Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryaningsih
"Dalam banyak praktek di industri, masalah kebakaran umumnya ditangani dengan pendekatan reaktif yaitu penanggulangan kebakaran setelah terjadinya nyala api, misalnya penyediaan alat pemadam api ringan (Apar), pembentukan tim penanggulanagn kebakaran dll. Namun demikian, hal tersebut belum cukup memadai. Penelitian ini merupakan upaya untuk melakukan pendekatan preventif dengan cara menganalisa faktor-faktor yang menimbulkan nyala api di fasilitas pengecatan. Penelitian ini adalah suatu studi kasus untuk obyek yang diteliti yaitu fasilitas pengecatan PT. X.
Metoda analisa yang digunakan adalah analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) dan dievakuasi secara semi kuantitatif dengan penentuan probabilitas kegagalan/failure. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara, data primer dan data sekunder/referensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga elemen nyala api (sumber panas, bahan bakar dan oksigen), maka sumber panas-lah yang menjadi elemen/faktor yang signifikan untuk menimbulkan nyala api. Bahan bakar disini berasal dari pelarut/solvent yang terkandung dalam cat dan thinner, dan sudah berupa uap pelarut yang berada dalam keadaan siap terbakar seperti Xylene, Dinrethylhetizene, 2-methyl-2 propanol, dan Methanol. Sedangkan oksigen tersedia cukup untuk mendukung terjadinya kebakaran.
Sumber panas yang signifikan dalam sistem yang diteliti adalah akumulasi listrik statis yang diakibatkan oleh gerakan cairan dan partikel dalam campuran cat, baik yang terjadi dalam pengecatan manual maupun otomatis.
Dari analisa Fault Tree dihasilkan bahwa akumulasi listrik statis dapat disebabkan oleh kegagalan sistem ventilasi, dan selanjutnya kegagalan ini dapat disebabkan oleh kegagalan pemeliharaan. Rangkaian kejadian ini menjadi rangkaian kegagalan yang penting untuk diperhatikan. Sementara itu, kegagalan manusia ditemukan tidak menjadi faktor penting penyebab terjadinya nyala api, namun merupakan faktor yang secara tidak langsung/indirect dapat menyebabkan eskalasi kejadian kebakaran.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka saran yang dibuat mengarah pada perbaikan yang ditujukan kepada manajemen, yang meliputi engineering control dan administrative control. Dalam hal ini, saran yang disampaikan adalah perbaikan sistem ventilasi dan bidang manajemen pemeliharaan/maintenance. Hal ini mencakup perbaikan sistem dan prosedur, tanggung jawab, jadwal pemeliharaan rutin dan tahunan, terutama untuk peralatan penting seperti fan, filter dan bak air penyerap. Di samping itu juga perlu disediakan tempat penyimpan pelarut khusus untuk menghindari kegagalan manusia/operator yang dapat meningkatkan keberlangsungan nyala api/kebakaran.
Daftar bacaan: 22 (1973-2000)

Case Study: Analysis of Elements for the Initiation of a Fire in the Painting FacilityIn most of industrial practices, fire has been managed by reactive approach, for examples manage fire impact by using fire extinguishers, establish the Fire Fighters Team, etc. However, those efforts have not been appropriate to manage fire, as the fire ignition is happened. This research uses a preventive approach to manage fire by analyzing elements for the initiation of a fire in the painting facility. This is a study case in the specific issue of paint spray facility of PT. X.
This research uses the method of Fault Tree Analysis, and semi quantitative evaluation by determining the probability of failures. Data are collected by observation, interviews, primary and secondary sources.
Result of the research shows that the heat source is an essential element to initiate a fire. In this case, fuel is produced from the solvent/flammable liquid contained in the mixed of paint and thinner, In painting booth, the flammable vapor is on the flammability area/limits. The following solvents are vaporized under the operation temperature: Xylene, Dimethylbenzene, 2-methyl-2 propanol, and Methanol. While, Oxygen is supplied by the air sufficiently.
In this system, a significant heat source is accumulation of static electricity which produced by a stream of mixed of particle-liquid/vapor caused by the manual and automatic paint spraying.
The Fault Tree Analysis results that static electricity can be accumulated by the failure of ventilation system. Furthermore, this can be resulted by the failure of maintenance program. A set of events from static electricity accumulation, ventilation failure and maintenance failure, is an essential event that should be considered. Meanwhile, the human failure is not an essential/significant factor to ignite a fire. This failure is considered as an indirect event which could escalate a fire.
