Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anton Norman
Abstrak :
Proses transformasi ferit dari austenit dapat ditingkatkan melalui proses deformasi panas di atas temperatur rekristalisasi. Struktur austenit setelah deformasi akan mempengaruhi ukuran ferit hasil transformasi, dimana dari ukuran butir austenit yang kecil akan mendapatkan ukuran butir ferit yang kecil. Pengerjaan di atas temperatur rekristalisasi tersebut ditujukan untuk mendapatkan struktur austenit yang halus sehingga dalam hal ini perlu dilakukan pengendalian terhadap ukuran butir austenit hasil deformasi panas. Dalam penelitian ini, dilakukan proses canai panas terhadap baja C-Mn dengan variasi regangan di atas temperatur rekristalisasi. Setelah deformasi dilakukan pendinginan terputus (interrupted cooling) sebelum pendinginan udara untuk mendapatkan transformasi ferit dari struktur austenit yang aktual. Kemudian dilakukan pengujian metalografi untuk mengamati karakteristik struktur austenit dan struktur ferit hasil proses canai panas. Hasil penelitian menunjukkan deformasi panas memberikan pengaruh terhadap pembentukan fraksi rekristalisasi. Dengan waktu tahan yang terjadi secara non isothermal, proses rekristalisasi terjadi cukup spontan pada temperatur lebih tinggi, 1060°C, namun tidak efektif pada temperatur lebih rendah, 960°C karena terjadi lebih lambat. Selanjutnya terdapat perubahan ukuran butir ferit, dari perbandingan kondisi tanpa deformasi dan dengan deformasi, dengan hasil cukup signifikan terlihat pada regangan besar, dari ukuran 39,82 μm pada regangan (ε) 0 menjadi lebih kecil 20,31 μm pada regangan 0,1; dan menjadi semakin kecil 15, 04 μm pada regangan 0,5 dengan waktu tahan (t) 1 detik pada temperatur deformasi 1060°C, dengan ukuran cukup seragam pada regangan besar. Hal ini dapat dijelaskan dengan proses rekristalisasi austenit yang telah selesai pada regangan besar sehingga karakteristik ferit mengikuti karakteristik austenit tersebut. Dari perhitungan laju nukleasi, didapat hasil yang meningkat dengan meningkatnya deformasi, dimana nukleasi ferit didominasi oleh nukleasi heterogenous dibandingkan homogenous karena banyaknya tempat potensial di batas butir akibat pengecilan butir austenit. Perubahan temperatur deformasi mendekati temperatur Ar3, telah memberikan pengaruh dimana terdapat peningkatan signifikan laju nukleasi 5,02 μm/s pada regangan (ε) 0 menjadi lebih cepat 38,22 μm/s pada regangan 0,1 pada temperatur deformasi 960°C dengan waktu tahan (t) 1 detik. Dan peningkatan regangan menghasilkan laju nukleasi yang lebih cepat beberapa kali lipat. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik ferit setelah deformasi panas, sangat ditentukan oleh karakteristik austenit yang dipengaruhi oleh besar regangan dan temperatur deformasi yang diaplikasikan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27599
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbiyallah
Abstrak :
Sampel penelitian adalah sampah industri baja Neomax di Jepang dengan basis ferrite. Identifikasi fase dengan XRD dan XRF memperlihatkan bahwa sampel merupakan senyawa strontium ferrite SrO.6Fe 2O3 fasa tunggal. Kurva XRD menunjukkan waktu milling 5, 10 dan 20 jam tidak signifikan terlihat perubahannya. Mikrograf SEM menunjukkan semakin lama waktu milling jumlah porositas (pori) semakin berkurang dan proses sintering telah memadatkan butiran -butiran grain kristal. Perbandingan Histerisis PERMAGRAPH menunjukkan milling dengan waktu yang lebih lama dan sintering dengan waktu yang lebih lama pada suhu sekitar 1000°C - 1300°C (dibawah titik leleh Fe) dapat meningkatkan nilai remanen magnetisasi Br, dengan kecenderungan nilai koersivitas Hc relatif tetap atau turun dalam batas tertentu.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28941
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suganta Handaru Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Deposit logam las SMAW 308L dengan variasi ferrit, nitrogen dan fluk basicity dievaluasi untuk meneliti pengaruhnya terhadap kekuatan mekanik dan perilaku korosi. Sifat mekanik diteliti melalui kekuatan tarik pada suhu kamar, charpy impak V-notch dan lateral expansion (LA) di suhu kriogenik -196oC. Polarisasi siklik potensiodinamik dilakukan pada lingkungan NaCl 3.5%w.t untuk mengamati potensial pitting dan hysteresis loop. Peningkatan ferrit dari 2-10FN, secara umum meningkatkan kekuatan logam lasan sebesar 0.5-4.9%. Pengurangan ferrit dari 4FN menjadi 2FN, meningkatkan secara signifikan charpy impak sebesar 21% dan LA sebesar 69%. Lasan dengan kandungan nitrogen yang lebih rendah memiliki charpy impak 10% lebih tinggi dan LA 37% lebih tinggi. Fluk tipe basa memiliki charpy impak 16% lebih besar dan LA 51% lebih besar. Positif hysteresis loop menunjukkan bahwa logam 308L rawan terhadap korosi pitting pada lingkungan NaCl 3,5%wt. Keberadaan ferrit mengurangi ketahanan terhadap korosi sumuran yang ditandai oleh penurunan nilai Epit. Nitrogen yang lebih rendah mengakibatkan Epit menjadi lebih aktif sementara itu Fluk tipe basa memiliki Epit yang lebih noble. Ketangguhan kriogenik dan ketahanan korosi pada logam las 308L dikontrol oleh kandungan ferrit yang rendah, kandungan nitrogen yang rendah dan fluk yang lebih basa. Sementara itu kekuatan mekanik dikontrol oleh kandungan ferrit yang tinggi
