Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satrio Wisnu Santoso
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penulisan karya akhir ini, saya akan mencoba menilai harga saham T.Century Textile Industry, Tbk. yang usahanya bergerak di bidang industri pertekstilan. Analisa fundamental akan dilakukan sebelum kita membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan masa depan. Analisa industri pertekstilan dan PT.Century Textile Industry,Tbk., pada dasamya, ditujukan untuk mengidentifikasi keadaan ekonomi makro Indonesia, kondisi industri pertekstilan Indonesia, prospek industri tekstil di Indonesia, dan kebijakan ekspor tekstil pasca kuota.

Secara umum, ada beberapa pendekatan yang dapat kita gunakan dalam melakukan penilaian fair value dari suatu saham (valuation). Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut, kemudian relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan melihat pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relatif terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales, selanjutnya adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option.

Terlepas dari model mana yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisa kitalah yang sebenamya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan. Karena prospek perusahaan terkait dengan faktor-faktor ekstemal di luar perusahaan itu sendiri, maka dalam membuat analisa fundamental ini, kita harus mempertimbangkan lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya.

Karena itu, sangat beralasan jika kita me!akukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan masa datang. Kita akan melakukan analisa mengenai keadaan makro dari negara di mana perusahaan melak:ukan usahanya dan dilanjutkan dengan analisa industri dimana perusahaan beroperasi serta melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Baru setelah itu, kita melakukan peramalan earning perusahaan masa depan dan melak:ukan penilaian dengan metode yang ada.

Dengan metode analisa di atas, terlihat jelas bahwa hasil dari valuation ini akan didasari pada asumsi-asumsi yang didapat dari analisa fundamental yang dibuat pada awal proses tersebut. Karena itu analisa fundamental dapat dikatakan sebagai kunci dari proses penilaian fair value dari saham ini. Analisa fundamental yang baik akan membuat proses valuation ini memberikan hasil yang maksimal sehingga tentunya dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi.

Pada kesempatan kali ini penulis mendapatkan nilai intrinsik saham PT.CENTEX,Tbk dengan pendekatan free cash flow to equity (FCFE) adalah sebesar Rp.3538 per lembar sahamnya. Harga saham PT.CENTEX,Tbk. di bursa adalah sebesar Rp.4500, maka melihat realita ini dapat dikatakan harga saham PT. CENTEX,Tbk. adalah overvalue.

Penulis juga melakukan valuasi perbadingan terhadap perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama dengan relative valuation dengan jalan membandingkan PER PT.CENTEX,Tbk dengan PER rata- rata industri. Dari hasil perhitungan diperoleh PER rata - rata industri adalah sebesar -176.14 sedangkan PER PT.CENTEX,Tbk. Sendiri adalah -30.08. Dari realita ini dapat dikatakan PER PT.CENTEX,Tbk. overvalue relatif terhadap PER rata - rata industri. Namun kemudian dilakukan subjective adjustment terhadap hasil tersebut dan kemudian dilakukan sectoral regression untuk mengontrol perbedaan yang timbul diantara perusahaan - perusahaan tersebut sehingga dapat ditentukan nilai predicted PER untuk semua perusahaan- perusahaan tersebut.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Amalia Widiyanti, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkesinambungan setelah krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dirasakan semakin membaik. Hal ini tercermin dari kecenderungan membaiknya indikator ekonomi makro Indonesia seperti GDP, tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan kurs nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, khususnya Dollar Amerika. Selain itu, stabilitas politik dan kebijakan deregulasi secara terns menems, serta partisipasi lembaga keuangan intemasional seperti Bank Dunia melalui IMF yang mengalirkan dana untuk kegiatan investasi, memungkinkan perusahaan domestik dapat tumbuh dan berkembang. Peluang pertumbuhan ini dirasakan oleh sebagian besar perusahaan domestik, temtama oleh produsen yang berorientasi ekspor namun sepenuhnya memanfaatkan bahan baku dalam negeri, karena nilai jual produk yang akan diperoleh adalah dalam dollar yang nilainya cenderung naik sementara biaya operasional dan bahan baku dihitung dalam rupiah.

Salah satu produk yang masuk dalam kriteria tersebut antara lain adalah nikel. Permintaan nikel dunia telah meningkat sebesar 4,1% per tahun sejak tahun 1986. Selama 20 tahun terakhir konsumsi nikel mengalami tingkat pertumbuhan majemuk sebesar 2,8%, mengalahkan pertumbuhan konsumsi logam dasar utama lainnya. Disamping itu, konsumsi nikel di kawasan Asia diperkirakan akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan output perindustrian di kawasan tersebut.