Based on those above results, the following recommendations are created for management improvement, which include engineering control and administrative control. The recommendations are focused on the improvement of ventilation system and maintenance management. This includes improvement on system and procedures, roles and responsibilities, preventive maintenance schedule (both of routine and yearly programs). Particular attention should be given to the essential equipment such as fan, filter and water curtain/recirculation tanks. It is also urging to provide temporary solvent storage area beside the painting booth, in order to prevent the human failure which could improve sustainability of fire.
References: 22 (1973-2000)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T8927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rulyenzi Rasyid
"Perkembangan penyelenggaraan dan pembangunan gedung bertingkat dewasa ini semakin komplek baik dari segi intensitas, teknologi maupun kebutuhan saran dan prasarananya. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah segala upaya yang menyangkut tumpuan dan persyaratan teknis yang diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan pembangunan gedung. Penelitian dilakukan di lantai basemen 1 gedung D, perkantoran Bank Indonesia, Jakarta. Tempat tersebut dipilih karena memiliki tingkat risiko penyalaan api yang paling tinggi dibandingkan dengan lantai lainnya. Pada lantai basemen 1 terletak generator berkapasitas sangat besar (7500 kilovolt) untuk mensuplai listerik keseluruh gedung dan terdapat pula pusat pengendalian dan monitoring sistem listrik, detektor kebakaran, air dan instalasi lainnya, sehingga perlu dianalisis berapa tingkat risiko terhadap bahaya kebakaran sebenamya di lantai ini.
Penelitian ini termasuk penelitian risk assessment ( analisis dan evaiuasi risiko) yaitu dengan menganalisis risiko-risiko dan mengevaluasi serta membuat rangking untuk menentukan tingkat risiko. Variabel-variabel penelitian yang diobservasi meliputi faktorfaktor penyalaan api (bahan bakar, oksigen dan sumber panas) dan manajemen sistem proteksi dan evakuasinya (deteksi dini, pemadaman kebakaran dan evakuasi).
Ketiga elemen penyalaan api dievaluasi secara semikuantitatif dengan menghitung nilai risiko penyalaan apinya (X) sesuai dengan derajat risiko yang telah ditetapkan dalam klasifikasi risiko penyalaan api. Klasifikasi risiko yang ditetapkan adalah berdasarkan kemampuan penanggulangan oleh "fire management system" yang tersedia. Tahap berikutnya adalah menganalisis dan menghitung nilai sistem proteksinya (Y) yang terdapat di basemen 1 yang meliputi sistem deteksi dini, sistem pemadaman api dan sistem evakuasinya. Dan kedua nilai tersebut akan didapatkan nilai risiko faktual yang ada (existing risk) dengan menjumlahkan nilai risiko penyalaan api (X) dan nilai sistem proteksinya (Y). Hasil penjumlahan nilai tersebut dibandingkan dengan justifikasi nilai risiko faktual untuk menyimpulkan risiko keseluruhan.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai risiko penyalaan api keseluruhan sebesar 155. Tingginya nilai risiko penyalaan api di lantai basemen 1 diakibatkan oleh jumlah dan sifat sumber bahan bakar yang setiap saat dapat terbakar karena berada diatas titik flash pointnya. Sedangkan untuk nilai sitem proteksi keseluruhan didapatkan nilai sebesar 192. Berdasarkan nilai tersebut diatas maka didapatkan nilai risiko faktual sebesar 155 + 192 = 347. Nilai risiko faktual ini terdapat pada selang risiko sebagai substansial risk yang berarti aktifitas dapat diteruskan namun memerlukan perbaikan sistem (correction required) sampai risiko dapat diterima (nilai existing risk value > 480).
Berdasarkan hasil-hasil yang didapat maka saran perbaikan yang diberikan meliputi kontrol secara enjiniring dan kontrol secara administratif. Secara enjiniring, manajemen Bank Indonesia harus melengkapi sarana proteksi yang belurn terpasang seperti fire extinguiser, sistem deteksi terutama di ruang generator dan sistem pemadaman kebakarannya. Demikian juga dengan memperbaiki layout ruang generator dan ruang parkir kendaraan sehingga bahan bakar berupa solar dan premium dapat diawasi dengan lebih baik. Secara administratif disarankan untuk membuat jadwal pemeliharaan sarana proteksi kebakaran dan standar operas; prosedur di ruang generator. Sistem yang terpasang harus terus menerus dipantau kemampuannya demikian juga operator yang bertanggung jawab harus dilatih dan ditingkatkan kemampuannya dalam menghadapi keadaan bahaya kebakaran.

