Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Gaizka Ghifari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses pengeringan biji kopi melalui simulasi numerik dengan cara mendapatkan Specific Energy Consumption (SEC) terendah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi, dan menentukan nilai Ratio of Specific Energy Consumption (RSEC) dengan membandingkan pengeringan dengan dan tanpa sistem refrigerasi. Penelitian ini mempertimbangkan batasan pada temperatur dan kelembaban udara pengering yang digunakan. Pengeringan biji kopi memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kualitas dan daya simpan biji kopi, serta berkontribusi pada ketahanan pangan. Penelitian ini bertujuan membangun model simulasi yang akurat dan efisien untuk menganalisis proses pengeringan biji kopi dengan menggunakan metode packed bed drying dan variasi ketinggian tumpukan biji kopi. Dalam konteks pasca pandemi COVID-19, ketahanan pangan menjadi isu yang semakin penting. Penurunan produksi dan kelangkaan benih serta pupuk telah mempengaruhi sektor pertanian dan pasokan makanan di Indonesia. Sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia, biji kopi berkualitas menjadi faktor penting dalam subsektor perkebunan. Namun, masih terdapat biji kopi yang tidak berkualitas atau tidak awet akibat kelembaban tinggi yang menyebabkan pertumbuhan jamur dan hama gudang. Melalui analisis eksperimen dan simulasi numerik, ditunjukkan tingkat kecocokan yang tinggi antara model simulasi dan data eksperimen dalam memprediksi kadar air biji kopi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara model simulasi dan data eksperimen dalam hal kadar air, serta memberikan wawasan mengenai optimisasi penggunaan energi dalam pengeringan biji kopi. Analisis SEC menunjukkan bahwa dengan meningkatnya temperatur udara dan tinggi tumpukan biji kopi, SEC yang diperlukan dalam proses pengeringan menjadi semakin rendah, sehingga efisiensi penggunaan energi dapat ditingkatkan. Selain itu, penggunaan sistem refrigerasi dalam pengeringan biji kopi menghasilkan SEC yang lebih rendah dibandingkan dengan pengeringan tanpa refrigerasi pada temperatur udara yang sama, menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi dalam penggunaan energi. Penggunaan sistem refrigerasi dalam pengeringan biji kopi menghasilkan nilai RSEC di bawah 1, yang mengindikasikan efisiensi penggunaan energi yang baik. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan efisiensi pengeringan biji kopi di Indonesia. ......The aim of this research is to optimize the coffee bean drying process through numerical simulation, specifically by obtaining the lowest Specific Energy Consumption (SEC) to improve energy efficiency and determining the Ratio of Specific Energy Consumption (RSEC) by comparing drying with and without refrigeration system. This study considers constraints on the temperature and humidity of the drying air. Coffee bean drying plays a crucial role in enhancing the quality and shelf life of coffee beans while contributing to food security. The objective is to construct an accurate and efficient simulation model for analyzing the coffee bean drying process using the packed bed drying method and variations in stack height of coffee beans. In the context of the post-COVID-19 pandemic, food security has become an increasingly important issue. Decreased production and scarcity of seeds and fertilizers have affected the agricultural sector and food supply in Indonesia. As the fourth-largest coffee producer in the world, high-quality coffee beans are a critical factor in the plantation subsector. However, there are still instances of low-quality or perishable coffee beans due to high humidity, leading to fungal growth and pest infestation. Through experimental analysis and numerical simulation, a high level of agreement between the simulation model and experimental data is demonstrated in predicting the moisture content of coffee beans. The research findings show a strong correlation between the simulation model and experimental data in terms of moisture content and provide insights into energy usage optimization in coffee bean drying. SEC analysis indicates that with increasing air temperature and coffee bean stack height, the required SEC in the drying process decreases, thereby improving energy utilization efficiency. Furthermore, the use of refrigeration systems in coffee bean drying results in lower SEC compared to drying without refrigeration at the same air temperature, indicating higher energy efficiency. The utilization of refrigeration systems in coffee bean drying yields an RSEC value below 1, indicating good energy utilization efficiency. Therefore, this research is expected to contribute to improving the efficiency of coffee bean drying in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Djunaedi
