Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifa Fauziah
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang demam dan penanganannya. Disain penelitian ini adalah deskriptif kategorik dengan pendekatan cross-sectional . Sampel yang dgunakan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 3 bulan sampai 5 tahun dengan keluhan demam yang berjumlah 110 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukan responden yang terlibat dalam penelitian ini 90,9% adalah kelompok usia dewasa awal, 91% responden berpendidikan tinggi, 73,9% responden adalah ibu bekerja dan 84,7% responden memiliki tingkat peghasilan yang tinggi. Untuk tingkat pengetahuan responden hasil penelitian menggambarkan 107 orang (97,3 %) memiliki pengetahuan yang tinggi tentang demam, dan sebanyak 3 orang (2,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang demam dan penanganannya.
Penelitian ini merekomendasikan agar rumah sakit setempat hendaknya menjadwalkan secara berkelanjutan pendidikan kesehatan bagi pasien di rumah sakit dan bagi pengunjung rumah sakit.

This study aimed to identify the level of knowledge of parents about fever and handling. The design of this study is descriptive categorical with cross-sectional. The sample used in this study were parents of children aged 3 months to 5 years with complaints of fever, amounting to 110 respondents. Sampling technique using consecutive sampling technique.
The results showed that the respondents involved in this study was 90.9% early adult age group, 91% of respondents are highly educated, 73.9% of respondents were working mothers and 84.7% of respondents had a high level of income. To level of knowledge respondents the results of research describe 107 person (97.3%) has a knowledge which is high about the fever, and as many as 3 people (2.7%) have a level of knowledge which enough about fever and its handling.
This study recommends For local hospital should schedule a sustainable health education for patients in hospitals and for hospital visitors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan data sekunder mengenai pengobatan demam tifoid anak. Sebanyak 97 penderita diberi pengobatan antibiotika kloramfenikol dan 49 persen diberikan seftriakson. Usia pasien berkisar antara 1-15 tahun. Lama perawatan di rumah sakit berkisar antara 3-12 hari, dengan rata-rata hari rawat 4.408 hari untuk pasien anak yang diberikan seftriakso dan 6.598 hari untuk pasien anak yang diberikan kloramfenikol. Pada analisis efektivitas biaya pengobatan demam tifoid pada anak menunjukkan seftriakson lebih efektif biaya dibandingkan dengan kloramfenikol
Analysis of the Cost Effectivity in Treating Typhoid Fever in Children with Chloramphenicol and Ceftriaxone
in Fatmawati Hospital Jakarta 2001 – 2002. This study was a cross-sectional study using secondary data related to
treatment of typhoid fever in childhood. A total of 97 patients received chloramphenicol and 45 patients received
ceftriaxone. The patients ranged in age from 1 to 15 years. Length of stay in hospital range from 3 to 12 days (mean
4,408 days for patients receiving ceftriaxone and 6,598 days for patients receiving chloramphenicol). Ceftriaxone is a
more cost effective alternative drug compared to chloramphenicol to treat typhoid fever in childhood.
"
Institut Sains dan Teknologi Nasional. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia ; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ; Rumah Sakit Fatmawati, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Chairani Riza
"Demam tifoid saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan secara global dan penyebab utama angka kesakitan terutama pada negara berkembang bahkan sampai menimbulkan kematian terutama di negara-negara asia selatan, asia tengah dan asia tenggara. Demam tifoid merupakan penyakit yang selalu berada di tiga besar diagnosa rawat inap Rumah Sakit Puri Cinere dari tahun 2016 hingga 2018. Proses pelayanan kesehatan yang baik dan terorganisir akan meningkatkan hasil keluaran yang baik pada pasien demam tifoid. Clinical pathway atau alur klinis adalah sebuah konsep dimana merangkum setiap langkah-langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan jangka waktu tertentu selama pasien berada di rumah sakit, dimana dengan diterapkan clinical pathway bisa mengurangi variasi-variasi yang bisa terjadi dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. clinical pathway di Rumah Sakit Puri Cinere dapat digunakan sebagai alat kendali mutu dan kendali biaya agar pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien bisa tercapai. Oleh karena hal tersebut, Rumah Sakit Puri Cinere harus benar-benar menyusun, mengembangkan, menerapkan dan mengevaluasi clinical pathway secara sistematis dan berkesinambungan. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan program Microsoft Excel serta pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam. Penerapan clinical pathway demam tifoid di Rumah Sakit Puri Cinere dapat dilihat dari faktor input (ketenagaan, dana, kebijakan rumah sakit, ketersediaan obat dan alat kesehatan serta sarana prasarana). Proses penyusunan hingga tahap penerapan dan faktor output berupa kesesuaian pelayanan kesehatan dengan clinical pathway demam tifoid (lama hari rawat, visite, pemeriksaan penunjang, penggunaan obat dan alat kesehatan serta tindakan keperawatan). Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor input sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penghambat penerapan clinical pathway demam tifoid sehingga penerapannya kurang berjalan baik, sedangkan dari sisi proses langkah penyusunan clinical pathway tidak dijalankan dengan benar sehingga menjadi awal hambatan pada proses penerapan selanjutnya, dan dari faktor output masih belum ada kesesuaian pelayanan dengan clinical pathway demam tifoid seperti penggunaan obat dan pemeriksaan penunjang.