PT. Aneka Tambang Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang memproduksi nikeL Disamping adanya peluang untuk meningkatkan produksi, ada pula tantangan yang harus dijawab dalam upaya peningkatan ini, yaitu sumber dana yang diperlukan untuk mewujudkan rencana tersebut. Hal pokok diatas merupakan tantangan bagi upaya meningkatkan perluasan pertambangan dan pabrik pengolahan nikel di Gebe. Apakah rencana investasi pada proyek perluasan pertambangan dan pabrik pengolahan nikel di Gebe layak atau tidak

Untuk mengetahui apakah rencana investasi perluasan pertambangan dan pabrik pengolahan nikel di UPN Gebe layak atau tidak, dapat diketahui dengan melakukan analisis kelayakan investasi yang ditinjau dari berbgai aspek: Aspek Teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial dan ekstemalitas serta aspek ekonomi dan finansial dengan menggunakan metode Next Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR), yang dilengkapi dengan metode Profitability Index dan Payback Period.

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: NPV bertanda positif ( > 0 ) dan diikuti dengan nilai IRR yang lebih besar dari nilai diskonto, demikian pula dengan PI yang diperoleh lebih besar dari satu ( > 1 ) serta payback period lebih kecil dari payback maksimum.

Berdasarkan hasil analisis melalui kelima aspek yang telah dievaluasi, menunjukkan bahwa rencana investasi ini sangat layak untuk direalisasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir bahwa " Rencana Investasi Pada Unit Pertambangan Nikel Gebe" adalah layak.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Febriany, Author
Abstrak :
Industri ban menjadi komoditi penting di Indonesia, karena itu dimasukkan dalam kategori industri strategis. Selain dibutuhkan modal yang besar untuk masuk industri ini juga dibutuhkan ketersediaan sumber energi yang tidak murah serta potensi pemasaran yang besar. Industri ini memiliki skala ekonomi yang besar sehingga kestabilan bisnis dipengaruhi oleh adanya kepastian kondisi ekonomi, untuk memudahkan proyeksi produksi jangka panjang. Perekonomian Indonesia pada tahun 2003 sudah menunjukkan kemajuan yang berarti. Sejumlah persoalan ekonomi dalam negeri masih berlanjut namun telah membawa dampak yang lebih baik Keberadaan industri komponen otomotif sebagai industri pendukung (supporting industry) memiliki kesempatan berkembang di tengah pasar kendaraan yang kian tumbuh subur. PT. Goodyear Indonesia. Yang menjadi objek penelitian dalam karya akhir ini adalah salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi ban di Indonesia. Pada bulan Februari 1994, PT. Goodyear Indonesia menjadi perusahaan ban pertama di Indonesia yang meraih pengakuan standar mutu internasional, ISO 9002. Perusahaan ini menawarkan 15% dari total saham kepada masyarakat atau sebanyak 6.150.000 saham yang terdaftar di bursa saham Jakarta dan Surabaya. Modal dasar perusahaan Rp 41 M dan modal disetor Rp 41 M. Pemegang saham terbesar adalah The Goodyear and Rubber Company, yang menguasai saham secara total betjumlah 85%. Karya tulis ini dimaksudkan untuk menganalisis kinetja PT. Goodyear Indonesia. Analisis dilakukan pada laporan keuangan yang dihasilkan periode 1999 - 2003. Adapun tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang industri ban, menentukan nilai intrinsik saham yang wajar, serta memberikan kesimpulan dan saran, baik bagi investor dan perusahaan. Anal isis yang dilakukan terdiri atas analisis industri (dengan menerapkan pendekatan five forces dari Porter), analisis laporan keuangan (yang meliputi analisis horisontal, analisis vertikal, dan analisis rasio), serta anal isis prospektif. Sedangkan metode evaluasi yang digunakan adalah metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) dan Abnormal Earning. Untuk laporan keuangan, dilakukan pengamatan untuk periode 1999-2003, kemudian dibuat proyeksi laporan keuangan untuk 5 (lima) tahun ke depan, yaitu untuk periode 2004-2008. Berdasarkan analisis industri dengan pendekatan five forces dari Porter, dapat disimpulkan untuk industri banbahwa: rivalry among competitive firms adalah high, threat of new entry adalah low, threat of subtituJe product cenderung low, bargaining power of buyer adalah high, bargaining power of supplier adalah high. Dari hasil analisis rasio laporan keuangan dapat diketahui bahwa PT Goodyear Indonesia mengalami stagnancy / kemandekan dalam kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) maka didapat nilai intrinsik saham PT Goodyear Indonesia sebesar Rp 11.883 per lembar saham (undervalued) dan berdasarkan Abnonnal Earning didapatkan nilai intrinsik saham PT Goodyear Indonesia sebesar Rp 10.597 per lembar saham (undervalued). Sehingga penulis menyarankan bagi caJon investor untuk segera membeli (buy) saham perusahaan, sedangkan untuk perusahaan agar lebih efesien dan memaksimalkan pendayagunaan sumber daya dan modal yang tersedia.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Nugroho Wicaksono, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam berinvestasi di dalam obligasi, risiko yang dominan mempengaruhi harga obligasi adalah tingkat suku bunga. Ketika tingkat suku bunga turun, harga obligasi mengalami kenaikan, sebaliknya ketika tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga akan mengalami penurunan. Dalam hal ini tentu investor yang membeli obligasi untuk dimiliki hingga jatuh tempo, menghadapi ketidakpastian required Field yang diterima.