ABSTRACT
SMA (Shielded Metal Arc) welds metal 308L with variation in ferrite, nitrogen and flux basicity were evaluated in order to study its influence to mechanical and corrosion behavior. Mechanical behaviors were investigated by using tensile strength at room temperature, charpy impact V-notch and lateral expansion(LA) at cryogenic temperature -196oC. Cyclic polarization potensiodynamic was performed at 3.5% NaCl to observe pitting potential and hysteresis loop. Increment ferrite from 2-10 FN, in general increased 0.5- 4.9% welds strength. Reduction from 4FN to 2 FN had significantly increased charpy impact and LA to 21% and 69% respectively. Weld with lower nitrogen content had 10% higher charpy impact and 37% higher LA. Basic flux significantly increased charpy impact to 16% and LA to 51%. Positive hysteresis loop showed that 308L welds were prone to pitting corrosion at 3.5%w.t chloride solution. Present of ferrite reduced pitting corrosion resistance which indicated by Epit reduction. Lower nitrogen showed more active Epit. Weld with higher flux basicity resulted noble Epit. Cryogenic toughness and corrosion resistance at SMA 308L weld metal are controlled by low ferrite content, low nitrogen content and more basic flux. Meanwhile weld metal strength are controlled by high ferrite content.
2016
T46433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S36734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Kevin
Abstrak :
[ABSTRAK
Penggunaan baja tahan karat dua fasa austenitik-ferritik (Duplex) UNS32205 telah digunakan secara luas pada berbagai sektor perusahaan, khususnya industri Minyak dan Gas serta industri Petrokimia karena memiliki sifat mekanik dan ketahanan korosi yang sangat baik. Pada penelitian ini,yang diamati adalah pengaruh konsentrasi NaCl pada lingkungan kerja baja tahan karat ini, yang bertujuan mencari konsentrasi yang bersifat paling korosif, dan juga dilakukan pengamatan terhadap pengaruh perubahan Ferrite Content atau nilai rasio dari kedua fasa penyusun baja tahan karat UNS32205 yaitu Austenit dan Ferrit.Pada sampel awal yang diamati tanpa diberikan perlakuan panas apapun memiliki nilai rasio fasa 40% Austenit ? 60 Ferrit. Perubahan Ferrite Content atau perubahan rasio tersebut dilakukan dengan melakukan dua metode pemanasan sampel. Yaitu pemanasan menggunakan maffle furnace pada temperatur 11000C dan ditahan selama 20 menit, dengan hasil rasio 42% Austenit ? 58% Ferrit dan nilai ketahanan korosi paling rendah. Dan juga dilakukan pemanasan dengan cara mengambil sampel pada daerah HAZ dengan temperatur antara 4000C-12000C dan langsung quench, dengan hasil pengamatannya adalah memiliki ketahanan korosi paling tinggi karena memiliki rasio 50,3% Austenit ? 49,7% Ferrit. ABSTRACT
The use of Duplex Stainless Steel UNS32205 has been widely used in various sectors of the company, particularly the oil and Gas industry and the petrochemical industry because it has excellent mechanical properties and corrosion resistance. In this study, the effect of NaCl concentration was observed on the stainless steel working environment, which aims to find the most corrosive nature of concentrations, and also carried out observations on the influence of Ferrite Content or change the value of the ratio of the phase constituent of stainless steel UNS32205 i.e. Austenite and Ferrite. On the initial samples were observed without any heat treatment has given the value of the phase ratio 40% Austenite ? 60 Ferrite. Ferrite Content changes or changes the ratio by doing two sample heating method. I.e. the heating furnace temperature on maffle using 11000C and detained for 20 minutes, with a ratio of 42% Austenit ? 58% Ferrit and lowest corrosion resistance value. And also done warming up by taking samples at the HAZ with temperature between 4000C-12000C and direct quench, with the results of its observations is to have the highest corrosion resistance because it has a ratio of 50.3% Austenite ? 