Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsekal Wirabhaya
Abstrak :
Benteng Willem I Ambarawa merupakan bangunan militer Belanda yang dibangun pada abad 19 yang belum diteliti mengenai bentuk dan tata ruang masa lalu berdasarkan bangunan yang masih ada. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi tata ruang benteng Willem I. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data yang dilanjutkan dengan analisis keruangan pada bangunan-bangunan benteng. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa benteng Willem I merupakan benteng garnisun dengan rancang bentuk star fort Vauban dengan bastion dari tanah sebagai pertahanan dan kamuflase. Benteng ini juga memiliki berbagai fasilitas seperti barak pasukan, rumah petinggi pasukan, rumah sakit, istal kuda, gedung pertemuan, pos penjagaan, menara air, sumur, dapur, serta penjara bawah tanah. Selain itu distribusi ruang diatur berdasarkan kepangkatan serta ras dimana prajurit berpangkat rendah terletak di area luar benteng dan prajurit berpangkat tinggi terletak di area dalam benteng.
Fort Willem I Ambarawa is a Dutch military building that was built in the 19th century that has not been studied regarding the shape and layout of the past based on extant buildings. The purpose of this study is to determine the shape and function of the Willem I fortress spatial planning. The research begins with data collection, followed by spatial analysis of fortress buildings. The results of this study indicate that the fort Willem I is a garrison fortress with the design of the Vauban star fort with bastions from the ground as defense and camouflage. This fort also has various facilities such as army barracks, high ranking officer houses, hospitals, horse stalls, meeting houses, guard posts, water towers, wells, kitchens, and underground prisons. In addition, the distribution of space is regulated based on rank and race where low-ranking soldiers are located in the outer area of the fort and high-ranking soldiers are located in the inner area of the fort.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Argi Arafat
Abstrak :
Studi ini menjelaskan tentang Benteng Vredeburg dan Keraton sebagai representasi dan relasi kuasa yang berada di daerah Yogyakarta pada abad ke XVIII – XX Masehi dengan menerapkan teori Michel Foucault tentang kuasa (power). Dalam konsep kuasa terdapat representasi kuasa, relasi kuasa dan panoptikon. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui representasi dan relasi kuasa dapat ditimbulkan dari suatu kebudayaan, lalu mengetahui bagaimana cara kerja benteng Vredeburg sebagai panoptikon dalam kaitannya dengan representasi dan relasi kuasa kolonial Belanda dan Kesultanan di Yogyakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini berasal dari oleh K.R Dark, bahwa dalam penelitian arkeologi setiap benda harus dilihat sebagai data yang memuat informasi arkeologis. Hasil dari penelitian ini adalah Kebudayaan yang terjadi akibat adanya relasi kuasa antara Kolonial Belanda dan Kesultanan direpresentasikan dengan adanya bangunan pihak Keraton Yogyakarta yang mengadaptasi arsitektur yang berasal dari orang-orang Eropa. Akibat dari relasi kuasa tersebut tidak hanya mempengaruhi pihak Keraton Yogyakarta, tapi mempengaruhi pihak Belanda juga. Berdirinya Benteng Vredeburg dan Keraton merupakan tanda dari kedua belah pihak memiliki kekuasaannya masing-masing. ......This study explains the Fort Vredeburg and the Keraton as representations and power relations in the Yogyakarta area in the XVIII - XX century AD by applying Michel Foucault's theory of power. In the concept of power, there is a representation of power, power relations and panopticon. The purpose of this study is to determine the representation and power relations that can be generated from a culture, then to find out how the Vredeburg fort as a panopticon works in relation to the representation and relations of Dutch colonial power and the Sultanate in Yogyakarta. The method used in this study comes from K.R Dark, that in archaeological research every object must be seen as data that contains archaeological information. The result of this research is that the culture that occurs due to the power relation between the Dutch colonial and the Sultanate is represented by the building of the Yogyakarta Palace which adapts the architecture that comes from the European people. The result of this power relationship did not only affect the Yogyakarta Palace, but also influenced the Dutch. The establishment of Vredeburg Fort and the Keraton is a sign that both parties have their respective powers.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danie Hindrawan Soe`oed
Abstrak :
ABSTRAK
Pada saat jatuhnya Malaka ke tangan Portugis th 1511, Banten mengambil alih peranannya menjadi pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang.dari segala penjuru dunia. Sebagai konsekuensi keramaiannya tersebut, maka banyak pihak yang tertarik untuk menaklukkan serta memilikinya. Salah satu dari mereka adalah bangsa Belanda. Berbagai macam cara digunakan bangsa Belanda untuk menaklukkan Banten, dengan maksud memperoleh hak monopoli perdagangan di Banten. 8etelah hal tersebut terkabul, ternyata keinginannya berkembang lagi, yaitu mereka ingin menaklukkan kesultanan Banten secara politis. Hal ini pun pada akhirnya berhasil. Dalam usaha mencapai tujuan ekonomis dan politis tersebut, maka dipenuhilah berbagai macam sarana untuk me_nunjang usaha penaklukan itu. Salah satu usaha mereka ialah membangun Benteng Steelwijk di Banten Berdasarkan fungsinya benteng adalah suatu tempat pertahanan yang digunakan untuk mempertahankan diri di Banten.
1986
S11843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Groensmit, K. H.
Nijmegen Centrale Drukkerij 1950
928.43 L 95
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Swanberg, W.A.
New York: Charles Scribner's Sons, 1957
973.731 SWA f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain A.M.
Abstrak :
Le Fort I osteotomy is the surgery in the maksila similar to the live fracture of the Fort I. In the orthognathic surgery, Le Fort I osteotomy is the best choice for the correction of vertical dimension and relatively easy and middle and sufficient to reposisi and maksila. For the open bite case anteriory and postering in the patient could be performed. Le Fort I osteotomy in the posterior and repositioned part of maksila toward posuride so it could be occluded, functional and restored in the intended aesthetic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stern, Philip Van Doren
Greenwich: Fawcett Publications, 1961
973.8 STE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library