Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnesya Putri Gustianthy
Abstrak :
Surfaktan Alkil Poliglikosida merupakan surfaktan ramah lingkungan yang dapat diproduksi dari bahan baku alkohol lemak dan glukosa dengan bantuan katalis asam p-toluenasulfonat (PTSA). Sifatnya yang nonionik serta tidak terpengaruh terhadap kesadahan dan perubahan pH, menyebabkan surfaktan ini berpotensi untuk dijadikan alternatif surfaktan untuk aplikasi chemical flooding. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh panjang rantai karbon pada alkohol lemak terhadap nilai tegangan antar muka serta kemampuannya untuk mengambil minyak pada saat aplikasi sebagai chemical flooding. Alkohol lemak yang digunakan pada penelitian ini adalah 1-dodekanol dan 1-tetradekanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa APG-C14 memiliki nilai tegangan antar muka yang lebih rendah dibandingkan APG-C12 dikarenakan rantai karbon pada sisi hidrofobik yang lebih panjang. Hal tersebut terlihat dari nilai tegangan antar muka pada konsentrasi surfaktan 3% (b/b) untuk APG-C12 adalah 1,32 x 10-2 dyne/cm, sedangkan APG-C14 adalah 3,72 x 10-4 dyne/cm. Dengan menggunakan metode pengujian tekanan kapiler diketahui nilai minyak yang terambil dari batuan sintetik untuk APG-C12 adalah 10,733% dan APG-C14 adalah 13,797%. Hal ini menunjukkan bahwa APG-C14 memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai chemical flooding.
Alkylpolyglucosides (APG) is an environment-friendly surfactant prepared from fatty alcohol and glucose with p-toluenesulfonic acid catalyst. This nonionic surfactant does not affected on hard water dan pH changes, makes it potentially used as chemical flooding surfactant. This research has been conducted to determine the effect of carbon chain length of fatty alcohol as APGs hydrophobic side towards interfacial tension and its capability as chemical flooding surfactant. 1-dodecanol and 1-tetradecanol were used as fatty alcohol precursor. The result exhibit APG-C14 has lower interfacial tension than APG-C12 as the effect of longer hydrophobic carbon chain. The phenomenon was observed on interfacial tension of 3% (w/w) APG-C12 1,32 x 10-2 dyne/cm compare APG-C14 3,72 x 10-4 dyne/cm. Oil recovery on capillary pressure test was 10,733% for APG-C12 and 13,79% for APG-C14. Thus, the APG-C14 potentially developed for chemical flooding.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Yance Dapot Panangian
Abstrak :
Fatty alkohol ethoxylate (FAB) mempakan senyawa etoksilat alkohol yang berasal dari Iemak (fat). FAE termasuk salah satu senyawa surfaktan non-ionile FAB banyak digunakan oleh industri surfaktan di Indonesia terutama pada proses produksi household surfactan. Konsumsi FAE mencapai 63,5% dari total jumlah bahan oleokimia yang digunakan oleh industri household surfactan.

Melihat besarnya peran FAE dalam industri surfaktan, sangatlah disayangkan bahwa pada kenyataannya selama ini hanya ada satu pabrik yang memproduksi FAB di Indonesia. Bahkan, pabrik ini, yang dimiliki oleh GT Petrochem, baru mulai beroperasi tahun 1999. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk membangun sebuah pabrik FAE di Indonesia.

Setelah dilakukan analisis pasar, diketahui bahwa kapasitas yang paling menjanjikan bagi pembangunan pabrik FAE yang baru di Indonesia ialah sebesar 29700 ton/tahun. Lokasi yang dipilih untuk pabrik ini ialah di Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) yang terletak di Cilegon, Propinsi Banten.

Proses yang paling dipilih untuk memproduksi FAE ialah proses batch yang diadaptasi dari proses yang telah dikembangkan oleh Kvaerner, Iisensor dari Swiss.

Besarnya investasi yang diperlukan untuk mendirikan pabrik FAE ini ialah 12 juta dollar (US$415,22/ton). Untuk setiap ton produk FAB yang dihasilkan dibutuhkan biaya manufaktur sebesar US$1356 sementara harga produknya diasumsikan sebesar USS 1600/ton.