Abstrak :
Proses pengeringan merupakan salah satu hal penting dalam pengolahan makanan. Saat ini lebih dari 400 jenis pengering telah dibuat dan lebih dari 100 jenis telah dipasarkan. Fakta menunjukkan konsumsi energi nasional untuk operasi pengeringan di industri berkisar 10 ? 15 % untuk Amerika Serikat, Kanada, Perancis, dan Inggris hingga 20 -25 % untuk Denmark dan Jerman, hal ini menunjukkan pengering telah menjadi bagian penting dalam sektor industri. Agar mendapatkan hasil pengeringan yang efisien dan efektif guna memenuhi tuntutan industri makanan yang berkembang pesat maka diperlukan pengetahuan tentang sifat laju penguapan air yang terkandung di dalamnya. Penelitian tentang laju penguapan tetesan di mana sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara, konsentrasi, temperatur lingkungan dan kecepatan aliran. Digunakan alat berupa penyuntik cairan yang berisi larutan agar-agar. Suntikan ini menghasilkan tetesan, yang kemudian dialirkan udara dengan variasi kecepatan antara 33,5 Hz, 40 Hz, 45 Hz dan 50 Hz. Lalu variasi temperatur yang ada pada nilai 50 °C, 75 °C, 100 °C, 125 °C dan 150 °C. Kemudian yang terakhir adalah variasi dari nilai konsentrasi larutan yakni berkisar pada angka 0%, 1%, 2% dan 4%. Dari sini akan diperlihatkan korelasi dari bilangan Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), dan Sherwood (Sh). Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya perpindahan kalor dan massa serta korelasi antara data pengujian dengan menggunakan metode rumus model umum, metode stagnan film, dan pendekatan model baru dari metode stagnan film oleh E. A. Kosasih. ......Drying process play the important role on food and beverages preservation. Now, we can get 400 kind of drying tools and 100 kinds will be go to the market. Actually, In some country like United State, Canada, France and England, will be consumption 10 ? 15% of energy for drying process and in Denmark and Germany, will be consumption 20 ? 25% of energy for drying process. To get the best result on drying products and to fulfill the industry demand, we have to understand about the water evaporation. Research about droplet evaporation are very influenced by air humidity, concentration, ambient temperature, and velocity of flow. The instrument device uses injection contained seaweed suspension. Air flows through the droplet with the variation of velocity on 33, 5 Hz, 40 Hz, 45 Hz and 50 Hz. And then variation temperature on 50 °C, 75 °C, 100 °C, 125 °C dan 150 °C. And the last, variation of consentration on 0%, 1%, 2% dan 4%. This variation can shows the relationship of Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), and Sherwood (Sh) numbers. Heat and mass transfer occur in this process. This experiment?s intended for knowing the correlation between analyzed data with the general method, stagnant film model, and the new model analysis of film stagnant model (E. A. Kosasih, 2006)
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37327
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Burhanuddin Fauzi
Abstrak :
Karakteristik pengeringan sangat ditentukan oleh nilai konstanta laju pengeringan dan energi aktivasi bahan. Pemahaman terkait proses pada pengering pompa kalor penting diketahui untuk optimalisasi proses pengeringan kopi. Biji kopi robusta berkulit tanduk dikeringkan pada laju aliran udara, temperatur, dan kelembaban spesifik yang berbeda. Pengeringan dilakukan pada variasi temperatur heater 60, 65, 70, 75, dan 80 °C selama 5 jam, dengan laju aliran udara sebesar 400, 550, dan 700 lpm. Kelembaban spesifik divariasikan berdasarkan temperatur keluaran evaporator sebesar 10, 15, dan 20 °C. Pengeringan juga dilakukan tanpa sistem refrigerasi. Sehingga terdapat 4 variasi kelembaban spesifik. Variasi nilai kelembaban spesifik diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata temperatur keluaran evaporator dan kelembaban relatif selama periode pengeringan. Nilai  paling besar diperoleh pada variasi temperatur 80 °C dengan kelembaban spesifik 6,16 g H2O/kg dry air pada laju aliran udara 700 lpm dengan nilai 10,69x10-3 s-1. Nilai energi aktivasi paling besar adalah 45,93 kJ/mol yang diperoleh pada variasi kelembaban spesifik 17,24 g H2O/kg dry air dan laju aliran udara 400 lpm. Penurunan kadar air akan semakin cepat dengan meningkatnya laju aliran udara, meningkatnya temperatur pengeringan, dan kelembaban spesifik yang semakin kecil. ......The drying characteristics are largely determined by the value of the drying rate constant and the activation energy of the material. It is important