Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Murniati
Abstrak :
Pada abad ke-19, semangat romantisisme sangat berpengaruh terhadap sebagian besar penulis Amerika. Unsur-unsur primitivisme yang berhubungan dengan konsep 'natural goodness' nampak banyak terlihat dalam karya-karya mereka. Pemikiran Rousseau tentang pentingnya manusia kembali ke tengah-tengah alam berpengaruh sangat kuat dalam mengangkat citra orang Indian sebagai 'noble savage'. Citra 'noble savage' Indian kemudian banyak mengilhami penulis Amerika untuk mengangkat karya sastra dengan menggali sumber dari negeri sendiri, yaitu yang berciri khusus Amerika, Mereka menampilkan orang Indian yang ideal, yang luhur dan agung. Di antara sebagian besar karya-karya tersebut adalah The Last of The Mohicans yang ditulis oleh James F.Cooper dan Hobomok yang ditulis oleh Maria Lydia Child yang dibahas dalam tesis ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan atas kedua novel ini, pengidealan orang Indian tidak hanya terbatas pada penggambaran bentuk fisik, perilaku dan kehidupan moral mereka, namun juga bagaimana orang Indian bersikap terhadap orang kulit putih. Semakin ia (orang Indian) loyal, mau menerima kerangka pola pikir orang kulit putih, dan banyak membantu mereka, semakin ia (orang Indian tersebut) diidealkan. Namun demikian, nampak bahwa keluhuran yang disandangkan kepadanya, tidak bisa membantu mengangkat kehidupan orang Indian. Orang Indian tetap saja bernasib tragis. Dalam The Last of The Mohicans kedua tokoh 'noble savage' Chingachgook dan Uncas mengalami nasib yang mengenaskan. Chingachgook harus hidup sendirian sebatang kara setelah anak satu-satunya yang diharapkan sebagai pewaris terakhir sukunya harus tewas dalam perkelaian dengan Maguwa, seorang Indian dari suku yang lain, dalam membela kepentingan orang kulit putih. Demikian pula halnya dengan Hobomok, tokoh 'noble savage' dalam Hobomok. Setelah kehidupannya dicurahkan untuk kebahagiaan Mary, tokoh kulit putih dalam novel ini, ia harus memupus begitu saja cintanya yang telah melekat pada gadis kulit putih tersebut hanya karena tunangan Mary, seorang pria kulit putih yang telah dikabarkan meninggal dunia, ternyata masih hidup. Hobomok menghilang ke tengah hutan, mengorbankan hidupnya demi kebahagiaan kedua orang kulit putih. Nasibnya tidak diketahui. Secara garis besar kedua novel memberikan gambaran, bagaimana kebudayaan, untuk segala kebesaran dan kebaikan yang dimilikinya, dengan tak dapat dihindarkan telah merusak kehidupan orang Indian. Sekalipun orang Indian tersebut sebagai orang Indian yang 'noble' ia hancur, tak mampu menahan arus kebudayaan orang kulit putih. ......In the nineteenth century the spirit of romanticism deeply influenced American writers. The elements of primitivism which related to the concept of natural goodness could be perceived in their works. The thought of Rosseau concerning the necessity of men coming back to the nature deeply influenced the improvement of Indian image as noble savage. This noble savage Indian image then inspirited American writers for the publication of the American stylist literatures. They performed the ideal, noble and glorious Indian. Among the literature which presented the Indian was The Last of the Mohicans that was written by James F.Cooper and Hobomok that was written by Maria Lydia Child, which this thesis discusses. The research taken on these two novels shows that the Indian idealization was not only shown by the illustration of their physical, behavior and moral acts, but also shown by the Indian behavior toward White people. The more loyalty they (the Indians) were, by accepting the frame of thinking of the White people and by very much helping them, the more they (the Indians) were idealized. Even then, it seemed that the solemnity which was put on them did not help improving the Indians livings. In The Last of the Mohicans the two noble savage characters, Chingachgook and Uncas experienced bad fates. Chingachgook must live by himself after his only son who was expected to be his tribe's last inheritance died in his fighting with Magua, the Indian from another tribe. in defending the White people's interests. The same happened with Hobomok, the noble character of the Hobomok. After he bestowed his life for the well-being of Mary, the white character in this novel, he had to exterminate his love stuck to this White girl just because Mary's fiancee, a White man who had been