Berdasarkan analisis kelayakan, proyek pembangunan pabrik FAE ini dapat dikatakan layak dengan nilai net present value (NPV) sebesar 18 juta dollar, internal rare of return (IRR) 34,79%, dan waktu pengembalian investasi selama 3 tahun. Faktor paling sensitif yang dapat mempengaruhi kelayakan proses ini ialah harga jual produk dan harga bahan baku etilen oksida.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Puspitasari
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang bagaimana suatu negara anggota World Trade Organization WTO dapat melakukan tindakan anti dumping. selain itu, akan dibahas pula bagaimana Dispute Settlement Body DSB WTO menentukan apakah tindakan anti dumping yang dilakukan Uni Eropa telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian dengan metode yuridis normative menunjukkan bahwa negara anggota dapat melakukan tindakan anti dumping apabila dapat membuktikan aspek-aspek substansial, bahwa: dumping telah terjadi timbul kerugian yang dialami industri dalam negeri yang memproduksi barang yang sejenis dengan barang dumping dan adanya hubungan sebab akibat antara dumping dan kerugian tersebut. Dalam hal tuduhan Uni Eropa terhadap Indonesia, DSB memutuskan bahwa tindakan anti dumping tersebut tidak sesuai dengan Anti Dumping Agreement karena Uni Eropa tidak memenuhi kewajiban untuk membuka hasil investigasi kepada perusahaan-perusahaan Indonesia dimana kewajiban tersebut merupakan aspek prosedural. ......This thesis discusses how a member country of World Trade Organization WTO can perform anti dumping action. In addition, it will also discuss how the Dispute Settlement Body DSB of the WTO determines whether the anti dumping measures undertaken by the European Union are in compliance with applicable regulations. The result of the research by normative juridical method indicates that member countries can take anti dumping action if it can prove substantial aspects, that dumping has occurred incur losses experienced by domestic industries that produce similar goods with dumping goods and a causal relationship between the dumping and the loss. In the case of EU allegations against Indonesia, the DSB decides that the anti dumping measures are incompatible with the Anti Dumping Agreement because the EU does not fulfill its obligation to disclose the results of the investigation to the Indonesian company where the liability is a procedural aspect.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Putri Ari Kinanti
Abstrak :
Alkil poliglikosida (APG) adalah senyawa yang disintesis dari material terbarukan yaitu glukosa dan alkohol lemak. APG termasuk dalam jenis surfaktan nonionik karena memiliki gugus hidrofobik dan hidrofilik yang tidak bermuatan (netral). Pada penelitian ini telah disintesis senyawa campuran APG C-12 dengan metode tidak langsung (indirect method) menggunakan refluks yang terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama yaitu butanolisis menggunakan suhu reaksi 106°C selama 6 jam dengan mencampurkan glukosa teknis dan 1-butanol dengan rasio massa 1:2,8 menggunakan katalis PTSA sebanyak 1% dari massa glukosa menghasilkan campuran senyawa APG C-4. Selanjutnya campuran senyawa APG C-4 direaksikan lebih lanjut dengan 1-dodekanol pada tahap transasetalisasi. Pada tahap transasetilasi dilakukan optimasi dengan variasi parameter sintesis seperti variasi suhu, rasio massa glukosa dan 1-dodekanol, dan waktu reaksi. Senyawa campuran APG C-4 dan C-12 yang diperoleh kemudian dianalisis persen konversi gula pereduksinya secara kualitatif dengan menggunakan uji Benedict dan dianalisis dengan instrumen FTIR, UV-Vis, dan LC-MS. Hasil uji Benedict untuk senyawa campuran APG C-4 menandakan tidak adanya gula sisa pada senyawa tersebut. Senyawa campuran APG C-12 yang diperoleh dari variasi waktu reaksi 4 jam, suhu 115°C, dan rasio massa 1:7,5 merupakan kondisi optimum untuk glukosa habis bereaksi dengan alkohol. Hasil uji kompatibilitas dari campuran senyawa APG C-4 menunjukkan APG C-4 larut dalam air formasi, uji stabilitas emulsinya menghasilkan emulsi yang stabil selama 40 detik dan hasil uji kelarutannya terhadap berbagai pelarut menghasilkan campuran yang larut. Nilai IFT untuk campuran ini pada putaran 3000 rpm adalah 0,2676 mN/m dan pada putaran 6000 rpm adalah 0,6945 mN/m. Uji kompatibilitas dan kelarutan semua variasi campuran senyawa APG C-12 menghasilkan hasil akhir yang keruh. Nilai IFT terendah dari variasi campuran senyawa ini diperoleh oleh campuran senyawa APG C-12 yang diperoleh pada kondisi reaksi 4 jam, suhu 115°C, katalis 0,5 dari berat katalis awal, dan rasio massa 1:7,5 yaitu pada 3000 rpm sebesar 0,248 mN/m dan pada 6000 rpm sebesar 0,521 mN/m. Ulasan melalui telaah literatur mengenai potensi senyawa turunan APG dalam aplikasi EOR menunjukkan bahwa panjang rantai alkil pada senyawa APG mempengaruhi kinerjanya dalam mengangkat minyak. Diharapkan senyawa APG C-12 memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan nilai tegangan permukaan dan berpotensi lebih baik bila diaplikasikan dalam EOR.
Alkyl polyglycoside (APG) is a compound that is synthesized from renewable materials such as glucose and fatty alcohol. APG is classified as nonionic surfactant since it has neutral hydrophobic and hydrophilic groups. In this research, the mixture of APG C-12 was succesfully synthesized following indirect method which is consisted of two stages using reflux. Butanolysis as a first step was completely conducted by mixing technical grade of glucose and 1-butanol with mass ratio of 1:2.8 (m/m) using PTSA catalyst 1 mol% at 106°C for 6 h to afford a mixture of APG C-4. Furthermore, the mixture of APG C-4 was further reacted with 1-dodecanol to afford the mixture of APG C-12 in transacetalization without any purification. In this stage, various optimization was carried out such as reaction temperature, glucose and 1-dodecanol mass ratio, and reaction time. All mixture of APG C-4 and C-12 then were analyzed qualitatively to calculate the remaining reducing sugar using Benedict's test and analyzed by FTIR, UV-Vis, and LC-MS instruments. Benedict's test result for the mixture of APG C-4 showed the absence of reducing sugar in the mixture. The optimum mass yield of mixture of APG C-12 which was obtained by reacting the mixture of APG C-4 with 1-dodecanol with mass ratio of 1:7.5 (m/m) at 115oC for 4 hours. Compatibility test results showed that the mixture of APG C-4 was soluble in formation water, produced stable emulsion for 40 seconds, and soluble in any solvents. Moreover, the IFT value of the APG C-4 mixture at 3000 and 6000 rpm was 0.2676 and 0.6945 mN/m, respectively. On the other hands, compatibility and solubility tests of the APG C-12 mixture all variations produced a muddy result. The lowest IFT value of the APG C-12 mixture at 3000 and 6000 rpm was 0.248 and 0.521 mN/m, respectively. A literature review on the potency of APG in EOR application showed that the alkyl chain length of APG affected its performance in lifting oil. It is expected that the APG C-12 has a better ability to reduce surface tension values and potentially better than APG C-4 while applied in EOR.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library