Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sylvia Irawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman teh hijau
setelah konsumsi makanan tinggi lemak dalam bentuk makanan cepat saji,
terhadap perubahan kadar TNFα serum sebagai penanda inflamasi postprandial
dibandingkan dengan air putih. Penelitian ini merupakan studi eksperimental
dengan desain cross over, alokasi acak, tersamar tunggal yang dilakukan pada
individu sehat berusia 18?24 tahun di FKUI Jakarta, bulan Maret hingga April
2013. Sebanyak 20 orang menjadi subyek penelitian setelah melalui proses seleksi
dan pemilihan subyek dengan simple random sampling, 1 orang subyek drop out,
sehingga 19 orang subyek mengikuti penelitian hingga selesai. Data yang
diperoleh meliputi usia, jenis kelamin, asupan energi dan lemak dengan metode
food record 3x24 jam, serta kadar TNFα serum pada keadaan baseline dan 2 jam
postprandial dengan menggunakan metode ELISA. Didapatkan sebagian besar
subyek penelitian berjenis kelamin perempuan (57,9%), dengan median usia
subyek adalah 20 tahun (19 ? 22 tahun). Persentase konsumsi lemak harian adalah
sebesar 32,46 ± 5,2 persen lemak dan rerata asupan lemak sebesar 58,59 ± 15,21
gram per hari. Pada kedua kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar TNFα
serum postprandial yang signifikan, yaitu sebesar 15,8% dengan median -0,16 (-
0,48 ? 0,38) pg/mL pada kelompok teh hijau dan sebesar 6,9% dengan median -
0,07 (-1,02 ? 0,1) pg/mL pada kelompok air putih. Tidak didapatkan perbedaan
perubahan kadar TNFα serum yang bermakna antara subyek yang diberi minuman
teh hijau dengan air putih setelah pemberian makanan tinggi lemak (p=0,533).

ABSTRACT
The objective of this study is to know the effect of green tea consumption after
high fat meal on the difference (delta) of serum TNFα as the marker of
postprandial inflammation, compared to water consumption. This is an
experimental, randomized, single blind, cross over study on healthy adult 18?24
years of age in FKUI Jakarta, March to April 2013. Twenty people become the
subjects of this study after the selection and simple random sampling process.
One subject was dropped out from the study, so 19 subjects completed the study.
Data collected in this study are age, sex, energy and fat intake using 3x 24 hours
food record, and serum TNFα baseline and 2 hours postprandial using ELISA
method. Most of the study subject are female with the percentage of 57,9%, and
the median age is 20 years old (19?20 years old). Daily fat consumption of the
study subjects is 32,46 ± 5,2 % , with the mean of 58,69 ± 15,21 grams fat per
day. In both study group, there are significant decreasing serum TNFα level, as
much as 15,8% with median -0,16 (-0,48 ? 0,38) pg/mL in green tea group and
6,9% with median -0,07 (-1,02 ? 0,1) pg/mL in water group. There is no
significant difference on serum TNFα level between two groups (p=0,53"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adillah Imansari
"ABSTRAK
Penurunan usia menarche (menstruasi pertama) pada remaja putri yang semakin
muda yang akan berdampak jangka panjang pada permasalahan kesehatan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terhadap usia
menarche dengan desain studi cross-sectional pada 100 siswi kelas 7 dan 8 SMP
Islam Panglima Besar Sudirman 2016. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 39%
siswi memiliki usia menarche dini (< 12 tahun) dan 61% lainnya usia menarche
normal dengan rata-rata usia menarche adalah 11,161 ± 0,85 tahun, dengan usia
menarche termuda 10 tahun dan tertua usia 13 tahun. Berdasarkan uji regresi
logistik ganda, asupan lemak merupakan faktor dominan terhadap usia menarche
(P=0,002; OR=6) setelah dikontrol status gizi (IMT/U), asupan energi, asupan
protein, asupan karbohidrat, persen lemak tubuh, aktivitas fisik dan usia menarche
ibu. Faktor lain yang memiliki perbedaan usia menarche bermakna secara
statistik adalah asupan energi (p=0,000; OR=1), persen lemak tubuh (p=0,012;
OR=1) dan usia menarche ibu (p=0,029; OR=5). Kounfonding usia menarche
yang tidak memberikan perbedaan bermakna secara statistik adalah status gizi
(IMT/U) (p=0,441;OR=2), asupan karbohidrat (p=0,867;OR=1), dan aktivitas
fisik (p=0,485;OR=3).