Analysis of Fire Risk at First Basement Floor in D Building of Indonesian Bank Offices in JakartaThe development of multistoried building implementation and establishment at the present time become more complex from each aspect of intensity, technology and need of medium and infrastructure. Fire security of buildings and environment are entirely effort things related on technical pillar and conditions, which is needed to organize buildings establishment and to control them. The research was held on first basement floor in D building of Indonesian Bank offices in Jakarta. The place was chosen considering it had the highest risk of fire compared with the other floor in this building. There was a very high capacity of generator (7500 Kilovolt) at the first basement to supply electricity to whole building and there were also central controlling electric system and monitoring fire detector, water supply and more installation. These need an analysis of actual intensity level of fire risk at this building.
Including this research is risk assessment research (analysis and evaluation of risk), which are analyzing and evaluating perils and setting the determination for their level. The observed research variables included fire causal factors (fuel, oxygen and source of heating), management protection system and avoidance (early detection, fire extinguishments and evacuation).
Those of three fire elements will be evaluated in semi quantitative manner calculating the value of fire risk (X), compatible with risk level, which is carried out by fire risk classification. The determination of peril classification bases on the capability of prevention from fire management system that is available_ The next step is analyzing and summarizing values of their available protection system (Y) include early detection, fire extinguishments and evaluation system at first basement. Both of values will gain factual risk values from existing risk by summarizing values of fire risk (X) and values of protection system (Y). The result will be adjusted with factual risk values justification to gain a whole conclusion of risk.
From the research outcome discovered a whole fire risk values in amount of 155. The height of fire risk values at first basement were caused by number of fuel and its characteristic, which might be burn over flash point level. Mean of while, there is amount of whole protection system values as big as 192. Based on the values above summarized that factual fire risk will be 155 + 192 = 347. This factual risk value existed in a risk range as substantial risk where the activities can go on although required correction system until the risk can be accepted (existing risk value > 480).
According to the result that is concluded, the suggestions of improvement given are about control in both engineering and administrative manner. In engineering manner the Indonesian Bank management should provide uninstalled protection medium such as fire extinguisher, early detection system primly at generator room and the system of its fire extinguishments. Beside that, they should improve generator room and parking area layout, so that the fuel can be checked well. And in administrative manner suggested of setting schedule of fire protection medium and standard operation procedure in generator room. The installed system should be checked constantly and also a good responsible operator should be trained well and his capability should be improved to face immediate danger of fire.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfikar
"Kebakaran dapat terjadi dimana saja, bahkan di gedung sekolah yang memiliki tingkat risiko bahaya kebakaran yang ringan. Oleh karenanya, perlu dilakukan suatu penelitian terhadap tingkat risiko bahaya kebakaran pada setiap ruangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi fungsi dan karakteristik ruangan, mengetahui tingkat risiko bahaya kebakaran, kebutuhan fasilitas pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta evakuasi di sekolah PRIBADI. Analisis tingkat risiko bahaya kebakaran ini ditinjau dari fungsi dan karakteristik setiap ruangannya. Fungsi dari ruangan yang terdapat di sekolah PRIBADI dapat dibedakan menjadi 4, yaitu: ruangan kelas umum dan laboratorium, ruangan bukan kelas untuk administrasi dan bukan. Adapun, karakteristik ruangannya ditinjau dari aktivitas ruangan, fasilitas pendukung dan bahan dasarnya, pembatas ruangan dan bahan dasarnya, kapasitas ruangan, prakiraan kerugian material, dan jenis dokumen yang disimpan. Penelitian ini bersifat kualitatif yang membandingkan kondisi di lapangan berdasarkan abservasi dengan peraturan, standar yang berlaku, seperti lampiran no. 31 dan 32 dari keputusan menteri pekerjaan umum no.378/KPTS/1987. Analisis terhadap tingkat risiko bahaya kebakaran dari setiap ruangan di sekolah PRIBADI adalah 33 ruangan kategori ringan, 13 ruangan kategori sedang dan 9 ruangan kategori berat. Berdasarkan tingkat risiko bahaya kebakaran tersebut, maka fasilitas pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang dibutuhkan adalah detektor kebakaran dan alat pemadam api ringan. Detektor rate of rise temperature dengan jenis pneumatic dapat dipasang pada lantai 1, 2, 3, 4 gedung A, dan lantai 3 gedung B yang befungsi mendeteksi kenaikkan temperature. Sedangkan, detektor nyala api jenis ultraungu dapat dipasang pada lantai 1, 2 gedung A dan lantai 1, 3 gedung B yang berfungsi mendeteksi nyala api. Alat pemadam api ringan yang dibutuhkan adalah jenis CO2 dengan volume maksimal 5 kg yang terdapat pada setiap lantai gedung A dan B. Gedung sekolah PRIBADI membutuhkan prosedur dan fasilitas evakuasi untuk dapat menyelamatkan penghuni gedung. Prosedur evakuasi yang dibutuhkan adalah prosedur umum dan jalur evakuasi. Sedangkan, fasilitas minimum evakuasi yang dibutuhkan adalah sumber daya listrik darurat, lampu darurat, bukaan penyelamatan dan penunjuk jalan keluar.

