2.2.1) dan [2.2.2]_ Selanjutnya hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan kelayakan metoda ekstraksi untuk pemisahan ketiga ion logam tersebut Dipelajari pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kriptan, jenis dan konsentrasi pasangan anion terhadap %E dan Log D kompleks yang terbentuk dengan pelarut kloroform. Pengaruh kepolaran pelarut dipelajari dengan menggunakan pelarut murni dan pencampuran pelarut 0-10% kloroform dalam n-heksana, 0-10% diklorometana dalam n-heksana, 0-10% n-heksana dalam kloroform, 0-10% n-heksana dalam diklorometana dan 040% toluen dalam kloroform. Pengaruh pasangan anion pada komposisi kepolaran pelarut 0-100% diklorometana dalam kloroform, dipelajari dengan menggunakan pasangan anion kiorida, asetat dan pikrat.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa selektifitas pemisahan kompleks lantanida kriptat [2.2.11 dan [2.2.21 dipengaruhi oleh pH larutan logam, jenis pasangan ion dan kepolaran pelarut fasa organik yang digunakan_ Kompleks Ln-Hkriptat [2.2.1] mempunyai selektifitas ekstraksi yang tinggi pada pH 3.0 dan terendah pada pH sekitar 5.0. Selektifitas ekstraksi kompleks Ln-Hkriptat [2.2.2.1 diperoleh tinggi pada pH 5.0, dan terendah pada pH sekitar 3.0. Selektifitas ekstraksi ketiga logam pada pH ± 5.0 diperbesar dengan menambahkan pikrat dan asetat sebagai pasangan anion dan mengatur kepolaran pelarut fasa organik. Dari hasil pengaruh komposisi kepolaran pelarut, selektifitas ekstraksi logam Sm dengan Yb atau Eu-kriptat [2.2.1] pasangan ion klorida diperoleh pada kepolaran pelarut rendah (komposisi pelarut 4-10% kloroforn dalam nheksana). Sedangkan selektifitas Eu dengan Yb-kriptat [2.2.1] diperoleh pada kepolaran pelarut tinggi (komposisi pelarut 0-3% n-heksana dalam diklorometana). Selektifitas ekstraksi kompleks Eu dengan Sm atau Yb-kriptat [2.2.21 klorida terjadi pads kepolaran pelarut rendah (komposisi 2-5% kloroform dalam n-heksana), sedangkan selektifitas pemisahan kompleks Srn dengan Yb-kriptar [2.2.2] klorida terjadi pads kepolaran pelarut tinggi (komposisi 70-90 % diklorometana dalam kloroform).

Selektifitas pemisahan Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] maupun [2.12] pikrat diperoleh pada kepolaran tinggi (komposisi 30-40 % diklorometana dalam kloroform). Sedangkan selektifitas ekstraksi Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] asetat diperoleh pada kepolaran pelarut sedang (0 % diklorometana dalam kloroform), sebaliknya selektifitas Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] asetat diperoleh pada kepolaran tinggi (100 % diklorometana).

Selektifitas pemisahan Sm dengan Yb-kriptat [112] asetat diperoleh pada kepolaran tinggi (komposisi 30-100 % diklorometan dalam idoforom).

ABSTRACT The Effect of pH, Anion Pairs and Mixed Composition of Solvents on Extraction

Selectivity of Metals Sm (III), Eu (III) and Yb (III) with Eryptand [2.2.1] and [2.2.2]Along with the development of science and technology, the use of lanthanides elements have continuously increased. Generally, lanthanides can be found as a mixture with other lanthanide elements in minerals. To get pure lanthanides, it needs a selective and efficient separation technique. Solvent extraction is one of the separation technique studied due to the synthetize of new ligands.

Cryptands are macrocyclic ligand (L) that can be protonated with one or two 1r ions to form (LW) and (LH2+2). This protonated ligand can from complexes selectively with metal ion, a complex metals ion based on appropriateness of the diameter of ions with the cavity size of the protonated cryptands. Due to differrent polarity of pair ion complex formed the extraction selectivity were studied with different anion. By using various solvent polarity, the extraction selectivity can be improved. A protonated cryptands can be used for separating lanthanides ion whether individual or groups lanthanides.

The aim of this research is intends to find a better extraction selectivity of Sm+3, Eu+3 dan Yb+3 by using cryptands [2.2.1] and 12.2.2] as complexing agent The result be used to study the feasibility of to separate the three ions (by extraction method). The effect of pH, the type and the concentration of cryptands, the type and the concentration of anion pairs (chloride, picrate and acetate) were studied in chloroform . The impact of solvent polarites were using pure solvent (chloroform, n-hexane, toluene and dichloromethane). Furthur studied were carried out using mixed solvent e.q : 0-10% chloroform in n-hexane, 0-10% dichloromethane in n-hexane, 0-10% n-hexane in chloroform, 0-10% n-hexane in dichloromethane and 0-10% toluene in chloroform. The effect of anion pairs were studied with mixed solvents of 0-100% dichloromethane in chloroform.