ABSTRACT
Decline in age of menarche (first menstrual period) in girl adolescent getting
younger will impact long-term to health problems. The purpose of the study is to
determine dominant age factor of menarche with cross-sectional study design with
100 girl adolescent student 7 and 8 grade of Panglima Besar Sudirman Mosloem
Junior High School East Jakarta 2016. The result of study is 39% of girl
adolescent student have early menarche age and 61% of other have normal
menarche age with an average age of menarche is 11,6 ± 0,85 years with the
youngest age of menarche 10 years old and the oldest 13 years old. Based on the
multiple logistic regression, fat intake is dominant factor of the age of menarche
(P=0,002; OR=6) after controlled of nutritonal status (BMI/Y), energy intake,
protein intake, carbohydrate intake, percentage of body fat, physical activity and
age of mother menarche. Another factor have a significant different for statiscally
in age of menarche are energy intake (p=0,000; OR=1), percentage of body fat
(p=0,012; OR=1) and age of mother menarche (p=0,029; OR=5). Counfonding
age of menarche have not significant different for statiscally in age of menarche
are status (BMI/Y) (p=0,441;OR=2), carbohydrate intake (p=0,867;OR=1), and
physical activity (p=0,485;OR=3)."
2016
S63468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Khoirunnisa Hidayat
"Pandemi Covid-19 juga memberikan banyak pengaruh terhadap adopsi perilaku Afina Khoirunnisa Hidayatg pada remaja yang melibatkan konsumsi makanan tinggi gula, garam dan lemak (GGL) meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan frekuensi tinggi GGL sebelum dan saat pandemi Covid-19 pada siswa SMA. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Variabel dependen meliputi frekuensi konsumsi tinggi gula (cake/roti/donat/kue basah, minuman kopi, soft drink dan minuman kemasan), frekuensi konsumsi tinggi garam (chiki/snack, mie instan, makanan kalengan dan frozen food) dan frekuensi konsumsi tinggi lemak (French fries, fried chicken, burger/kebab/hotdog, pasta, makanan bersantan, makanan berlemak, tahu goreng, tempe goreng, ubi/sukun/pisang/cempedak/singkong goreng, perkedel/bakwan, risoles/panada/pastel, roti goreng dan kerupuk/keripik) serta variabel pendukung yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Hasil analisis univariat menujukkan rata- rata terjadi penurunan frekuensi konsumsi pada siswa SMAN 1 Liwa dan SMAN 2 Liwa, hanya dua vaiabel yang mengalami kenaikan konsumsi yaitu minuman bersoda dan makanan kaleng. Perbedaan frekuensi konsumsi tinggi gula, garam dan lemak sebelum dan saat pandemi Covid-19 yang signifikan ditemukan pada frekuensi cake/roti/donat/kue basah (p-value=0.001) konsumsi minuman kopi (p-value=0.045), minuman kemasan (p- value=0.000), minuman bersoda (p-value=0.000), Snack/chiki (p-value=0.000), makanan kaleng (p-value=0.000), kentang goreng (p-value=0.000), fried chicken (p-value=0.004), burger/kebab/hotdog/pizza (p-value=0.000), pasta (p-value=0.000), makanan bersantan (p-value=0.005), rendang/jeroan (p-value=0.006), tahu goreng (p-value=0.000), tempe goreng (p-value=0.000), risoles/panada/pastel (p-value=0.001) dan kerupuk (p-value=0.012).
......The Covid-19 pandemic has also had a lot of influence on the adoption of comfort eating behavior in adolescents which involves increasing consumption of foods high in sugar, salt and fat (GGL). This study aims to see the difference in the high frequency of GGL before and during the Covid-19 pandemic in high school students. The research design used in this study was cross sectional. The dependent variables include the frequency of high consumption of sugar (cake/roti/donat/kue basah, minuman kopi, soft drink dan minuman kemasan), the frequency of high consumption of salt (chiki/snacks, mie instan, makanan kaleng and frozen food) and the frequency of high-fat consumption (French fries, fried chicken, burger/kebab/hotdog, pasta, makanan bersantan, makanan berlemak, tahu goreng, tempe goreng, ubi/sukun/pisang/cempedak/singkong goreng, perkedel/bakwan, risoles/panada/pastel, roti goreng dan kerupuk/keripik) as well as supporting variables, namely individual characteristics and family characteristics. The results of the univariate analysis showed that on average there was a decrease in the frequency of consumption in SMAN 1 Liwa and SMAN 2 Liwa students, only two variables experienced an increase in consumption, namely soft drinks and canned food. Significant differences in the frequency of high sugar, salt and fat consumption before and during the Covid-19 pandemic were found in the frequency of cake/roti/donat/kue basah (p-value=0.001) konsumsi minuman kopi (p-value=0.045), minuman kemasan (p-value=0.000), minuman bersoda (p- value=0.000), Snack/chiki (p-value=0.000), makanan kaleng (p-value=0.000), kentang goreng (p-value=0.000), fried chicken (p-value=0.004), burger/kebab/hotdog/pizza (p-value=0.000), pasta (p-value=0.000), makanan bersantan (p-value=0.005), rendang/jeroan (p-value=0.006), tahu goreng (p-value=0.000), tempe goreng (p-value=0.000), risoles/panada/pastel (p-value=0.001) dan kerupuk (p-value=0.012)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library