Untuk menghadapi kondisi ini, duration telah dikenal mampu menganalisa risiko obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga. Duration merupakan rata-rata tertimbang cash flow maupun nilai pokok suatu obligasi terhadap yield yang dimiliki oleh obligasi tersebut. Sebagai pengukur risiko, harga obligasi yang volatilitasnya tinggi maka duration juga terlihat tinggi. Namun yang yang menarik dari manfaat duration adalah Duration yang diwakili dari Modified Duration, bahwa pergerakan required Yield dapat melakukan penaksiran terhadap pergerakan harga suatu obligasinya. Hal ini dikarenakan Modified Duration merupakan tangen hubungan antara harga dengan Yield obligasinya. Namun pengukuran Modified duration hanya efektif atas perubahan yield yang relatif kecil tetapi tidak efektif untuk perubahan yield yang besar. Hal iri disebabkan oleh Modified duration menggambarkan huoungan harga dengan yield yang berbentuk liner. Sementara hubungan perubahan harga belum tentu tinier terhadap perubahan yield, namun cenderung berbentuk cembung atau convex. Karena itu dengan perhitungan convexity dari kurva harga dan yield, mencoba menutupi error yang terjadi dari estimasi duration yang kurang akurat.

Dengan perhitungan Modified duration dan convexity secara bersama-sama dapat mengukur perubahan harga lebih akurat terhadap perubahan required yield-nya. Dari obligasi korporasi yang tercatat di BES per Desember 2002, sebanyak 113 obligasi, penulis melakukan metode Sample purposive dengan kriteria-kriteria obligasi yang berpendapatan tetap tanpa opsi, yang memiliki jatuh tempo lebih dari 1 tahun terhitung Juni 2003, dan dirating oleh Pefindo serta tidak dalam keadaan Default. Adapun sample terpilih adalah 15 obligasi.

Analisa penulis lakukan dalam 4 kelompok, dimana obligasi yang telah listing ditahun 1999, obligasi yang telah listing di tahun 2000, obligasi yang telah listing ditahun 2001, obligasi yang telah listing ditahun 2002. Adapun Duration dan convexity dari masing-masing obligasi dihitung dua kali dalam setahun, yaitu di Bulan Januari dan Juli. Sementara sebagai benchmark dari pergeseran Yield obligasi digunakan pergeseran tingkat suku bunga 1 bulan.

Beberapa kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil analisa adalah: 1. Semakin tinggi volatilitas yield obligasi, maka duration akan semakin tinggi. Perhitungan Convexity sebagai pelengkap untuk memprediksi harga, mulai berperan ketika tingkat suku bunga SBI bergerak leb~ dari 1%, ketika tingkat suku bunga SBI bergerak di bawah 1 %, multiplier dari Convexity sangat rendah. Disisi lain harga prediksi yang dihasilkan Modified duration dan Convexity. Terlihat lebih banyak overestimate terhadap perubahan harga actualnya. 2. Untuk obligasi yang harga actualnya dapat diprediksi dengan menggunakkan Modified Duration dan Convexity dari pergeseran tingkat suku bunga SBI ada 8 obligasi dari 15 obligasi yang dijadikan sample, dengan uji t yang tingkat signifikansinya 5% dan 10%. Sementara perubahan harga obligasi yang tidak dapat diprediksi, penulis mencoba menggunakan pengujian statistik apakah pergeseran Yield obligasi karena pergeseran yang non-parallel dengan tingkat suku bunga. Dalam hal ini, pergerakan yield tidak parallel dengan tingkat suku bunga yang ditunjukkan dcngan Beta yang lebih kecil dari 1, namun secara statistik tidak dapat dibuktikan signikansinya, sehingga penulis menyimpulkan bahwa ada faktor error yang menyebabkan yield obligasi bergerak 3. Di dalam pembentukan portofolio, investor yang rasional akan memilih asset dalam efficient frontier-nya, atau berinvestasi pada aset yang memiliki return yang lebih tinggi dengan risiJco yang sama atau berinvestasi pada aset yang memiliki risiko yang rendah untuk tingkat return yang sama. Dalam hal ini risiko obligasi yang diwakili dengan modified duration, jika investor dihadapkan dengan modified duration yang sama tentu investor akan memilih total return yang lebih tinggi.

Penulis mencoba menggunakan teori Yield Curves Strategy, yang memiliki tiga pendekatan yaitu Bullet Strategy Portofolio,dimana berinvestasi pada obligasi pada satu titik jatuh tempo, Barbell Strategy Portofolio yaitu portofolio yang terdiri dari obligasi yang memiliki jatuh tempo yang berbeda jatuh tempo yaitu jangka pendek dan jangka panjang, sementara ladder strategy portofolio memiliki bobot nilainya sama setiap jatuh temponya.