Typhoid fever is currently one of the global health problems and the main cause of morbidity, especially in developing countries and even cause death, especially in the countries of South Asia, Central Asia and Southeast Asia. Typhoid fever is a disease that is always in the top three inpatient diagnoses at Puri Cinere Hospital from 2016 to 2018. A good and organized health service process will improve good outcomes in typhoid fever patients. Clinical pathway or clinical flow is a standardized concept of integrated service planning which summarizes each of the steps given to patients based on medical service standards and evidence-based nursing care with measurable results and a certain period of time during the patient's stay in the hospital, where with applied clinical pathway can reduce variations that can occur in health services provided to patients. clinical pathway at Puri Cinere Hospital can be used as a means of quality control and cost control so that effective and efficient health services can be achieved. Because of this, Puri Cinere Hospital must really develop, implement and evaluate clinical pathways systematically and continuously. This research is a case study conducted with a quantitative approach using the Microsoft Excel program and a qualitative approach with in-depth interviews. The application of typhoid fever clinical pathway in Puri Cinere Hospital can be seen from the input factors (personnel, funding, hospital policy, availability of drugs and medical devices and infrastructure). The process of preparation to the stage of application and output factors in the form of compatibility of health services with clinical pathway of typhoid fever (length of stay, visit, supporting examination, use of drugs and medical devices and nursing actions). The results showed that human resource input factors become one of the factors inhibiting the application of typhoid fever clinical pathway so that the application is not going well, while in terms of the process of preparing clinical pathway is not carried out properly so that it becomes the beginning of obstacles in the subsequent implementation process, and from the output factor there is still no conformity of service with clinical pathway of typhoid fever such as drug use and supporting examination."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Marfiani
"Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di daerah perkotaan. Penyebab terbanyak dari diare yaitu karena infeksi mikroorganisme. Respon tubuh terhadap invasi mikroorganisme salah satunya adalah demam. Demam dapat menyebabkan anak rewel, muntah, napsu makan menurun, hingga dehidrasi. Saat ini, banyak terapi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi demam. Tujuan penulisan ini yaitu untuk melakukan analisis evidence based practice mengenai tindakan TWS yang disertai dengan pemberian antipiretik untuk menurunkan demam pada anak. Didapatkan hasil bahwa TWS yang disertai dengan pemberian antipiretik efektif menurunkan demam pada anak. Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat perlu mengajarkan tindakan TWS pada keluarga pasien anak untuk menurunkan demam pada diare.

Diarrhea is one of the health problems that often occur in children younger than 5 years in urban areas. The most common cause of diarrhea is due to infectious microorganisms. The response of the body against invading microorganisms is fever. Fever can cause kids fussy, vomiting, decreased appetite, until dehydration. Today, many non-pharmacologic therapy and pharmacological overcome the fever. The purpose of this paper is to analyze evidence based practice regarding TWS actions are accompanied by administering an antipyretic to reduce fever in children. Showed that TWS is accompanied by administration of antipyretics effectively reduce fever in children. Recommendation of this paper is that nurses need to be taught to the patient's family TWS action to reduce fever in children diarrhea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Haryani
"Berdasarkan data WHO, Tifoid merupakan penyakit yang membebani 11-20 juta perkasus per tahun, yang mengakibatkan sekitar 128.000-161.000 kematian per tahun.Begitu pun dengan yang terjadi di RS Tugu Ibu, kasus Tifoid merupakan salah satupenyakit terbanyak di RS tersebut. Kasus demam tifoid pada anak di RS Tugu Ibumenjadi salah satu kasus yang terbanyak di untuk penyakit anak pada Instalasi RawatInap tahun 2007. Dengan dasar tersebut pihak RS Tugu Ibu menegakkan ClinicalPathway kasus tifoid anak. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran input, proses,output, variasi dan kendala yang dihadapi ketika implementasi Clinical Pathway.Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif yaitu menelaah data yang berasal daritagihan, serta kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam.
Hasil panelitianmenunjukan variable input secara garis besar sudah mendukung, namun untuk pendanaanbelum ada alokasi khusus. Faktor proses, kurang terlibatnya komite medik pada awalpembentukan, kurangnya komitmen dari DPJP, serta kurang tertibnya evaluasi menjadisalah satu kekurangan. Pada faktor output, masih ditemukan variasi pada Lama HariRawat LHR, pemeriksaan penunjang serta pemberian obat, dari perbedaan output varian tersebut akan berpengaruh terhadap tagihan pasien. Kendala yang dihadapi diantaranya adalah kurangnya sosialisasi, tingkat kepatuhan yang masih kurang, sertaperbedaan dalam cara mendiagnosa pasien.
Pada factor outcome, untuk variable statuspulang pasien tidak ada perbedaan, karena semua pasien Tifoid anak yang dirawat, statuspulangnya sama yaitu sembuh atau atas persetujuan dokter. Varian yang adamenyebabkan terjadinya selisih pada jumlah outcome, antara tagihan yang tindakan yangsesuai Clinical Pathway dengan tagihan yang riil sekitara 91,80. Selisih tersebutdiakibatkan penggunaan alat kesehatan Rp 76.809 169,17, tindakan Rp 24.273 113,12, penggunaan obat-obatan Rp1.566 100,69, Pemeriksaan visite dokter sebesar Rp 47.400 91,22, administrasi sebesar Rp 136.000 90,04, sertapemeriksaan penunjang sebesar Rp 150.313 61,49.