Fire can be happen anywhere, even at school which have a low risk } of fire risk rating. Therefore, a fire risk analysis is important to determine fire risk rate at school. Analysis about fire risk rating will be observed based on room characteristic and utilities. The objective of this research are to identify room characteristic and utilities, to determine based on room utility, risk fire rank every rooms, need analysis requirement of fire protection and prevention facility, also evacuation procedure for PRIBADI boarding school. PRIBADI boarding school has four different type room functions, there are: general class, laboratory class, administration and addition room. The room characteristic was observed based on room activity, equipments and base material, divider and base material, room capacity, loss property calculation and type of document at room. This research is qualitative study, based on comparative analysis between the existing conditions with a current Indonesia regulation. The Indonesia regulation was based on appendices number 31St and 32nd attached to Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no.378/KPTS/1987. Results from fire risk analysis suggested that every room at PRIBADI boarding school are 33 room have high risk, 13 room medium risk and 9 room low risk_ Based on this fire risk analysis, the fire protection and prevention required in this facility are fire detector and fire extinguisher. Fire detector rate of rise temperature type with pneumatic system can be use on 1st, 2"d, 3rd, and 4th floor in building A, also on 3rd floor in building B with the function to detect rise temperature. Flame detector of ultraviolet can be use on 1St, and 2"d floor in building A, also on 15t, and 3"d in building B with the function to detect ignition. Type of fire extinguisher that PRIBADI boarding school needed is carbon dioxide with 5 kg volume in every floor. Indeed, PRIBADI boarding school needs a procedure and facility of evacuation; this would include the evacuation procedure and evacuation route. Other requirements of minimum facility are emergency power, emergency lamp, emergency exits and exits sign."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Hanyokro Kusumo Pragola Pati
"Gedung merupakan hasil cipta karya manusia yang fungsi utamanya adalah sebagai tempat manusia beraktivitas sekaligus pembatas atau pelindung dari pengaruh lingkungan luar. Perkembangan penyelenggaraan bangunan gedung dewasa ini semakin kompleks baik dari segi intensitas, teknologi, maupun kebutuhan sarana dan prasarananya. Selain untuk menciptakan kenyaman, suatu bangunan gedung juga seyogyanya memperhatikan aspek-aspek keselamatan bagi penghuni yang berada di dalam gedung, bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang diterapkan di gedung OSI (Operasi Sistem Informasi) PT. Krakatau Steel.
Disain penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan komparatif, yaitu dengan melakukan penilaian komponen kelengkapan tapak (sumber air, jalan lingkungan, jarak antar bangunan, hidran alaman), komponen sarana proteksi aktif (detektor, alarm, sprinkler, hidran gedung, APAR), komponen sarana proteksi pasif (ketahanan api struktur bangunan), komponen sarana penyelamat jiwa (sarana jalan keluar, tanda petunjuk arah, pintu darurat, penerangan darurat, tempat berhimpun) dan manajemen penanggulangan kebakaran (organisasi tanggap darurat kebakaran, prosedur tanggap darurat, latihan kebakaran) yang diterapkan di gedung OSI dibandingkan dengan standar acuan nasional Indonesia (Kepmen PU No.02/KPTS/1985 dan Kepmen PU No.10/KPTS/2000) serta standar acuan internasional (NFPA 10, 13, 14, 72, 101).