Dari hasil analisa sensitivitas pergeseran Yield Curve secara parallel, dengan duration yang sama terlihat bahwa total return Barbell Strategy lebih baik dibandingkan Bullet Strategy, namun untuk pergeseran dibawah 1% Barbell Strategy juga lebih baik dibandingkan Bullet Strategy, yang berbeda dengan hasil penelitian yang terjadi di luar negeri. Dimana Bullet Strategy memilki kinerja yang lebih baik untuk pergeseran Yield Curve di bawah 1%. Dalam hal ini penulis melihat bahwa tingkat jatuh tempo obligasi dari masing-masing obligasi yang hampir mendekati, hal ini menyebabkan nilai total return yang juga tidak jauh berbeda dari masing-masing obligasi. Mengingat juga bahwa obligasi korporasi di Indonesia yang rata-rata memiliki jatuh tempo sekitar 5 tahunan. Jika jatuh tempo dari obligasi Barbell strategy memiliki perbedaan yang cukup ekstrim, maka kemungkinan Bullet strategy dapat memiliki kinerja yang lebih baik untuk pergeseran Yield Curve yang relatif kecil atau dibawah 1%. Sementara penulis juga membandingkan kinerja Barbell Strategy dengan Ladder Strategy. Dengan duration yang sama, kinerja dari portofolio barbell strategy juga menunjukkan lebih baik.

Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa kinerja Barbell portofolio bisa menjadi menjadi salah satu alternatif untuk mengambil keputusan pembentukan portofolio, dengan asumsi pergerakan dari Yield obligasi adalah parallel dengan tingkat suku bunga SBL
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Samsul Huda
Abstrak :
ABSTRAK


PT. Pikiran Rakyat Bandung (PRB) bergerak di bidang media massa sejak tahun 1950 dan saat ini mempunyai pangsa pasar terbesar di daerah Jawa Barat untuk jenis media Koran Harian melalui koran Pikiran Rakyat (PR). Bisnis media massa mengalami perubahan yang signifikan semenjak Menteri Penerangan Yunus Yosfiah mengeluarkan SK Menpen No. 133/SK/MENPEN/1998 yang mencabut dan menyatakan tidak berlaku Keputusan Menpen No. 17/Kep/Menpen/1975 dan SK Menpen No.18/Kep/Menpen/1998. Kcbijakan ini mcngakibatkan banyak sekali pemain baru mcncoba untuk bcrbisnis di bidang media massa namun data menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penerbitan media massa temyata tidak dapat meningkatkan tiras yang terjual bahkan cenderung mengalami penurunan.

Karya akhir ini mempunyai tujuan untuk mengetahui kondisi fundamental, nilai wajar ekuitas dan potensi PT. Pikiran Rakyat Bandung untuk melakukan penawar:m saham perdana di Bursa Efek Jakarta. Metodologi penelitian dilakukan melalui 3 tahap yaitu : studi literatur, pengolahan data dan penyusunan karya akhir. Studi literatur dilakukan terutama terhadap analisis fundamental dan metode-metode yang digunakan untuk menilai Value of the Equity dan Value of the Firm dari perusahaan. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisis fundamental dan melakukan proyelcsi dengan menyusun laporan keuangan proforma 2002 terhadap laporan keuangan PT. Pikiran Rakyat Bandung untuk periode 10 tahun dengan metode penilaian yang cocok. Semenatara penyusunan karya akhir ini dilakukan dengan menggunakan kaidah yang ditentukan oleh program Magister Manajemen Universitas Indonesia.

Hasil analisis terhadap fundamental PT. Pikiran Rakyat Bandung menunjukkan bahwa perusahaan memiliki fundamental yang kokoh dimana kinerja perusahaan terus mengalami peningkatan dan berada dalam industri yang mempunyai pertumbuhan cukup tinggi serta stabil. Sementara itu walaupun secara legal hambatan masuk sangat rendah namun secara alamiah hambatan masuk industri ini sangat tinggi karena diperlukan modal yang cukup besar dan kesediaan untuk merugi dalam jangka waktu beberapa tahun untuk tetap bertahan terbit .sampai dengan kepercayaan pembaca dan pemasang iklan tumbuh dan memperoleh pendapatan yang cukup.

Menganalisis kinerja perusahaan dan basil proyeksi cash flow yang dilakukan maka seharusnya keputusan untuk melakuk
Hasil valuasi menggunakan FCFE 2 stage menghasilkan nilai ekuitas PT. Pikiran Rakyat tanpa menggunakan premium adalah sebesar Rp. 241,8 milyar. Basil ini diperoleh dari hasil perhitungan present value FCFE sebesar Rp. 211,8 milyar ditambah dengan present value terminal value sebesar Rp. 30 milyar dengan menggunakan perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) sebesar 16%.