WHO estimated 11 20 million people get sick from typhoid and between 128 000 and161 000 people die from it every year. So happened with Tugu Ibu Hospital, Typhoidcase is one of the most diseases in the hospital. Cases of typhoid fever in children in TuguIbu Hospital became one of the most cases in for childhood illnesses in InpatientInstallation in 2007. That rsquo s the reason for the Tugu Ibu Hospital build a Clinical Pathwayfor pediatric typhoid. This study aims to get an overview of inputs, processes, outputs,variations and constraints which faced when implementing Clinical Pathway. Thisresearch used quantitative method process from the billing, and qualitative by conductingin depth interview.
The results showed that input variables have been supported, but forfunding there is no special allocation. From the process variables, lack of involvement ofthe medical committee at the beginning of the formation, lack of commitment from DPJP,and less orderly evaluation become one of the shortcomings. In the output factor, anyvariation in Length of Stay LOS, supported test and medication. From the difference ofoutput will influence to patient bill. Obstacles encountered consist of lack of socialization,lack of compliance level, and differences to diagnose patients.
In Outcome factor, there is no difference for discharge status variable, because all patientswith Typhoid children, has cured for discharge status.The variation happened came from the outcomes factor, between Clinical Pathway ruleand real bills of 91,80. The difference is caused by medical equipment used Rp 76.809 169.17, Rp 24,273 113.12, Rp1.566 100,69 medication, physician check doctor rsquo visit Rp 47,400 91, 22, administration and accommodation of Rp 136,000 90.04, and other test of Rp 150,313 61.49.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Ariani
"Demam akut yang disertai gejala mirip demam Dengue nyeri kepala, nyeri sendi, ruam, perdarahan perifer seperti mimisan, ptekie adalah gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien. Gejala-gejala tersebut seringkali diakibatkan infeksi arbovirus yang sangat endemik di Indonesia sebagai negara tropis. Deteksi agen penyebab infeksi tersebut sangat diperlukan untuk penatalaksanaan yang tepat. Studi ini melakukan uji optimasi untuk deteksi molekuler virus penyebab demam mirip demam Dengue, meliputi DENV, ZIKV, WNV, JEV, YFV, CHIKV, dan Hantavirus menggunakan RT PCR. Primer pada studi ini dirancang menggunakan perangkat lunak online Primer-BLAST dari NCBI dan primer-primer tersebut memenuhi kriteria untuk reaksi RT PCR. Kontrol positif pada real time RT-PCR menggunakan DNA sintetik yang dirancang sesuai dengan amplicon target virus. DNA sintetik sepanjang 1.047 pasang basa dirancang untuk digunakan pada virus ZIKV, JEV, YFV, WNV, CHIKV, dan Hantavirus. Suhu penempelan optimum pada primer-primer adalah 600C kecuali primer flavivirus universal yaitu 560C. Limit deteksi primer JEV mencapai 4.355 salinan DNA setiap reaksi real time RT PCR. Tidak terdapat reaksi silang maupun positif palsu pada sampel RNA DENV serotipe 2 maupun pada sampel orang sehat yang digunakan pada studi ini. Sebagai kesimpulan, studi ini menghasilkan primer dan protokol real time RT-PCR yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan dalam uji diagnostik pada sampel pasien demam akut menyerupai gejala demam Dengue.

Acute fever with Dengue like fever symptoms headache, rash, joint pain, perifer bleeding like ptechie, rinhorrhea is general symptoms that often being complained by patient. Usually the etiology agent of the symptoms are arbovirals which are endemic in Indonesia as a tropical country. In this case, molecular detection is very important to confirm the etiology of disease for prompt and adequate management. This study optimized viral molecular detection as an etiology agent for Dengue like fever symptoms using real time RT PCR. The viruses that were investigated were DENV, ZIKV, WNV, JEV, YFV, CHIKV, and Hantavirus. Primer were designed used Primer BLAST software from NCBI. Those primers fulfilled the good primer requirements and could be used in real time RT PCR reaction. Synthetic DNA with 1.047 base pairs was designed based on amplicon target to be used as control positive for ZIKV, JEV, YFV, WNV, CHIKV, and Hantavirus. The optimal annealing temperature for all primers were at 600C except for flavivirus universal primer was at 560C. The limit of detection of JEV primer was 4355 copies DNA per reaction. Cross reactivity between all primers with DENV serotype 2 RNA and healthy person sample were not found. This study still need RNA viruses as negative or positive control and clinical sample to determine the sensitivity and specificity. As a conclusion, this study provided primers and real time RT PCR protocol that potentially be further developed as diagnostic tools for patient with Dengue like fever symptoms. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library