The results showed that the separation selectivity of lanthanides-cryptates [2.2.1] and [2.2.2] complex was influenced by the pH of metal solution, the type of pair ion and the polarity of the organic phase. Ln-Hcryptate[2.2.1] complexes had a hight extraction selectivity at pH 5 3.0 and lower at pH 5.0. The extraction selectivity of Ln-Hcryptate [2.2.21 complexs showed bight at pH ? 5.0 and lower at pH 3.0. The extraction selectivity of third metals at pH 5.0 could be enlarged with the increase of picrate and acetate anion pairs, and with the exchange of polarity of organic solvents. The extraction selectivity of Sm and Yb or Eu-cryptate [2.2.1] chloride complexes is shown at lower solvents polarity (4-10% chloroform in n-hexane). While, the separation of Eu with Ybcryptate [2.2.1] is pronounce at bight solvents polarity (0-3% n-hexane in dichloromethane). However, the extraction selectivity of complexs Eu with Sm or Ybcryptate 12.2.2] chloride is found at low 'solvents polarity (2-5 % chloroform in n-hexane). The posibble separation selectivity of complexes Sm and Yb-cryptate [2.2.2] chloride complexes occurred at hight solvents polarity (70-90% dichloromethane in chloroform).

The effect of pair ion on the separation selectivity of Sm with Eu-cryptate [2.2.11 and [2.2.2] picrate occurred at flight polarity (30-40% dichloromethane in chloroform). Whereas, the extraction selectivity of Sm with Eu-cryptate [2.2.1] acetate occurred at solvents of middle polarity (100% chloroforrm), on the other contrary the selectivity of Sm-cryptate [2.2.1] acetate occurred at hight polarity (100% dichloromethane).

Separation selectivity of Sm with Yb-cryptate [2.2.2] acetate occurred at flight polarity (30-100% dichloromethane in chloroform).

1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Hot Saroha
Abstrak :
BAB I PENDAHULUAN

A, Latar Belakang Penelitian

Ekstraksi vakum merupakan persalinan dengan tindakan yang terbanyak (23,557.) setelah seksio sesaria di RSCM (Dardiri dan Prakosa, 1996).

Hudono (1970) selama 6 tahun (1964-1969) melakukan penelitian mengenai bayi lahir dengan tindakan EV dan hasilnya:
frekwensi asfiksia (19,3%,) dan gangguan serebral/neuralogik (5,5%) lebih tinggi dari partus spontan (7,5% dan 3,3%); keadaan ibu sebelum partus dan kelainan ibu ikut menentukan morbiditas anak; angka kematian perinatal EV (4,5%) lebih tinggi dari partus spontan (1,1%).

Sejak tahun 1980 sistem RG telah dilaksanakan di RSCM (Jakarta), yaitu hanya untuk bayi lahir spontan, berat lahir 2500-4010 gram, masa gestasi 38-42 minggu, letak kepala, tanpa asfiksia, tanpa KPD, tidak ada kelainan kongenital, refleks isap baik dan keadaan ibu baik.

Suradi (1983) meneliti selama periode 1 Januari 1981 sampai dengan 31 Desember 1982, dari 2729 bayi yang memenuhi kriteria tersebut, hanya 1971 bayi saja yang dapat dirawat di fasilitas rawat gabung dan 758 bayi terpaksa dirawat pisah oleh karena terbatasnya tempat.

Dengan membandingkan kedua kelampok ini ternyata angka mortalitas, morbiditas dan lama perawatan berbeda bermakna, Lebih rendah pada bayi yang di rawat gabung (0,47%; 0,05%; 17,9%; 2,13%; 4,7 ± 2,6; 2,5 ± 1,5 hari).

Melihat kenyataan tersebut di atas maka pada tahun 1983 kapasitas rawat gabung ditambah menjadi 40 tempat tidur dan kriteria rawat gabung diperlonggar. Bayi dengan berat lahir rendah antara '2000-2500 gram dan masa gestasi antara 36-38 minggu dapat di rawat di fasilitas rawat gabung bila refleks isap baik. Demikian juga pada bayi lahir letak bokong, seksio sesaria dan EV setelah di observasi ketat di ruang transisi seiama 6-24 jam dan memenuhi syarat yang telah ditentukan, dapat dirawat gabung (Rustina dan Wiknjosastro,1984;Sami1,1986).