Melepas saham ke publik sebenamya bukan suatu hal yang harus ditakuti dan dikhawatirkan oleh pemegang saham lama. Kepemilikan memang akan berkurang namun kekayaan secara total justru akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya nilai perusahaan. Lebih dari itu adalah asas going concern akan lebih terjamin dengan pengelolaan profesional dari manajemen yang tangguh. Dengan fundamental perusahaan yang kokoh maka terbuka peluang yang besar dan kesempatan yang baik bagi manajemen dan pemegang saham PT. Pikiran Rakyat Bandung untuk dapat melakukan langkah Go Public di Bursa Efek Jakarta dalam kondisi saat ini. Langkah strategis Go Public di Bursa Efek Jakarta berguna untuk menarik dana guna pengembangan usaha dan akan bermanfaat positif untuk meningkatkan pengelolaan perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan semakin. baik di masa datang. Dampak positif lainnya adalah kemungkinan besar dapat berpengaruh positif terhadap kinerja saham media 2 saham media yang sekarang tercatat di Bursa Efek Jakarta yaitu Tempo Inti Media dan Republika. Sehingga minimal saham perusahaan media tersebut tidak menjadi saham perusahaan yang tidak aktif diperjualbelikan atau non likuid
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marta Dewi Anggraini, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang diawali dengan terdepresiasinya nilai rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan hamper keseluruhan industri di Indonesia dihadapkan pada permasalahan yang cukup besar, apalagi bagi perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk mata uang asing. Industri penerbangan domestik merupakan salah satu industri yang sangat terpukul dengan depresiasi rupiah. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran operasional perusahaan sebagian besar dalam bentuk mata uang asing namun penerimaan pendapatan dalam rupiah.

PT X sebagai salah satu perusahaan penerbangan di Indonesia yang 93% sahamnya dimiliki oleh pemerintah tak luput dari dampak krisis ekonomi. Dengan hutang yang sebagian besar dalam mata uang asing dan tidak dilakukan proteksi terhadap hutang serta struktur biaya operasional yang hampir 80% dalam USD atau sekitar USD 1,5 - 2 juta per bulan dan 95% lebih pendapatan diperoleh dalam rupiah mernbuat ekuitas PT X menjadi negatif.

Pada saat keadaan perekonomian Indonesia mulai berangsur membaik, kondisi keuangan PT X merasakan dampak perbaikan tersebut. Namun kondisi yang membaik ini tidak memadai bagi PT X yang hanya dapat meminimalisasi ekuitas negatif hingga 32% dalam kondisi modal kerja yang terbatas dan tanpa penambahan hut~ug yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh persaingan di industri penerbangan Indonesia yang semakin kompetitif dan pengaruh dari deregulasi penerbangan, globalisasi dan AFT A. Berbagai program telah diterapkan PT X untuk membenahi permasalahan internal maupun eksternal, diantaranya adalah restrukturisasi yang terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu restrukturisasi proses bisnis, restrukturisasi keuangan serta perubahan budaya kerja dan prilaku.

Proses restrukturisasi belum seluruhnya terlaksana sesuai program yang ditetapkan PT X sehingga belum dapat membuat ekuitas perusahaan menjadi positif Kondisi keuangan yang belum pulih secara optimal menyebabkan PT X kesulitan untuk memperoleh dana segar untuk melakukan lompatan besar menuju perbaikan yang signifikan. Dua dari tiga skenario yang dipersiapkan oleh PT X yaitu permohonan going concern letter dari pemerintah agar perusahan bankable dan permohonan pinjaman Rekening Dana Investasi (RDI) tidak dapat terealisasi dan akhirnya PT X atas persetujuan Pemerintah akan melaksanakan skenario yang ketiga yaitu privatisasi. Berkaitan dengan strategi privatisasi, PT X harus mencari cara untuk menarik perhatian investor yaitu dengan meningkatkan valuasi perusahaan.

Dengan kondisi yang kurang menguntungkan, PT X tidak dapat melaksanakan program restrukturisasi sesuai rencana yang pada akhirnya terbentuk dua alternatif program restrukturisasi lanjutan hasil perundingan dengan kreditor. Altematif pertama adalah mengkonversi hutang pada pemerintah dan PT F menjadi ekuitas, mengkonversi hutang pada PT A menjadi mandat01y convertible bond dengan kupon 3% dan YTM 18% serta penjadwalan 50% hutang jangka pendek pada Bank C menjadi hutang jangka panjang dan penjadwalan jatuh tempo hutang jangka panjang iima tahun kedepan. Sedangkan altematif kedua adalah mengkonversi seluruh hutang tersebut menjadi ekuitas. PT X harus memilih altematif yang paling optimal karena keberhasilan proses restmkturisasi dan proyeksi dimasa datang menjadi faktor penting untuk menunjang keberhasilan privatisasi.

