Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Visionta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi unit filtrasi IPA Buaran I dari segi kriteria desain, kinerja, dan kualitas efluen serta mengidentifikasi tahapan peningkatan kapasitas unit agar dapat mengolah debit dari 3000 L/detik menjadi 3500 L/detik. Metode yang digunakan adalah evaluasi kriteria desain dan operasional. Berdasarkan hasil evaluasi ditemukan bahwa dimensi dan laju filtrasi sebesar 7,375 m/jam masih memenuhi kriteria desain. Namun berdasarkan perhitungan ekspansi media dan perbandingan kedalaman dengan ukuran efektif (nilai L/de) kedalaman media eksisting sebesar 0,6 m tidak memenuhi kriteria desain sehingga diperlukan perbaikan. Dari segi operasional durasi filter run ditemukan sebesar rata-rata 26,8 jam dari seluruh bak yang masih memenuhi kriteria desain literatur tetapi dengan durasi yang jauh lebih rendah dari kriteria desain IPA Buaran yaitu 48 jam. Kualitas air olahan filter pada parameter kekeruhan, mangan, dan besi masih memenuhi standar PerMenKes No. 492 Tahun 2010 mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi peningkatan kapasitas menjadi 3500 L/detik adalah penyesuaian media filter menjadi media ganda, pengaplikasian kerikil penyangga, dan penyesuaian laju air scouring. Lapisan kerikil yang digunakan adalah bertipe reverse gradation yang dimodifikasi.

This study aims to evaluate the filtration unit of Buaran Water Treatment Plant in terms of design criteria, performance and effluent quality and identify the stages of increasing the capacity of the unit in order to process discharge from 3000 L/sec to 3500 L/sec. Based on the evaluation results it was found that the dimensions and filtration rate of 7,375 m/h still meet the design criteria. However, based on the calculation of media expansion and rasio of depth and effective size (L/de value) of the existing media depth of 0,6 m does not meet the design criteria so improvements are needed. From an operational perspective the filter run duration was found to be an average of 26,8 hours that is much lower than the Buaran Water Treatment Plant design criteria of 48 hours. The quality of filtered water in turbidity, manganese and iron parameters still meets regulation’s requirements for drinking water quality thus no special modification is needed. Efforts that can be made to accommodate the increase in capacity of 3500 L/s are by adjusting the filter media from a single media to a dual media, applying a modified reverse gradation gravel layer, and adjusting the water scouring rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Muhammad Ariq Athallah
"Porous Disc Filtration Apparatus (PoDFA) memiliki salah satu komponen yaitu Ceramic Foam Filter (CFF) yang berfungsi untuk menyaring inklusi yang terkandung pada aluminium cair. CFF atau filter referensi yang tersedia dirasa masih mahal dan memakan waktu yang lama ketika pengiriman. Bahan dasar yang dipilih pada penelitian ini untuk membuat CFF atau filter lokal adalah kaolin karena kelimpahannya di Indonesia. Pembuatan filter lokal menggunakan metode dry press dengan bantuan cetakan besi yang memiliki bentuk serupa dengan filter referensi. Penggunaan pati berupa tepung kentang dengan komposisi 5%, 10%, dan 15% pada penelitian ini bertindak sebagai pembentuk pori pada filter lokal. Filter lokal dibakar hingga suhu sekitar 1200°C untuk mendapatkan fasa mullit. Karakterisasi filter lokal dilakukan dengan SEM, XRD, XRF, dan STA. Ada beberapa pengujian yang dilakukan pada penelitian ini, diantaranya adalah pengujian porositas, pengujian Permanent Linear Change (PLC), ekspansi termal, dan pengujian kuat lentur. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, diantaranya adalah pori yang terbentuk pada filter lokal berbentuk prolate dan memiliki rata-rata ukuran pori 10 hingga 55 µm, kemudian pembakaran kaolin hingga 1200°C terbukti berhasil untuk mendapatkan fasa mullit. Hasil lain pada penelitian ini, semakin banyak kandungan pati yang ditambahkan pada material maka penyusutan dan ekspansi pada material akan semakin besar, tetapi berbeda dengan nilai kuat lentur yang semakin turun.