Berdasarkan hasil penelitian sumber potensi kebakaran di gedung OSI meliputi source of ignition: listrik, temperatur panas mesin serta combustible/flammable materials: kertas, plastik, kayu, sofa, cairan pembersih dan pelumas mesin. Sistem proteksi kebakaran di Gedung OSI cukup handal dan mampu untuk menanggulangi kebakaran karena perannya yang vital bagi perusahaan. Sebagian besar komponen penilaian kelengkapan tapak, sarana proteksi aktif, sarana proteksi pasif, sarana penyelamat jiwa dan manajemen penanggulangan kebakaran sudah sesuai dengan standar acuan Kepmen PU No.02/KPTS/1985, Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dan NFPA. Tetapi masih ada komponen proteksi kebakaran yang belum tersedia atau tidak sesuai dengan standar acuan seperti: pada ke 4 sudut area lapisan perkerasan tidak diberi penandaan dengan warna yang kontras, hidran halaman sulit dilihat dan dijangkau karena letaknya berada di dalam bak bawah tanah, tidak terdapat petunjuk penggunaan hidran gedung, nozzle hidran gedung tidak terpasang pada slang kebakaran, slang hidran gedung berdiameter 2½ inch, APAR di luar ruangan tidak diletakan di dalam kabinet, gedung OSI tidak memiliki petunjuk arah jalan keluar, jarak antara pintu kebakaran > 25 m dan gedung OSI juga tidak memiliki sarana penerangan darurat.
Saran yang didapatkan adalah agar area lapisan perkerasan jalan diberi penandaan pada ke 4 sudutnya dengan menggunakan warna yang kontras sehingga petugas dapat dengan jelas menemukan tempat untuk menyiagakan mobil pemadamnya, membuat sign dari plat baja yang dipancang didekat valve under ground hydrant sehingga memudahkan petugas dalam menemukan lokasinya, menempatkan petunjuk penggunaan hidran gedung di cover box sehingga penghuni gedung dapat mengerti tata cara penggunaan hidran secara benar, senantiasa memastikan nozzle telah terpasang pada slang kebakaran sehingga memudahkan penghuni gedung dalam menggunakannya apabila terjadi kejadian kebakaran, APAR yang berada di luar ruangan ditempatkan dalam kabinet yang tidak dikunci, memasang sign petunjuk arah jalan keluar disetiap bagian bangunan yang dianggap perlu, menyediakan dan menempatkan lampu penerangan darurat di dalam gedung OSI sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meningkatkan kinerja maintenance gedung (house keeping) dan mengadakan safety talk sebelum memulai pekerjaan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adis Ardiza Lanin
"Dumai tank farm memiliki risiko bahaya kebakaran dan ledakan karena merupakan tangki timbun yang berfungsi untuk menimbun Crude Oil yang merupakan flammable liquid dalam jumlah yang besar Sehingga perlu dilakukan penilaian risiko bahaya kebakaran dan ledakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan pengendalian dan pemenuhan terhadap tuntuan hukum. Penelitian yang dilakukan merupakan penilaian risiko bahaya kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil (tangki 302) di Dumai Tank Farm dengan menggunakan metode Dow?s Fire and Explosion Index. Objek penelitian merupakan tangki timbun yang menyimpan Crude Oil jenis Sumatra Light Crude Oil dalam jumlah besar dan karena nilai flammabilitynya lebih tinggi dibandingkan dengan Duri Crude Oil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F&EI pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar 61,92 sehingga masuk dalam klasifikasi tingkat bahaya moderat. Radius pajanan jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sejauh 200,72 ft (61,18 m). Luas daerah pajanan jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah seluas 126.499,72 ft2 (38.557,11 m2). Nilai daerah yang terpajan jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar US$ 2.740.112,39 (Rp. 31.237.281.261,90). Namun dikarenakan faktor kerusakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar 45 %, maka jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil akan menimbulkan kerusakan dasar sebesar US$ 1.233.050,58 (Rp.14.056.776.567,86).