49.7% Ferrite. , The use of Duplex Stainless Steel UNS32205 has been widely used in various sectors of the company, particularly the oil and Gas industry and the petrochemical industry because it has excellent mechanical properties and corrosion resistance. In this study, the effect of NaCl concentration was observed on the stainless steel working environment, which aims to find the most corrosive nature of concentrations, and also carried out observations on the influence of Ferrite Content or change the value of the ratio of the phase constituent of stainless steel UNS32205 i.e. Austenite and Ferrite. On the initial samples were observed without any heat treatment has given the value of the phase ratio 40% Austenite – 60 Ferrite. Ferrite Content changes or changes the ratio by doing two sample heating method. I.e. the heating furnace temperature on maffle using 11000C and detained for 20 minutes, with a ratio of 42% Austenit – 58% Ferrit and lowest corrosion resistance value. And also done warming up by taking samples at the HAZ with temperature between 4000C-12000C and direct quench, with the results of its observations is to have the highest corrosion resistance because it has a ratio of 50.3% Austenite – 49.7% Ferrite. ]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yakso Sulistio
Abstrak :
Setidaknya sejumlah lebih dari 332 ribu jiwa telah hilang akibat lebih dan 260 kejadian gempa bumi yang terjadi di dunia dalam kurun waktu 1949 sampai dengan 1969. Dalam tiga dekade terakhir sejumlah penelitian telah mengarah kepada penggunaan sistem kontrol struktur sebagai metode penahan gempa, baik sistem kontrot pasif, sistem kontrol aktif, (keduanya dapat dibedakan dari ada tidaknya gaya kontrol yang digunakan untuk melawan gaya-gaya yang disebabkan percepatan tanah pada saat terjadinya gempa bumi), maupun sistem kontrol hibrid (gabungan keduanya). Kontrol hibrid diharapkan menghasilkan performance pengontrolan yang baik karena dapat menutupi kelemahan kedua metode kontrol yang digabungkan. Penggunaan alat kontrol (control devices) baik dengan sistem kontrot aktif, pasif dan hibrid dimaksudkan agar struktur tidak mengalami kerusakan ketika terjadi gempa-gempa besar (percepatan maksimum mencapai 0.4 g). Sebuah algoritma kontrol aktif yang diajukan oleh P.B. Shing et. al. yang disebut sebagai non-linear velocity feedback dengan menggunakan Active Bracing System terbukti sangat efektif dalam mereduksi respon struktur akibat gempa bumi, dan menghasilkan kinerja pengontrolan yang lebih baik dari pada algoritma kontrol klasik LQR. Non linier yang dimaksudkan dalam metode ini adalah besar gaya kontrol yang digunakan bukan merupakan fungsi linear terhadap respon struktur (dalam hal ini kecepatan struktur). Non linieritas dalam metode ini dijamin oleh penggunaan saturasi (batas maksimal gaya kontrol yang boleh digunakan /terjadi pada aktuator). Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah kapasitas maksimum dari aktuator yang digunakan akan sering tercapai (hal ini tidak terjadi pada algoritma LQR), sehingga aktuator dapat digunakan secara optimal. Dalam skripsi ini, sistem kontrol hibrid (Base Isolator + non linier velocity feedback Active Bracing System yang diformulasikan berdasarkan algoritma di -atas) disimulasikan terhadap struktur portal geser delapan lantai yang dikenai percepatan gempa El Centro (1940) pada komponen utara-selatan (NS), gempa San Fernando-NS (1971) dan Kobe-NS (1995), dan hasilnya dibandingkan dengan sistem kontrol aktif (non linier velocity feedback Active Bracing System) dan pasif (Base Isolator). Hasil simulasi menunjukkan reduksi interstory drift sampai dengan 65% dapat dicapai oleh struktur yang dilengkapi dengan Bl, dan sampai dengan 71% dapat dicapai oleh struktur yang dilengkapi dengan sistem hibrid, yang dikenai percepatan gempa El Centre. Pada beban dan gaya kontrol yang sama dengan sistem hibrid tersebut, sistem kontrol aktif hanya mampu melakukan reduksi sampai dengan 32%. Dengan sistem kontrol di atas, struktur dapat didisain dengan dimensi yang lebih kecil, dan tanpa resiko kerusakan struktural dan arsitektural pada saat terjadinya gempa bumi, sehingga lebih aman bagi pengguna bangunan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S34858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandi
Abstrak :
Pemanfaatan pengering semprot dengan menggunakan udara bertemperatur tinggi sudah sangat luas digunakan. Tak jarang temperatur yang digunakan bisa lebih dari 110°C. Akan tetapi temperatur udara pengering yang tinggi tersebut menimbulkan efek pada produk. Beberapa senyawa protein akan rusak jika terkena panas lebih dari 55°C begitu juga pudarnya warna sebagian serat dan turunnya kadar vitamin sari makanan. Material dengan sifat tersebut dikenal dengan heat sensitive material. Penggunaan udara pengering bertemperatur sama dengan temperatur lingkungan dianggap relatif aman untuk material ini. Pada kondisi dimana temperatur udara pengering sama dengan temperatur droplet maka laju pengeringan yang paling dominan adalah akibat perbedaan konsentrasi uap air.