Pemilihan alternatif tersebut dilakukan dengan membandingkan hasil proyeksi laporan keuangan perusahaan berdasarkan business plan PT X dari tahun 2005 hingga 2009, hasil analisis dampak dari alternatif tersebut terhadapa laporan keuangan dengan menggunakan analisa rasio keuangan dan membadingkan nilai pemsahaan yang dihasilkan dari setiap alternatif tersebut. Hasil dari analisis kedua alternatif tersebut menunjukkan bahwa alternatif kedua lebih baik dibandingkan alternatif pertama. Hal ini dibuktikan dari hasil proyeksi laporan keuangan, hasil analisis atas proyeksi laporan keuangan dan hasil valuasi perusahaan. Dari ketiga hasil tersebut alternatif kedua memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan alternative pertama
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayveen Sumantyohadi
Abstrak :
Industri baja nasional merupakan salah satu industri yang dinamis karena memiliki lingkungan yang terus berubah. Hal ini berpengaruh terhadap proses penilaian suatu aset atau perusahaan yang digunakan investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor yang bijaksana akan melakukan analisa yang matang sebelum mengambil keputusan menanamkan modalnya di industri ini. Salah satu analisa yang cukup efektif dan akurat dalam melakukan proses penilaian aset atau perusahaan adalah dengan melakukan analisa fundamental. Keefektifan analisa fundamental adalah bahwa analisa tersebut tidak hanya dilakukan hanya pada nilai aset atau perusahaan semata tetapi juga sumber dari nilai itu sendiri. Diperlukan informasi yang berbeda untuk menilai dua aset yang berbeda pula. Persepsi yang digunakan dalam suatu penilaian hams didukung oleh realitas yaitu bahwa harga suatu aset hams mencerminkan cash flow yang diharapkan dapat dihasilkan dikemudian hari. Analisa fundamental dimulai dengan analisa perekonomian makro, analisa industry dimana perusahaan berada dan analisa perusahaan itu sendiri. Analisa makro mencakup analisa terhadap analisis pertumbuhan ekonomi dengan indikator-indikator seperti Produk Domestik Bruto, inflasi dan tingkat suku bunga, perkembangan investasi di Indonesia baik Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, serta prospek pertumbuhan ekonomi itu sendiri di masa depan. Analisa industri merupakan analisa terhadap industri baja secara khusus serta perkembangannya di Indonesia akhir-akhir ini serta analisa industriindustri yang terkait erat dengan industri baja baik secara langsung atau pun tidak langsung. Sementara itu analisa perusahaan adalah melihat kondisi dan kineija perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa depan. Yang dilakukan di analisa perusahaan adalah analisa terhadap laporan keuangan, strategi perusahaan, dan penghitungan nilai wajar pcrusahaan dengan menggunakan metode discounted free cash flow. Berdasarkan analisa fundamental yang dilakukan dengan metode discounted free cash flow diperoleh indikasi nilai wajar perusahaan sebesar USD 185,475,310 atau nilai intrinsic saham sebesar USD 4,745 per lembar saham. Selanjutnya penulis membandingkan dengan nilai par yaitu nilai pada saat saham tersebut disetor dan menganalisa perbedaannya. Namun demikian dengan bet.jalannya waktu kesimpulan tersebut dapat saja berubah dengan adanya kondisi yang baru. Hal ini disebabkan karena variabel-variabel yang telah dibuat menjadi tidak relevan lagi sehingga kesimpulan akhir yang telah diperoleh dapat juga berubah.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reagan, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan sewaktu-waktu. Instrumen keuangan yang urnurn diperjualbelikan di BEJ adalah saham biasa. Saham merupakan suatu sertiftkat kepemilikan atas perusahaan yang periode kepemilikannya dalam jangka pendek atau jangka panjang tergantung dari pemegang saham.

Pergerakan harga saham tidak dapat diramal secara pasti karena harga saham selalu berfluktuasi setiap hari bahkan setiap detik. Pergerakan harga saham secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal perusahaan dan faktor internal perusahaan. Faktor internal perusahaan salah satunya dapat dilihat melalui perubahan laba perusahaan yang mencerminkan kinerja perusahaan. Hal ini menyebabkan nilai perusahaan menjadi ukuran yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan pembelian suatu saham karena tujuan utama setiap investor adalah mendapatkan keuntungan.

Investor dapat melakukan pengukuran kinerja dari suatu perusahaan guna mengetahui nilai perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham di bursa efek. Pengukuran kinerja perusahaan telah banyak dilakukan baik dengan metode tradisional maupun dengan metode yang baru dikembangkan. Beberapa metode tradisional yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Price to Earning Ratio (PER), Residual Income (RI) dan lain-lain. Tahun 1989, Stern Stewart & Co mengembangkan metode baru guna mengukur kinerja perusahaan yang dinarnakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

EVA melakukan pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan keaadaan dalam perusahaan, sedangkan MVA telah mengikut sertakan keadaan di luar perusahaan. Ini tercermin dari komponen perhitungan dari MVA yaitu harga saham. Jika harga saham mengalami kenaikan maka nilai MVA juga naik. Sebaliknya, jika harga saham turun maka nilai MVA juga ikut turun. Oleh karena itu, MVA dapat digunakan untuk mencerminkan penilaian investor terhadap suatu perusahaan.

