Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lianawati
"UU PKDRT adalah wujud nyata perjuangan kaum feminis untuk mengangkat KDRT ke ranah publik dengan menjadikannya sebagai kejahatan di mata hukum. Sayangnya keberfungsian UU ini menjadi diragukan ketika dalam pelaksanaannya terjadi sejumlah persoalan. Oleh karena itu evaluasi dan pemantauan terhadap kinerja aparat penegak hukum selaku pelaksana utama dari UU PKDRT perlu terus dilakukan agar tercipta perbaikan hukum. Dari pemantauan peradilan yang telah dilakukan sejauh ini oleh sejumlah lembaga terlihat bahwa tidak cukup untuk melihat pelaksanaan hukum hanya dari perspektif hukum itu sendiri. Sepertinya ada aspek-aspek psikologis yang kuat mewarnai sebuah proses hukum. Hal ini mendorong saya menggunakan metode grounded theory untuk melihat penanganan hukum kasus KDRT yang dialami oleh para perempuan korban. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengolahan data melibatkan 6 korban, 2 pengacara, 7 pendamping hukum, dan sejumlah aparat penegak hukum.
Hasilnya menunjukkan betapa sulit proses hukum yang dijalani perempuan korban. UU PKDRT sendiri masih terhambat pelaksanaannya di samping perlunya revisi dalam beberapa pasal. Pendamping hukum dibatasi oleh aspek personal dan lembaga. Aparat penegak hukum kaku dalam menjalankan prinsip hukum objektif namun tanpa sadar dipengaruhi oleh bias-bias pribadi. Hukum pun menjadi tidak se-objektif, se-netral, dan se-rasional seperti yang mereka inginkan. Subjektivitas dan keberpihakan pada dasarnya perlu untuk mencapai objektivitas asalkan disertai kepekaan psikologis yang mengandung kepedulian. Tanpa kepedulian, keadilan hanya impian yang sulit digapai perempuan korban. Untuk dapat mewujudkannya, saya menawarkan sebuah proses hukum berperspektif psikologi hukum feminis yang menekankan etika kepedulian.

The Law of the Elimination of Violence in the Family/Household is the manifestation of feminists? struggle to take domestic violence into the public sphere by making it as a crime before law. Unfortunately, the functionality of this ordinance is doubted when its implementation meets several problems. Therefore evaluation and monitoring towards the performance of law upholder as the main implementer of this law is continually needed in order to bring the law improvement into reality. The court monitoring has been done by some organizations show that it?s not sufficient to see the law implementation by the legal perspective itself. It seems there are psychological aspects that coloring the legal process strongly. It urges me to apply grounded theory method to look closer the legal intervention of domestic violence cases. This research was based on qualitative approach. Data processing involves 6 victims, 2 lawye officials.
The results reveal how difficult the process has been through by victims to get justice. The Law of the Elimination of Violence in the Family/Household is impeded on its implementation despite of the revision needed on several chapters. The legal counselors are restricted by institutional and personal limitations. The judicial personnel carry out the principle of objective law rigidly. However they are influenced by personal biases unconsciously. The law becomes less objective,neutral, and rational than they expect. Actually, subjectivity and impartiality are needed to reach objectivity. But they ought to be accompanied by psychological sensitivity with care within. Without care, justice is only a wish that?s difficult to reach by the female victims. To bring it into reality, I propose the legal process that has perspective of feminist legal psychology emphasizes the ethics of care."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25117
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Crawford, Mary (Mary E.)
Boston: McGraw-Hill, 2000
305.42 CRA w (3)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Roszak, Theodore
Berkeley, California: Conari Press, 1999
501 ROS g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Annisa
"Ketidaksetaraan gender dan ambivalent sexism yang dihadapi perempuan Indonesia,
termasuk di kota besar seperti Jabodetabek, membuat mereka mengembangkan
ambivalensi sikap terhadap laki-laki, yaitu prasangka dan stereotip hostile dan benevolent
yang dimiliki perempuan terhadap laki-laki (Glick & Fiske, 1999). Dua konsep yang
seringkali dikaitkan dengan ambivalensi sikap terhadap laki-laki adalah religiusitas dan
sikap dan ideologi feminis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran religiusitas dan
sikap dan ideologi feminis dalam memprediksi ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang
dimiliki mahasiswa Muslim perempuan di Jabodetabek. Penelitian dilakukan pada 718
mahasiswa Muslim perempuan yang tersebar di Jabodetabek menggunakan alat ukur
Ambivalence Toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999), Centrality of
Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012), dan Liberal Feminist Attitude and
Ideology Scale (LFAIS) Versi Pendek (Morgan, 1996). Hasil analisis menunjukkan
bahwa religiusitas dan sikap dan ideologi feminis merupakan prediktor ambivalensi sikap
terhadap laki-laki yang signifikan, dimana religiusitas yang tinggi memprediksi
ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang lebih tinggi dan sikap dan ideologi feminis
yang lebih positif memprediksi ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang lebih rendah.
Implikasi dan saran terkait penelitian ini dijabarkan dalam bagian diskusi

Gender inequality and ambivalent sexism faced by Indonesian women, including in big
cities like Jabodetabek, made them develop ambivalence toward men, which is hostile
and benevolent prejudice and stereotypes women have toward men (Glick & Fiske, 1999).
Religiosity and feminist attitude and ideology are two concepts often linked with
ambivalence toward men. This research purpose was to see the role of religiosity and
feminist attitude and ideology in predicting ambivalence toward men on female Muslim
students in Jabodetabek. The research was done on 718 female Muslim Students spread
in Jabodetabek using Ambivalence Toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999),
Centrality of Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012), dan Liberal Feminist
Attitude and Ideology Scale (LFAIS) Short Version (Morgan, 1996). Results of the
analysis show that religiosity and feminist attitude and ideology are significant predictors
of ambivalence toward men, where high religiosity predicts higher ambivalence toward
men and positive feminist attitude predicts lower ambivalence toward men. Implications
and suggestions regarding this research explained on discussion"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ussher, Jane M.
New York: Harvester Wheatsheaf, 1991
616.890 82 USS w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library