to understand the process related to heat pump dryers to optimize the coffee drying process. The wet parchment robusta coffee beans are dried at different air flow rates, temperatures, and specific humidity. Drying was carried out at heater temperature variations of 60, 65, 70, 75 and 80 °C for 5 hours, with air flow rates of 400, 550 and 700 lpm. Specific humidity is varied based on the evaporator output temperature of 10, 15, and 20 °C. Drying is also carried out without a refrigeration system. So, there are 4 variations of specific humidity. Variations in specific humidity values are obtained from the results of calculating the average evaporator outlet temperature and relative humidity during the drying period. The highest  value was obtained at a temperature variation of 80 °C with a specific humidity of 6.16 g H2O/kg dry air at an air flow rate of 700 lpm with a value of 10.69x10-3 s-1. The highest activation energy value is 45.93 kJ/mol obtained at a specific humidity variation of 17.24 g H2O/kg dry air and an air flow rate of 400 lpm. The decrease in water content will be faster with increasing air flow rate, increasing drying temperature, and decreasing specific humidity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dicky Hans Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Sintesis zeolit A telah dilakukan dalam upaya untuk memanfaatkan kaolin asal Bangka Belitung menggunakan metode hidrotermal. Kaolin diaktivasi menjadi metakaolin pada variasi suhu kalsinasi 650, 700, 750, dan 800°C sebab metakaolin lebih reaktif dalam proses sintesis zeolit A. Sintesis zeolit A dapat dilakukan melalui proses hidrotermal dengan variasi konsentrasi NaOH 2.5, 2.7, 3M sebagai zat pengarah serta waktu kristalisasi 5, 6, 7 jam yang akan mempengaruhi kristalinitas zeolit A yang terbentuk. Zeolit A yang sudah disintesis diaplikasikan sebagai desiccant pada proses pengering jagung dalam bentuk pellet berdiameter 5mm. Pada tahap aplikasi ini dilakukan pada suhu awal 50°C selama 2 jam pengujian pengaruh kecepatan udara masuk pengering yaitu 0.2, 0.4, 0.6 m/s serta perbandingan antara massa jagung:zeolit A sebesar 1:1, 1:2, 1:3 terhadap kemampuannya dalam mengurangi waktu pengeringan jagung. Hasil data selanjutnya dibandingkan terhadap model matematika pengeringan yaitu Model Newton, Henderson-Pabis, dan Page agar dapat menentukan waktu pengeringan optimal seluruh variasi. Menggunakan suhu kalsinasi optimal sebesar 750°C, dihasilkan kristalinitas zeolit A terbesar yaitu 99.73 % yang didapat ketika menggunakan konsentrasi NaOH 3 M, dan dan waktu kristalisasi 7 jam. Hasil pada tahap aplikasi pengeringan jagung telah didapatkan bahwa Model matematika Henderson-Pabis adalah model terbaik untuk merepresentasikan perilaku pengeringan jagung. Waktu tercepat, yaitu sekitar 9.4 jam, untuk mendapatkan kadar air jagung 14% (w.b.) dari kadar air jagung awal 78.76% (w.b.) didapatkan ketika menggunakan perbandingan massa jagung:zeolit A 1:1, dan kecepatan udara inlet 0.4 m/s.
ABSTRACT

Synthesis of Zeolite A was carried out in an effort to utilize kaolin from Bangka Belitung using the hydrothermal method. Kaolin was activated into metakaolin at various calcination temperatures of 650, 700, 750 and 800 ° C because metakaolin is more reactive in the synthesis of zeolite A. Synthesis of zeolite A had been carried out through hydrothermal processes with variations in the concentration of NaOH 2.5, 2.7, 3M as the lead and time crystallization 5, 6, 7 hours which will affect the crystallinity of zeolite A formed. Synthesized Zeolite A is applied as desiccant in the corn drying process in the form of a 5mm diameter pellet. The application was carried out at an initial temperature of 50 ° C for 2 hours for testing the effect of the dryer air intake speed is 0.2, 0.4, 0.6 m / s and the ratio between the mass of corn: zeolite A is 1: 1, 1: 2, 1: 3 against its ability to reduce corn drying time. The results of the data were then compared to the mathematical drying models namely Newton, Henderson-Pabis Model, and Page in order to determine the optimal drying time of all variations. Using optimal calcination temperature of 750 ° C, the highest yield of zeolite A crystallinity was 99.73% obtained when using 3 M NaOH concentration, and 7 hours crystallization time. The results of the application stage of corn drying have been found that the Henderson-Pabis mathematical model is the best model to represent the drying behavior of corn. The fastest time, which is around 9.4 hours, to obtain a corn water content of 14% (w.b.) from the initial corn moisture content of 78.76% (w.b.) was obtained when using the mass ratio of corn: zeolite A 1:1, and air inlet velocity 0.4 m/s.