Pada tahun itu juga dilakukan observasi o1eh Rustina dan Wiknjosastro (1984) pada bayi yang lahir dengan tindakan (termasuk EV) yang di RG, ternyata sebagian besar (84,7X) tidak mengalami kesulitan dan ditemukan morbiditas antara lain hiperbilirubinemia (8,37..), diare (2,0%), hipoglikemi (2,0%), funikulitis (1,0'%) dan lain--lain (2,0%).

Sejak saat itu terjadi peningkatan jumlah bayi EV yang dirawat gabung (gambar L). Evaluasi rawat gabung pada bayi lahir melalui.seksia sesaria sudah dilakukan oleh Idris (1985) di RSCM dengan kesimpulan bahwa bayi yang lahir dengan tindakan seksio sesaria dapat dirawat gabung, dan rawat gabung mempengaruhi kecepatan pengeluaran ASI serta-menurunkan angka morbiditas .

Sampai saat ini belum adayang me1aporkan secara khusus bayi yang lahir dengan cara ekstraksi vakum yang dirawat gabung di RSCM?
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Surahno
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T40165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianafitri R.
Abstrak :
Telah dilakukan studi kinetika pembentukan fasa MgO hasil dekomposisi dari mineral dolomit alam menggunakan teknik sinar-x. Mineral dolomit yang dipelajari memiliki struktur formula CaMg(CO3)2. Hasil DTA menunjukkan dekomposisi fasa mulai terjadi pada suhu 400 0C menjadi CaCO3 dan MgO dan stabil sebagai fasa campuran antara CaO dan MgO pada suhu > 7500C. Penentuan fraksi volum fasa terdekomposisi dilakukan menggunakan teknik kuantitatip XRD perbandingan langsung (direct comparison) berdasarkan ratio intensitas total dari puncak difraksi masing-masing fasa. Ratio R-value masing-masing fasa hasil dekomposisi diperoleh secara eksperimental melalui pengujian material sintetis berupa campuran fasa yang sama dengan material penelitian. Berdasarkan ratio R-value yang diperoleh dengan cara ini, berhasil ditentukan fraksi volum fasa terdekomposisi dari material penelitian sebagai fungsi suhu dan waktu. Kinetika dekomposisi fasa diasumsikan mengikuti persamaan Johnson-Mehl-Avrami sehingga dari studi komprehensif tentang dekomposisi fasa dari mineral dolomit berhasil dibangun Time Temperature Transformation Diagram untuk mineral dolomit untuk rentang suhu 400-750°C. Studi kinetika pembentukan MgO ini menyimpulkan bahwa proses ekstraksi MgO dari dolomit dimulai dengan pemanasan pada suhu efektif 750°C selama 90 menit. Besarnya energi aktivasi yang dibutuhkan untuk mentranformasikan fasa MgO adalah 378,68 kJ/mol. Dari proses ekstraksi MgO melalui hidrasi dan karbonisasi terhadap dolomit pasca pemanasan pada suhu efektif tersebut telah diperoleh material ekstraksi berupa serbuk MgO dengan tingkat kemurnian ~ 95 wt.%. Sedangkan tingkat pencapaian hasil (yield) dari proses adalah ~ 76 wt.%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Dwi Haryanti
Abstrak :
Di Indonesia terdapat sekitar 13 jenis pohon penghasil biji tengkawang yang tersebar terutama di Kalimantan dan sebagian kecil di Sumatera. Tanaman tengkawang merupakan pohon khas Kalimantan dan bijinya bernilai tinggi. Seperti diketahui, sampai sekarang biji tengkawang dipungut dari pohon tengkawang yang tumbuh di hutan alam. Sebagai hasil tambahan bila produksi biji menurun, kayunya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu jenis kayu bernilai tinggi yang banyak diminati baik untuk penghasil industri kayu lapis maupun industri kayu gergajian. Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi lemak biji tengkawang dengan menggunakan alat ekstraksi soxhlet dan pelarut yang digunakan adalah petroleum eter. Hasil ekstraksi yang didapat, berupa lemak yang berwujud padat dengan warna kuning untuk lemak dari biji tengkawang besar, kuning kehijauan untuk lemak dari biji tengkawang sedang, dan hijau kekuningan untuk lemak dari biji tengkawang kecil. Kemudian lemak yang didapat di analisis sifat fisiko-kimianya, serta ditentukan komponen asam-asam lemak penyusun trigliseridanya dengan menggunakan alat kromatografi gas. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida hasil ekstraksi biji tengkawang terdiri atas asam palmitat 41-45%, asam stearate 45-52 %, asam oleat 1 - 7 % dan asam linoleat 0-4 %, sehingga lemak biji tengkawang dapat digolongkan dalam Oleopalmitostearin.
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2006
T39903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>