Faktor pengendalian kerugian (loss control) pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar 0,60. Dengan adanya faktor pengendalian tersebut maka besarnya nilai kerugian sebenarnya jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar US$ 745.163,68 (Rp. 8.494.865.919,27). Lamanya hari kerja yang hilang jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil selama 21 hari, namun perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin agar tidak ada hari kerja yang hilang jika terjadi kebakaran dan ledakan. Nilai kerugian akibat terhentinya bisnis jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar US$ 23.106.359,47 (Rp. 263.412.497.926,91)."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Fatmawati
"Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan karena dapat menimbulkan kerugian materi maupun jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengaudit sistem keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta. Hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan Perda DKI No. 3/1992, Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 dan NFPA 10, 13, 72, 101. Klasifikasi gedung merupakan bangunan kelas 8 dan risiko kebakaran kelas A, B, C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gedung telah dilengkapi detektor; alarm; APAR; sprinkler; jalan dan tanda keluar; tangga, pintu dan penerangan darurat; tempat berhimpun. Telah memiliki organisasi, prosedur, dan latihan kebakaran. Pemeriksaan sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran telah dilakukan namun belum ada prosedur tertulisnya.

Fire is an incident that may cause loss of material and life. The objective of this study is conduct audit for fire safety in the building at PT. X Jakarta. The audit results are then compared to the Perda DKI No. 3/1992, Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 and NFPA 10, 13, 72, 101. Building classification is classified as Class 8 and fire risk as Class A, B, C. Results of audit show that the building equipped with detector; alarm; fire extinguisher; sprinkler; exit way and sign; emergency stair, door and lighting; muster point. PT. X has emergency response organization, procedure, and training. PT. X conduct fire safety facilities inspection but there is no written procedure."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-5708
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Wahyudi
"ABSTRAK
Kondisi-kondisi operasional alat ? alat berat yang beroperasi di daerah
pertambangan PT. Kaltim Prima Coal (KPC) secara konstan terpapar bahaya ke akaran
yang disebabkan oleh situasi operasionalnya. Dimana ke akaran peralatan tambang tidak
hanya berakibat pada keselamatan manusia, tetapi juga nyebabkan kerusakan pada aset
peralatan dan kerugian produksi. Untuk mengatasi risiko-risiko kritis pada pengelolaan
alat berat yang beroperasi tersebut, pengkajian risiko kebakaran perlu dilakukan dengan
sasaran dapat memastikan adanya kontrol yang diperlukan (sistem proteksi) dan juga
mencakup ruang lingkup pemastian tidak adanya kebocoran bahan yang mudah terbakar
dan tersekatnya pemantik api yang umumnya berasal dari sumber panas dan listrik,
Sehingga perlu dianalisis seberapa besar tingkatan ris ko terhadap bahaya kebakaran yang
dapat timbul pada alat berat yang beroperasi.
Tahapan penelitian ini dilakukan yaitu dengan menganal is risiko-risiko kemudian
mengevaluasi serta membuat rangking untuk kemudian menentukan tingkat risiko.
Variabel-variabel yang diobservasi meliputi faktor penyalaan api yaitu sumber bahan
bakar, sumber panas dan oksigen serta manajemen sistem kebakaran terdiri dari sistem
deteksi dini dan sitem proteksi kebakaran dan sistem evakuasinya.
Elemen faktor penyalaan api dievaluasi secara semikuantitatif, dihitung nilai risiko
penyalaan apinya (X) sesuai dengan derajat risiko yang telah ditetapkan dalam klasifikasi
risiko penyalaan api berdasarkan kemampuan penanggulangan oleh sistem manajemen
kebakaran yang tersedia. Tahap selanjutnya menganalisi dan menghitung nilai
proteksinya (Y) meliputi sistem pendeteksi dini, sistem pemadaman api sistem
evakuasinya. Dari kedua nilai tersebut akan didapatkan nilai risiko faktual yang ada
( ) dari penjumlahan nilai risiko penyalan api (X) dan nilai sistem
proteksinya (Y). Hasil penjumlahan dibandingkan dengan justifikasi nilai risiko faktual
untuk menyimpulkan risiko secara keseluruhan.
Hasil penelitian didapatkan nilai risiko penyalaan api keseluruhan sebesar .
Tingginya nilai risiko penyalaan api pada alat berat disebabkan oleh jumlah dan sifat
sumber bahan bakar yang setiap saat dapat terbakar kar berada diatas titik nyala
apinya. Untuk nilai sistem proteksi secara keseluruhan didapatkan nilai sebesar .