The Porous Disc Filtration Apparatus (PoDFA) has one component, namely Ceramic Foam Filter (CFF) which has a function to filter inclusions contained in molten aluminum. The CFF or reference filters are still expensive for the operational and take a long time in import process. The basic material chosen in this study to make CFF or local filters is kaolin because of its abundance in Indonesia. The manufacture of local filters in this study uses the dry press method with the help of an iron mold that has a similar shape to the reference filter. In this study, the use of starch in the form of potato starch with a composition of 5%, 10%, and 15% acted as a pore-former in the local filter. The local filter is burned to a temperature of about 1200°C to obtain the mullite phase. Local filter characterization was carried out using SEM, XRD, XRF, and STA. There are several tests carried out in this study, including porosity testing, Permanent Linear Change (PLC) testing, thermal expansion testing, and flexural strength testing. The results obtained in this study, pores on the local filter have a prolate shape and having an average pore size of 10 to 55 m. Burning kaolin up to 1200°C proved successful to obtain the mullite phase. Another result of this study, the more starch content added to the material, the greater the shrinkage and expansion of the material, but in contrast to the flexural strength value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rahman
"Kualitas air di beberapa pemukiman pada daerah tertentu sering dirasakan kurang memenuhi syarat kesehatan. Umumnya para penduduknya mengeluhkan adanya air yang berbau dan berwarna kuning kecoklatan, Hal ini setelah di telusuri secara seksama baik secara survei maupun hasil analisis laboratorium ternyata mengandung kadar logam Fe dan Mn yang cukup tinggi. Masalahnya adalah bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas air tersebut, dengan kata lain teknologi yang bagaimana yang dapat digunakan untuk menurunkan kandungan logam Fe dan Mn dalam air tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu media filter yang dapat digunakan untuk menurunkan dan menghilangkan kandungan logam Fe dan Mn yang ada di dalam air. Pada penelitian ini digunakan media berupa zeolit Bayah yang diambil dari kabupaten Lebak, Jawa Barat. Pada proses awal percobaan dilakukan penyiapan media dengan menghancurkan zeolit menjadi ukuran kecil (kurang lebih 3 mm) dan ditempatkan dalam suatu kolam, selanjutnya siap untuk digunakan sebagai penyaring. Sedangkan sampel air yang digunakan berasal dari air tanah di Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM - UI. Pada proses awal penyaringan digunakan waktu alir sampel sebesar 16 mL/menit dan dilakukan pengukuran kandungan logam setiap 30 menit selama 2,5 jam. Untuk selanjutnya dilakukan pengukuran kandungan logam untuk waktu alir 14 . 12. 10. 8, 6, 4 dan 2 mL/menit.