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aufar Advani
Abstrak :
ABSTRACT
This paper covers the design and analysis for gluten drying section of the wheat bio-refinery plant. Details include process flowsheet development, utility requirements, environmental emissions, engineering design, capital expenditure estimates and drawings. AREA200 processes 110.4 tpd of gluten extraction product and converts it to gluten powder produced at a rate of 14.8 tpd, which utilizes 964 tpd of air for drying purposes with additional utilities requirement of 45 tpd of superheated steam and 200 kW power requirement from the combined unit operations. A key consideration in gluten drying is not to devitalize gluten by minimizing exposure to high temperatures, as devitalized gluten is valued much lower in the market.
ABSTRAK
Makalah ini membahas desain dan analisis untuk bagian pengeringan gluten dari pabrik bio-refinery gandum. Rinciannya meliputi pengembangan alur proses, persyaratan utilitas, emisi lingkungan, desain teknik, perkiraan dan gambar pengeluaran modal. AREA200 memproses 110,4 tpd produk ekstraksi gluten dan mengubahnya menjadi gluten powder yang diproduksi pada kecepatan 14,8 tpd, yang memanfaatkan 964 tpd udara untuk tujuan pengeringan dengan kebutuhan utilitas tambahan 45 tpd uap panas berlebih dan kebutuhan daya 200 kW dari unit gabungan operasi. Pertimbangan utama dalam pengeringan gluten adalah tidak melemahkan gluten dengan meminimalkan paparan suhu tinggi, karena gluten yang devitalisasi memiliki nilai jauh lebih rendah di pasar.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rialfi Akbarsyah
Abstrak :
Pengeringan konvektif adalah jenis pengeringan yang paling sering digunakan di industri pengeringan makanan. Tetapi pengering konvektif umum mempunyai efisiensi rendah dan konsumsi daya yang tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah pengering makanan dengan teknologi konvektif, microwave, dan heat pump di desain. Sebuah investigasi dilakukan untuk menemukan desain yang cocok. Tinjauan literatur dilakukan terhadap komponen-kompoen yang akan dipakai. Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa microwave mampu mencapai tingkat pengeringan yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik, tetapi memakai lebih banyak daya. Heat pump mampu mencapai efisiensi tinggi karena kemampuannya untuk mendaur ulang energi panas yang digunakan untuk pengeringan dan kontrol kelembaban yang lebih baik. Beberapa jenis pengering telah diteliti, dan dua jenis pengering dianggap layak. Jenis pengeringnya adalah pengering batch tray dan pengering continuous conveyor. Sebuah diagram sederhana dibuat terlebih dahulu untuk menunjukkan proses dasarnya. Sketsa yang lebih mendalam dibuat untuk menunjukkan lokasi komponen. Berdasarkan sketsa tersebut, pengering kemudian dimodelkan dalam 3D menggunakan software CAD. ......Convective drying is the most common type of food drying used in the industry. But convective drying has low drying efficiency and high power consumption. To mitigate this problem, a food dryer with convective, microwave, and heat pump technology was designed. An investigation was done to find the suitable design. A literature review was done on the components of the dryer and the types of dryers currently available. Scientific literatures shows that microwave is able to achieve higher drying rate and better quality at the cost of power consumption. Heat pump is able to achieve high efficiency due to its ability to recycle the thermal energy used for the drying and better humidity control. Several dryer types were researched, and two types of dryers was deemed to be viable for the project. The dryer types are batch tray dryer and continuous conveyor dryer. A simple diagram was made first to show the basic process. A more in-depth sketch was created to show the locations of the components. Based of those sketches, the dryer is then modelled in 3D using a CAD software.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Indonesian Institute of Sciences Press, 2003
664.028 4 LEC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Al Fikri M.