Tingginya kemampuan sistem proteksi yang dimiliki perusahaan dapat menggambarkan
proses meminimalkan risiko kebakaran telah diterapkan ada pengelolaan alat berat yang
beroperasi. Berdasarkan penjumlahan nilai diatas didapatkan nilai risiko faktual sebesar
. Nilai ini jika dibandingkan dengan justifikasi nilai risiko faktual
( ), didapatkan interpretasi risiko sebagai yaitu
diterjemahkan sebagai aktifitas kegiatan alat berat dapat diteruskan dengan memperbaiki
sistem yang ada.

Abstract
Equipment operating conditions - heavy equipment operating in the mining area
of PT. Kaltim Prima Coal (KPC) is constantly exposed to fire azards caused by
the operational situation. Where mining equipment fires not only result in human
safety, but also cause damage to property and loss of production equipment. To
overcome the critical risks in the management of operating heavy equipment, the
fire risk assessment needs to be done with the target an ensure the necessary
controls (protection system) and also covers the scope of assurance of the absence
of leakage of flammable materials and are generally lighter tersekatnya derived
from sources of heat and electricity, so we need to an e how much the level of
risk of fire hazard that can arise in operating heavy equipment.
Stages of this research is to analyze the risks and th evaluate and rank to make
and then determine the level of risk. Observable variables include factors that
burning fuel source, heat source and oxygen as well as the management system
consists of fire detection systems, fire protection system and the system
evacuation
Elements of fire ignition factors evaluated by semikuantitatif, the fire ignition risk
scores calculated (X) in accordance with a predetermined degree of risk in the fire
ignition risk classification based on the ability of f re prevention management
system available. The next stage of analyzing and calculating the value f
protection (Y) includes an early-detection systems, fire suppression systems and
evakuasinya system. From these two values will be found that there are factual
risk values (existing risk score) of the sum value penyalan risk of fire (X) and the
value system of protection (Y). The sum compared with risk of factual
justification to conclude that the overall risk.
The results found that the overall risk of fire ignition for 130. The high
value of the risk of fire ignition in the heavy equipment due to the amount and
nature of the source of fuel that can burn at any time because it is located above
the flame point. For the value of the protection system as a whole showed a value
of 292. The high ability of the company's protection system ca describe the
process of minimizing the risk of fire has been applie to the management of heavy equipment operating. Based on the sum of the values obtained above
factual risk scores for 130 + 292 = 422. This value is compared with the factual
justification for the amount of risk (existing risk va ue), obtained as a Substantial
Risk of interpretation of risk that is translated as the activity of heavy equipment
can be forwarded by improving the existing system."
2010
T31675
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Inayah
"Tangki timbun WT16 pada PT. Bridgestone Tire Indonesia memiliki risiko kebakaran yang tinggi dikarenakan merupakan cairan mudah terbakar. Walaupun jumlah kejadian mengenai kebakaran pada tangki timbun WT16 ini tidak ditemukan di Indonesia,namun penilaian risiko kebakaran merupakan aktifitas mendasar yang harus dilakukan oleh industri kimia, petrokimia dan industri yang menggunakan hidrokarbon dalam proses produksinya. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder berupa keadaan tangki timbun WT16. Penelitian ini menggunakan penilaian risiko secara kualitatif yang menghasilkan bahwa kebakaran pada tangki timbun WT16 ini termasuk kedalam high risk. Kemudian berdasarkan perhitungan dengan ALOHA software di dapatkan hasil radiasi panas pada jarak 71 meter dari tangki dengan intensitas radiasi 10 Kw/ m2, 97 meter dari tangki dengan intensitas radiasi panas 5 Kw/m2 dan 147 meter dari tangki dengan intensitas 2 Kw/m2 pada tangki nomor 3 dan 10 Kw/m2 pada jarak 68 meter, intensitas panas 5 Kw/m2 pada jarak 94 meter dan dengan intensitas panas 2 Kw/m2 pada jarak 142 meter pada tangki nomor 2. Serta jarak aman berdasarkan perhitungan menggunakan acceptable separation distance calculator didapatkan hasil jarak aman bagi manusia dari tangki nomor 3 dan bangunan masing masing 179, 16 meter dan 35,38 meter untuk dan untuk tangki nomor 2 jarak aman berada pada jarak 128, 60 meter dan 24,48 meter untuk manusia dan bangunan masing masing.