Berdasarkan pemyataan tersebut di atas, penulis ingin mengetahui kinerja perusahaan-perusahaan dan hubungan antara peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan dengan peningkatan atau penurunan penilaian investor. Metode perhitungan kinerja yang digunakan penulis adalah metode ROI, EVA dan MV A. Periode waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah sejak tahun 2000 sarnpai dengan tahun 2004. Obyek penelitian dibatasi pada perusahaan-perusahaan yang sudah tercatat di BEJ dan termasuk dalam industri perdagangan eceran selama periode penelitian.

Dasar pemilihan industri ini karena pentingnya sektor perdagangan dalam menunjang perekonomian negara, semakin berkembangnya sektor retail di Indonesia sejak tahun 2000 sejalan dengan langkah strategis pengusaha yang melakukan ekspansi usaha dan juga akibat membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia. Perkembangan ini dapat ditunjukkan dengan banyaknya retail-retail baru baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang berdiri seperti Indomaret, hypermart, giant, clubstore, wallmart dan lain-lain. Selain itu, bisnis ritel memiliki cash flow yang sangat likuid, dimana transaksi sebagian besar dalam bentuk tunai.

Hasil dari perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan metode ROI, EVA dan MVA adalah berdasarkan metode ROI, perusahaan dengan kinerja ROI tertinggi selama lima tahun periode adalab PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Berdasarkan metode EVA, perusahaan dengan kinerja EVA tertinggi pada tahun 2000 dan tahun 2003 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk. Sedangkan pada tahun 2001 dan tahun 2002 adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Selanjutnya pada tahun 2004 adalab PT. Hero Supermarket Tbk. Berdasarkan metode MY A, perusahaan dengan kinerja MV A tertinggi pada tahun 2000 dan tahun 2001 adalah PT. Alfa Retailindo Tbk. Sedangkan pada tahun 2002 dan tahun 2003 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk. Selanjutnya, pada tahun 2004 adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa. Basil perhitungan tersebut kemudian dianalisis secara statistik dan basil yang diperoleb dari analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara ROI dengan MVA dan tidak adanya korelasi antara EVA dengan MVA.

Pemeringkatan atas kinerja perusahaan pada penelitian ini, dibarapkan dapat memberikan referensi bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham perusahaan dalam industry perdagangan ritel dan manajemen perusahaan dalam menilai baik buruknya kinerja suatu perusahaan. Namun, pemeringkatan ini bukan merupakan basil mutlak yang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang tinggi berarti barga saham perusahaan tersebut akan tinggi. Karena investor juga tetap barus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal lainnya seperti kebijakan politik, kebijakan fiskal dan pajak, regulasi pemerintah, persaingan, kondisi perekonomian dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi perusahaan, untuk mengatasi EVA yang negatif manajemen perusahaan dibarapkan dalam melakukan investasi terutama ekspansi gerai bendaknya mempertimbangkan keuntungan ekonomis yang akan didapat sehingga nantinya akan dapat memberikan penambahan kesejahteraan bagi investor.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Iryati, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam berinvestasi investor mengharapkan adanya return dari modal yang telah diinvestasikan. Ada dua sumber return dalam dunia investasi yaitu dividen dan capital gain. Dividen adalah sebagian dari keuntungan usaha pada periode tertentu yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Sedangkan capital gain adalah keuntungan yang didapatkan dari penjualan saham pada harga yang lebih tinggi dari harga pembelian sebelumnya.

Berdasarkan teori Perfect Capital Market, Miller dan Modigliani berkesimpulan bahwa pada pasar modal yang sempurna kebijakan dividen yang diambil perusahaan tidak akan mempengaruhi value dari perusahaan dan kekayaan investor. Namun dalam pasar yang tidak sempurna pemilihan kebijakan dividen mempunyai pengaruh pada kekaya:m investor. Oleh karena itu investor menentukan pilihan dalam melakukan investasi.

Dari berbagai perusahaan di berbagai industri, pengaruh pembagian dividen tunai untuk masing-masing industri akan mengakibatkan reaksi yang berbeda dari investor saham. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan karakteristik dari industri-industri tersebut, kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan di masing-masing industri dan pemilihaa tujuan investor yang melakukan investasi di perusahaan tersebut.

Dalam pasar modal Indonesia pengaruh saham-saham yang membagikan dividen tunai terhadap perilaku investor adalah suatu hal yang menarik diamati mengingat kondisi pasar modal di Indonesia yang belum efisien. Perilaku investor dalam penelitian ini dicerminkan oleh frekuensi perdagangan saham suatu perusahaan dalam pasar modal.