Dari hasil yang diperoleh pada 8 percobaan yang dilakukan ternyata didapatkan waktu alir yang optimal untuk penyaringan, yaitu 2 mL/menit. Pada percobaan dengan waktu alir 2 mL/menit diperoleh konsentrasi awal Fe pada sampel air sebesar 3.70 mg/L dan konsentrasi akhir Fe hasil penyaringan sebesar 1,12 mg/L, sedangkan untuk logam Mn konsentrasi awalnya sebesar 0,70 mg/L dan konsentrasi akhir hasil penyaringan sebesar 0.00 mg/L. Meskipun hasil yang diperoleh pada penyaringan logarn Fe masih melebihi baku mutu yang ditetapkan, namun dari prosentasi penurungan kandungan logam Fe maka penyaringan ini dapat dikatakan cukup baik yaitu sebesar 60 %. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gunawan Setia Prihandana
"Nanoporous polyethersulfone (PES) membrane is widely used as a filtration membrane in hemodialysis systems. Unfortunately, it has low blood compatibility, and induces blood clots that adhere to the membrane’s surface during dialysis treatment. This paper reports on a review of surface modification that is used to improve the PES membrane’s blood compatibility. The method consists of applying two coating materials, in the form of parylene and fluorinated diamond-like carbon (F-DLC) films, onto the membrane’s surface. The parylene film is deposited on the diffusion layer of the membrane surface using glycerin liquid, while the F-DLC film is specially coated on the supporting layer of the membrane. The unique property of parylene, which has the characteristics of conformal coating, prevents the parylene from being coated on the supporting layer of the membrane. Conversely, F-DLC film, which is hard, fragile and has a less conformal coating than parylene, is only meant to be coated on the supporting layer. Finally, the coated membranes, along with the bare PES membrane, are compared and investigated under a long-term diffusion test to assess their permeability and blood compatibility. The experiment results show that both coating materials have the capacity to improve the membrane’s blood compatibility in different ways."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:6 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lambang Wisnusasongko
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S27971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Mc Graw Hill, 1996
628.164 WAT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fathul Karamah
"Membran mikrofiltrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengolahan air bersih. Namun teknologi ini rentan terhadap pengotoran/fouling oleh partikel dalam air limbah yang berupa koloid yang mengakibatkan kinerja dan selektivitas dari membran dapat berkurang. Salah satu proses untuk mengurangi laju pengotoran dalam membran adalah proses koagulasi. Suhu dan pH merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi. Variasi suhu yang dilakukan adalah suhu 30, 40 dan 50o C, sedangkan variasi pHnya adalah 5, 7 dan 9. Hasil menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk tahapan koagulasi yang diperoleh adalah pada suhu 40oC dan pH = 5. Dengan bantuan tahapan koagulasi ini maka hasil yang diperoleh dalam proses pengolahan air menggunakan teknologi membran diantaranya fluks permeat tertinggi yang diperoleh mencapai 0,0238 m 3/m2. Jam dan persen rejeksi untuk TDS sebesar 56,52 % sedangkan persen rejeksi untuk COD sebesar 38,9 %.

Microfiltration membrane are widely used in wastewater treatment. However, it is subjected to fouling that is caused by colloid particles in the wastewater. This fouling can affect the performance and selectivity of membrane. To reduce the fouling rate on membrane, pretreatment process is usually used, such as coagulation. Temperature and pH are two factors that affect the coagulation process. Variation of temperature is conducted at 30, 40 and 50oC, while the variation of pH is at 5, 7 and 9. The result shows that the optimum condition for coagulation process is at 40oC and pH of 5. With this coagulation process, the result of water treatment process using membrane technology reaches the highest performances with value of permeate flux is 0,0238 m 3/m2.hour and the % Rejection for TDS is 56,52 % and also % Rejection for COD is 38,9%."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian penapisan dan uji aktivitas xilanase isolat bakteri alkalo
termofilik dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri (LTB), BPPT,
Serpong. Penapisan dilakukan menggunakan medium Nakamura yang
dimodifikasi. Produksi enzim dilakukan dengan fermentasi substrat cair pada
pH 9, suhu 55o C dan 150 rpm. Uji aktivitas dilakukan dengan metode Bailey
yang dimodifikasi. Hasil penapisan xilanase terhadap 136 isolat bakteri
menunjukkan bahwa 18 isolat menghasilkan xilanase. Tiga isolat yang
memiliki indeks xilanolitik yang tinggi adalah isolat Pawan/Tanah(2)/9/3/NM
sebesar 3,095, Riau/Kayu/9/2/NM sebesar 0,955, dan Riau/Sludge/9/1/LB
sebesar 0,91. Hasil uji aktivitas xilanase dari masing-masing isolat adalah
Pawan/Tanah(2)/9/3/NM sebesar 0,917 ± 0,093 U/ml, Riau/Kayu/9/2/NM
sebesar 8,529 ± 0,093 U/ml, dan Riau/Sludge/9/1/LB sebesar 1,283 ± 0,060
U/ml. Isolat yang memiliki aktivitas xilanase tertinggi ialah Riau/Kayu/9/2/NM."
Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mananagka, Rumuat Semuel Wullul
"Latar belakang dan tujuan : Persiapan pada calon pasien yang akan menjadi pendonor ginjal memerlukan penilaian fungsi dan anatomi organ ginjal. Korelasi antara fungsi dan anatomi ginjal dapat membantu untuk prediksi fungsi dan anatomi ginjal, oleh karena itu dibutuhkan penilaian rerata volume parenkim ginjal dan pada stadium CKD 1, 2 dan 3 serta korelasi antara volume parenkim ginjal dengan rerata estimasi laju filtrasi glomerulus pada stadium CKD 1, 2 dan 3.
Metode : Penelitian cross sectional ini menggunakan data sekunder berupa nilai estimasi laju filtrasi glomerulus yang dihitung dengan rumus MDRD. Subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria dihitung volume parenkim ginjalnya menggunakan CT scan. Teknik pengukuran menggunakan cara disc summation. Korelasi dengan tes pearson digunakan untuk menilai hubungan antara estimasi laju filtrasi glomerulus dengan volume parenkim ginjal.
Hasil : Kelompok CKD stage 1 didapatkan volume rerata parenkim ginjal kanan 132,04 cc, ginjal kiri 134,71 cc dan ginjal total 266,75 cc. Kelompok CKD stage 2 didapatkan rerata parenkim ginjal kiri 112,83 cc, ginjal kanan 110,44 cc dan ginjal total 223,28 cc. Kelompok CKD stage 3 rerata parenkim ginjal kiri 100,21 cc, ginjal kanan 101,4 cc dan ginjal total 201,61 cc. Tes pearson memperlihatkan korelasi yang signifikan (p < 0,001) dan kekuatan sedang (r = 0,554) dengan persamaan: y = 0,326x + 16,13.
Kesimpulan : Korelasi antara nilai estimasi laju filtrasi glomerulus pada CKD stage 1, 2 dan 3 menunjukan signifikansi kuat dan korelasi sedang dengan persamaan: y = 0,32x + 16,13. Persamaan yang didapat berguna untuk estimasi nilai laju filtrasi glomerulus maupun estimasi volume parenkim ginjal total apabila nilai salah satunya diketahui.

Background and objective : Preparation to a kidney donor will need assessment of the kidney's function and anatomy. The correlation between the function and anatomy can help to predict the function and anatomy. That is why the measurement of kidney’s volume is needed (in average and in CKD stage 1, 2, and 3) and the correlation between kidneys parenchyme volume and the average estimated glomerulus filtration rate during CKD stage 1,2, and 3.
Method : Cross sectional research using secondary data of estimated glomerulus filtration rate, calculated by MDRD formula. Kidneys parenchyme volume of the subjects were measured using CT scan. Disc summation technique was applied for the measurement. Correlation with Pearson test was made to assesst the correlation between estimated glomerulus filtration rate and kidneys parenchyme volume.
Result : Group of CKD stage 1 had an average kidneys parenchyme volume 134,71 cc (left), 132,04 cc (right), and 266,75 cc (total). Group of CKD stage 2 had an average kidneys’ parenchyme volume 112,83 cc (left), 110,44 cc (right), and 223,28 cc (total). Group of CKD stage 3 had an average kidney's parenchyme volume 100,21 cc (left), 101,4 cc (right), 201,61 cc (total). Pearson test shows a significant correlation (p < 0,001) and moderate strength (r = 0,554) with the equation y = 0,326x + 16,13.
Conclusion : Correlation between estimated glomerulus filtration rate in CKD stage 1, 2, and 3 showed strong significancy and moderate correlation with the equation y = 0,326x + 16,13. This equation can be useful to estimate glomerulus filtration rate and total kidneys’ parenchyme volume if one of the number is known.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>