Abstrak :
Kebutuhan energi nasional untuk operasi pengeringan berkisar dari 10-15 % untuk negara-negara maju. Bahkan di pasaran telah tersedia lebih dari 400 jenis pengering. Proses pengeringan merupakan salah satu hal penting dalam pengolahan makanan. Agar mendapatkan hasil pengeringan yang efisien dan efektif guna memenuhi tuntutan industri makanan yang berkembang pesat maka diperlukan pengetahuan tentang sifat laju penguapan air yang terkandung di dalamnya. Penelitian tentang laju penguapan tetesan di mana sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara, konsentrasi, temperatur lingkungan dan kecepatan aliran. Digunakan alat berupa penyuntik cairan yang berisi larutan agar-agar. Suntikan ini menghasilkan tetesan, yang kemudian dialirkan udara dengan variasi kecepatan dan temperatur. Di sini memperlihatkan hubungan bilangan Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), dan Sherwood (Sh). Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya perpindahan kalor dan massa serta korelasi antara data pengujian dengan menggunakan metode rumus empiris umum, metode stagnan film, dan pendekatan model baru. ......National energy needs for drying operation are 10-15% on major country. More than 400 kinds of dryer are spread out on market. Drying process play the important role on food and beverages preservation. To get the best result on drying products and to fulfil the industry demand, we have to understand about the water evaporation. Research about droplet evaporation are very influenced by air humidity, concentration, ambient temperature, and velocity of flow. The instrument device uses injection contained seaweed suspension. Air flows through the droplet with the variation of velocity and temperature. It shows the relationship of Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), and Sherwood (Sh) numbers. Heat and mass transfer occur in this process. This experiment?s intended for knowing the correlation between analyzed data with the empirical method, film stagnant model, and the new model (E. A. Kosasih).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S36227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Tumpal Dwi Mario Ridwan
Abstrak :
Perkembangan infrastruktur, teknologi, transportasi dan sektor lain mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi global setiap tahunnya. Bioetanol adalah salah satu sumber energi terbarukan yang tidak merusak lingkungan dan kesehatan serta jumlahnya sangat banyak dan mudah didapatkan, salah satunya bahan bakunya adalah tanaman singkong gajah yang secara fisik memiliki ukuran lebih besar dari singkong lokal. Pembuatan gaplek singkong untuk pengolahan bioetanol membutuhkan waktu dan singkong harus dikeringkan terlebih dahulu untuk tujuan pengawetan dan menghindari pembusukan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan konstanta laju pengeringan k dan energi aktivasi dari singkong gajah untuk dijadikan referensi perancangan mesin pengering singkong gajah dalam skala besar yang optimal. Dengan menguji kepingan singkong gajah melalui 2 jenis pengeringan, yaitu jenis pengeringan natural convection menggunakan moisture analyzer dan jenis forced convection menggunakan sistem refrigerasi dan heater. Variasi yang dilakukan meliputi kombinasi temperatur pengeringan, aliran udara, dan segmen pemotongan. Nilai k, energi aktivasi, dan kondisi fisik spesimen setelah pengujian dari kedua jenis pengeringan dianalisis. Pengeringan jenis forced convection menghasilkan k yang lebih besar daripada pengeringan natural convection, dimana pada segmen yang sama, k bernilai 2-4 kali lebih tinggi daripada pengeringan natural convection, berbanding lurus dengan durasi pengeringan dari kedua jenis pengeringan. Nilai energi aktivasi pada pengujian forced convection lebih kecil daripada natural convection, karena nilai k yang lebih tinggi. Kondisi fisik hasil pengeringan forced convection lebih kering sempurna dibandingkan natural convection.
Development of infrastructure, technology, transportation and other sectors leads to an increase in global energy demand each year. Bioethanol is one source of renewable energy that does not damage the environment and health and the amount is very much and easily obtained, one of the raw material is elephant cassava plants that physically have a size larger than local cassava. Making dried cassava for bioethanol processing takes time and cassava must be dried first for preservation purpose and avoid decay. This research was conducted to obtain the constant rate of drying k and activation energy from elephant cassava to be used as reference for design of elephant cassava drying machine in optimal large scale. By testing the elephant cassava chip through 2 types of drying, the type of natural convection drying using moisture analyzer and forced convection type using refrigeration system and heater. Variations include the combination of drying temperature, air flow, and cutting segments. The value of k, activation energy, and physical condition of the specimen after testing of both types of drying were analyzed. The forced convection drying produces larger k than natural convection drying, where in the same segment k is 2 4 times higher than natural convection drying, proportional to the drying duration of both types of drying. The value of activation energy in forced convection is smaller than natural convection, because the value of k is higher. The physical drying result of forced convection better, and perfectly dried compared to the result of natural convection.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boca Raton: CRC Press, 2009
664.028 4 ADV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>