WT16 Solvent storage tank has a potential fire risk because this tank contain flammable liquid solvent. Even though, there is no record that this case ever happens in Indonesia. But, fire risk assessment is the essential activities that need to do for chemical industry, petrochemical industry or any other industry that use hydrocarbon in their industrial activity. The method used for this paper is descriptive method with secondary data about the storage tank. This paper use qualitative risk assessment result that fire risks for WT16 the storage tank is high. Then based on the calculation of the ALOHA software in getting the results of the thermal radiation in tank number 3 have 71 meters with 10 Kw/m2 intensity of radiation, 97 meters with 5 Kw/m2 intensity of radiation, 147 meter with Kw/m2 intensity of radiation and for tank number 2 have 68 meters with 10 Kw/m2 intensity of radiation, 94 meters with 5 Kw/m2 intensity of radiation, 142 meters with 2 Kw/m2 intensity of radiation. Then, a safe distance by calculating using the acceptable separation distance calculator results obtained within safe for humans 179, 16 meters and 35.38 meters for buildings for tank number 3 and for the tank number 2 the safe distance is at 128, 60 meters for humans and 24, 48 feet for the building. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ramadhani
"Tangki timbun yang menyimpan premium memiliki risiko kebakaran dan ledakan karena premium bersifat flammable, reactive, dan mudah menguap. Oleh karena itu, diperlukan penilaian risiko kebakaran dan ledakan pada tangki agar dapat dilakukan tindakan pencegahan dan meminimalisasi dampak yang mungkin terjadi. Penilaian risiko kebakaran pada tangki timbun dilakukan dengan menggunakan metode Dow;s Fire and Explosion Index. Objek penelitian adalah tangki timbun nomor 12 yang menyimpan premium dengan kapasitas 5.020 kL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F&EI pada tangki timbun nomor 12 sebesar 122,24. Hal ini berarti tangki timbun memiliki risiko kebakaran dan ledakan dengan kategori intermediate. Radius pajanan jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah 43,747 meter. Luas area terpajan jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah 3.074,25 m2. Nilai pergantian properti dan seluruh peralatan yang rusak jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah Rp 8.357.392.777,-. Dengan faktor kerusakan sebesar 0,50, maka jika terjadi kebakaran dan ledakan nilai kerugian dasar yang diderita adalah Rp 4.178.696.388,-. Faktor pengendali kerugian adalah 0,56, sehingga kerugian sebenarnya jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah Rp 2.340.069.958,-. Lama hari kerja yang hilang jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah 23 hari dan besarnya kerugian yang diderita apabila bisnis terhenti sementara adalah Rp 2.597.849.793,-.

Storage tank which contains gasoline has fire and explosion risk because gasoline is a flammable, reactive, and volatile liquid. Fire risk assessment for storage tank is needed to reduce the consequences and to make prevention program. This assessment used Dow’s Fire and Explosion Index to analyze probability and consequences of fire and explosion. The object of the assessment was number 12 storage tank which contains 5.020 kL gasoline. The result of the assessment showed that the Fire and Explosion Index of number 12 gasoline storage tank was 122,24, categorised as intermediate risk level. Radius of exposure is 43,474 m. Area of exposure is 3.074,25 m2 and the value of area exposure is Rp 8.357.392.777,-. With 0,50 as the damage factor , base maximum probable property damage is Rp 4.178.696.388,-. Loss control credit factor is 0,56. It means actual maximum probable property damage is Rp 2.340.069.958,-. Maximum probable days outage if fire and explosion happens is 23 days with business interruption Rp 2.597.849.793,-."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahuruk, Douglas Gregor
"Penelitian ini membahas tentang analisis dan evaluasi risiko kebakaran yang ada pada area proses produksi prepolymer PT. Huntsman Indonesia. Analisis dan evaluasi dilakukan dengan menganalisis persentase keberhasilan dan kegagalan dari setiap pengendalian (barriers) yang telah ada menggunakan metode Event Tree Analysis Clifton A. Ericson. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah skenario dan persentase risiko terjadinya kebakaran di area produksi prepolymer PT. Huntsman Indonesia.

This study discusses about the analysis and evaluation of fire risks that exist in the prepolymer production area PT. Huntsman Indonesia. Analysis and evaluation carried out by analyzing the percentage of success and failure of any control that exist in poduction area with Event Tree Analysis method by Clifton A. Ericson. This research is a descriptive study using quantitative methods. The results of this study are the scenario and the percentage of fire risk in the prepolymer production area of PT. Huntsman Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>