reported dead, was actually still alive. Hobomok disappeared in the jungle, sacrificed his life for the sake of two White people's happiness. His fate was unknown. The idealization of the Indians in these two novels is seemed not for the interest of the Indians, but more to fulfill the interest of the White men in that New World. Noble savage was presented as the medium of the White people in entering the wilderness world of America. After all knowledge's, skills, and their way of livings were absorbed, the Indian were then thrown, left without etiquette. These novels' mainstream presented the picture on how culture, in all its glory and goodness, has unavoidably destroyed the livings of the Indians. Even though the Indians had been presented as noble Indians, they were destroyed, without the ability to stop the White people's stream of culture which physically had more power.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunu Wasono
Abstrak :
Salah satu rubrik yang terdapat dalam majalah Panjebar Semangat adalah Alaming Lelembut. Pada rubrik ini, dimuat dongeng lelembut yang berkisah tentang lelembut dalam kaitannya dengan manusia. Disertasi ini berusaha mengungkapkan ciri yang menandai dongeng lelembut. Di samping itu, disertasi ini juga menunjukkan fungsi dongeng lelembut bagi Panjebar Semangat dan masyarakat Jawa. Dengan pendekatan tekstual dan sosiologis terungkap bahwa dongeng lelembut menunjukkan ciri sebagai berikut. Dongeng lelembut menampilkan tokoh jenis arwah gentayangan dan nonarwah gentayangan yang tersaji dalam pola cerita yang sama dan berulang dengan latar kisah pada malam hari. Unsur seram yang juga menjadi salah satu ciri dihadirkan melalui penggambaran rupa tokoh yang menjijikkan, pelukisan peristiwa dan suasana yang nyalawadi aneh dan tidak masuk akal. Namun, gambaran yang seram itu diimbangi dengan kehadiran unsur seks sebagai rempah-rempah dan bumbu penyedap cerita. Terkait dengan posisinya sebagai pengisi atau bagian dari Panjebar Semangat, dongeng lelembut bersama dengan rubrik lainnya berfungsi menjaga/mempertahankan eksistensi Panjebar Semangat. Di samping itu, secara sosiologis dongeng lelembut juga berfungsi sebagai sarana menghibur pembaca dan menanggapi berbagai masalah sosial dalam kehidupan masyarakat Jawa. 'Alaming Lelembut' is one of many rubrics in Panjebar Semangat magazine.This rubric contains 'dongeng lelembut' or lelembut fairy tale, a story about lelembut or supernatural beings in relation to humans. This dissertation tried to express the traits that mark lelembut fairy tale. In addition, this dissertation also shows the function of lelembut fairy tale for Panjebar Semangat magazine and the Java community. With textual and sociological approach revealed that the lelembut fairy tale shows the following characteristics. Lelembut fairy tale featuring character type of spirits roaming and non spirits roaming presented in pattern and repeating the same story with the background story of the night. Spooky elements who also became one of the characteristics presented through visual depiction disgusting figures, depictions of the events and atmosphere nyalawadi odd and unreasonable. However, the grim picture was offset by the presence of the element of sex as spices and seasonings story. Lelembut fairy tales along with other rubric serves to keep or maintain the existence Panjebar Semangat magazine. Sociologically, lelembut fairy tale also serves as a means of entertaining the reader, and respond to social problems in the Javanese community.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D2412
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlis Nur Mujiningsih
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud, 1996
899.221 09 ERL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hilfer, Tony
London: Longman, 1992
813.540 9 HIL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Karl, Frederick R.
London: Thames & Hudson, 1970
823.09 KAR r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nakamura, Mitsuo
Tokyo: Kokusai Bunka Shinkokai, 1969
895.63 MIT c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Utrecht: Het spectrum, 1996
BLD 839.360 9 PRI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Utrecht: Spectrum , 1994
BLD 839.360 9 PRI IV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Buch, Boudewijn
Amsterdam: De Arbeiderspers, 1988
BLD 839.360 9 BUC b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>