Spray drying utilization by using high-temperature air is widely used today. The air temperature can be more than 110°C. However, high-air temperature has an impact onto product. For example, some compounds of protein damage while it is exposed to heat over 55°C as well as fading of some colour of fibber and decrease of vitamin in food. Material with those properties well known as heat sensitive material. Drying air with ambient temperatur is considered as a solution for heat sensitive material treatment.When the degree of air temperatur for drying has the same with droplet temperatur, diffusivity takes the most part in evaporation.
2012
S70215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Afifah
Abstrak :
Transformator merupakan komponen utama dalam sistem distribusi tenaga listrik ke konsumen, jika terjadi kerusakan pada transformator maka penyaluran tenaga listrik menuju konsumen akan terhenti sehingga SAIDI dan SAIFI dari PLN akan meningkat. Tingginya suhu pada transformator dapat menyebabkan degradasi pada isolasi transformator. Ketika suhu pada kumparan naik sampai batas 110 C maka akan terjadi degradasi pada isolator dan sisa umur dari transformator akan berkurang. Kerusakan transformator dapat menyebabkan gangguan pada sistem tenaga listrik dan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sebelum transformator mengalami kerusakan harus dilakukan penggantian secara efisien hingga transformator benar-benar dikategorikan tidak efisien lagi untuk digunakan, hal ini dapat dilakukan dengan mengganti transformator yang akan mengalami kerusakan. Prediksi rentang waktu transformator beroperasi secara efisien dan normal sebelum terjadi kerusakan dapat dilakukan dengan menggunakan pemodelan termal. Standar pemodelan termal yang digunakan merupakan standar yang dikeluarkan oleh IEEE (IEEE std C57.91-1995). Parameter utama yang digunakan dalam memprediksi umur ini adalah Hot Spot Temperature (HST). Nilai perolehan HST dihitung menggunakan software MATLAB dengan standar perhitungan Annex G yang sesuai dengan standar IEEE. Dengan memperoleh HST usia pakai transformator dapat ditentukan. Penelitian ini melihat pengaruh dari pembebanan, suhu hot-spot, dan suhu ruang terhadap umur pakai transformator. Semakin nilai dari ketiga faktor tersebut maka semakin cepat transformator akan rusak, dengan persen pengurangan umur transformator yang akan meningkat secara eksponensial. Pemberian nilai pembebanan, suhu hot-spot, dan suhu ruang tertinggi pada penelitian ini memberikan persentase pengurangan umur sebesar 0.0888332, 0.0193394, dan 0.020753 secara berurutan.
Transformer is one of the main components in distribution system of electrical power system towards the consumers, thereby any damage to the transformers will hinder the distribution of electricity towards the consumers, and in turn will make the SAIDI and SAIFI levels go up. High temperature in transformers can cause degradation in the insulation of transformers which in turn will cause failure in transformers. When the temperature in winding reaches or goes beyond the limit of 110 C, a degradation in insulation will start happening and the remaining life of transformers will decrease. Damage in transformers will cause disturbance in electrical power system and result in a major economic loss. Before damages occur, transformers need to be changed up until it is deemed to be no longer efficient, this can be done by replacing the transformer that is about to be damaged. To predict when a transformer is about to break, a calculation is made based on thermal modelling according to IEEE Std C57.91-1995 with its most prominent variable being Hot Spot Temperature (HST). HST is obtained by MATLAB programming using Annex G of IEEE Std. C57.91-1995. By obtaining HST thus the remaining lifetime of transformers can be predicted. This research analysed the effect of loading, hot-spot temperature, and ambient temperature on the remaining lifetime of a transformer. The higher those three factors are, the quicker the transformer will break, with loss of life percentage increasing exponentially. The highest loading, hot spot temperature, and ambient temperature given in this research gives percent loss of life 0.0888332, 0.0193394, 0.020753 respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library