Metode logit sebagai salah satu metode statistik untuk melihat probabilitas terjadinya suatu event digunakan untuk menentukan apakah pembagian dividen tunai pada perusahaan dalam industri manufaktur memberikan pengaruh terhadap perilaku investor. Dari data yang diperoleh selama tahun 2000-2004, dilakukan regresi binomial logistic menggunakan program SPSS antara perusahaan dalam industri manufaktur yang membagikan dividen dengan frekuensi transaksi saham perusahaan tersebut di Bursa Efek Jakarta.

Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa dari industri manufaktur yang diteliti memberikan hasil industri manufaktur tembakau dan farmasi memiliki peluang yang lebih kecil dibanding industri manufaktur lainnya dimana pembagian dividen tunai memiliki pengaruh terhadap perilaku investor. Sedangkan kelompok industri manufaktur makanan dan minuman, consumer goods, produk plastik dan kaca, otomotif dan produk terkait dan lainnya memiliki peluang yang lebih besar dibanding industri manufaktur lainnya bahwa pembagian diviclen tunai memiliki pengaruh terhadap perilaku investor.

Secara keseluruhan industri manufaktur dapat disimpulkan bahwa pembagian dividen tunai memberikan pengaruh negatif terhadap perilaku investor dibandingkan industri lainnya pada tahun 2000, dan 2002-2004. Sedangkan di tahun 2001 pembagian dividen tunai memberikan pengaruh positif terhadap perilaku investor dibandingkan industri lainnya. Secara periode dapat disimpulkan bahwa trend probabilitas berpengaruh atau tidaknya pembagian dividen tunai dibandingkan dengan industri lainnya konsisten selama periode 2000-2004.

Penelitian ini menunjukkan pengaruh positif dan negatif pembagian dividen tunai pada industri manufaktur, untuk itu bagi para investor yang akan melakukan investasi di Bursa Efek Jakarta hendaknya mempertimbangkan aspek-aspek lainnya dalam keputusan berinvestasi misalnya dengan analisis fundamental dari masing-masing perusahaan.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Widjianto, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis moneter yang melanda Indonesia dan negara-negara di Asia mulai pertengahan 1997 menyebabkan turunnya nilai tukar (depresiasi) Rupiah terhadap Dollar A.S. (USD). Krisis moneter ini sangat dasyat dampaknya kepada Indonesia dimana Rupiah mengalami depresiasi sampai 4 kali lipat, dari Rp. 2.500 per-USD menjadi sekitar Rp. 10.000 per USD. (Maret 2001).

Turunnya nilai tukar Rupiah menyebabkan pembayaran tagihan listrik dari PT. PLN kepada produsen listrik swasta menjadi terhambat dan berhenti, karena tagihan dalam mata uang Dollar A.S. sedangkan pemasukkan PT. PLN dalam Rupiah. Hal ini dialami PT. Energi Panas Bumi (PT. EPB) yang memproduksi uap panas bumi untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) milik PT. PLN, dan penjualan listrik dari PLTPB PT. EPB kepada PT. PLN.

Dalam membangun fasilitas sumur panas bumi dan PLTPB, PT. EPB meminjam uang kepada kreditornya sindikasi Bank sebesar USD 250,000,000 yang harus dilunasi selama 10 tahun. Dengan terhambatnya pembayaran tagihan dari PT. PLN, maka PT. EPB mengalami masalah pembayaran hutang dengan kreditornya.

Karya Akhir ini membahas alternatif restrukturisasi hutang PT. EPB kepada kreditornya. Alternatif yang direkomendasikan adalah kombinasi hair cut dan penjadwalan hutang dengan tujuan memberikan waktu kepada PT. EPB untuk melunasi hutang-hutangnya dan menjaga kepentingan kreditor agar uang yang sudah dikeluarkan bisa kembali termasuk bunganya.

Metode yang digunakan adalah pendekatan restrukturisasi hutang yang pernah dilakukan di negara-negara Amerika dan Eropa dengan penyesuaian kondisi industry energi panas bumi di Indonesia.

Hal penting yang dicatat adalah itikad baik dari pihak PT. EPB dan sindikasi perbankan dalam restrukturisasi hutang. Pihak kreditor bahkan berusaha untuk meneruskan proyek panas bumi ini dengan tidak mempailitkan PT. EPB, walaupun menerinia konsekuensi pembayaran hutang yang terlambat.

Area studi ini hanya mencakup restrukturisasi hutang PT. EPB dengan kreditornya dan tanpa melibatkan restrukturisasi PT. EPB dengan PT. PLN sebagai konsumennya. Studi restrukturisasi hutang lebih lanjut akan lebih lengkap dan menyeluruh, jika dilakukan secara integral antara ketiga pihak.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>