Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pardede, Bosar M.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktaatan para pelaku usaha IRTP dalam menggunakan bahan kimia berbahaya pada pangan yang diproduksinya dan mengetahui langkah-langkah kebijakan yang efektif dan tepat dalam mengendalikan ketidaktaatan pelaku usaha IRTP dalam penggunaan bahan kimia berbahaya (formalin). Metode yang digunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan tipe pertanyaan terbuka. Penentuan informan didasarkan pada teknik purposive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) formalin merupakan salah satu unsur penting dalam pembuatan tahu karena sudah sejak lama digunakan sebagai bahan untuk menjaga kualitas rasa, aroma, warna, tekstur, dan menghilangkan lendir; (2) Tidak adanya bahan pengganti formalin yang efektif, meskipun terdapat beberapa alternatif pilihan bahan pengganti formalin, membuat kualitas tahu tidak hanya menurun, justru tahu menjadi rusak; (3) Adanya penolakan dari konsumen, apabila formalin tidak ditambahkan dalam tahu, maka akan terjadi penolakan dan keluhan; (4) Keberlangsungan Usaha, akibat dampak dari penolakan konsumen terhadap tahu non formalin secara langsung dan cepat akan mengancam keberlangsungan industri tahu; (5) tidak adanya keterlibatan efektif pemerintah, bahwa pemerintah bukan hanya tidak secara maksimal turun ke lapangan, namun juga dapat dikatakan tidak berkontribusi langsung terhadap permasalahan ini; (6) tidak tegasnya pemerintah, khususnya dalam hal ini aparat penegak hukum dalam penerapan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta belum adanya pemecahan masalah sesuai dengan yang diharapkan.
Saran yang bersifat strategis bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah segera melakukan penelitian untuk menemukan zat pengganti formalin yang mampu menggantikan secara utuh sesuai permintaan produsen dan konsumen. Saran yang bersifat metodologis, khususnya bagi peneliti selanjutnya adalah dengan mencoba menerapkan pendekatan penelitian yang berbeda, yaitu pendekatan penelitian kuantitatif berupa survey, dengan fokus lebih kepada perilaku ketidaktaatan secara individual.
Penelitian yang berfokus pada sisi konsumen juga disarankan dilakukan, karena dengan mempelajari sisi konsumen diharapkan masalah dengan harapan konsumen dapat ditanggap secara baik. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti bahan kimia berbahaya lain seperti penggunaan boraks, rhodamin B, dan methanyl yellow yang digunakan pada produk makanan lain seperti bakso, mie, ikan asin, serta produk minuman.

This research was aimed to obtain factors causing disobedience among food household industries in using hazardous chemical substance and to obtain effective and fit policy in overcoming or eliminating disobedience of food household industries in using hazardous chemical substance (formaldehyde) in their product. Qualitative research method by conducting in-depth interviews using open-ended questions was used in this study. Informers were determined by purposive technique.
Results showed that: (1) formaldehyde was one of important substances in processing tahu (bean curd) to maintain qualities such as taste, aroma, texture, and eliminating mucous; (2) there were no chemical substitutions which had the same effectiveness as formaldehyde, even though there were alternatives of chemical substances, they would only degrade and damage the product; (3) there were rejections and complaints from customers if the product did not include formalin; (4) the continuity of business was at stake directly and indirectly as a result of customers? rejections; (5) there was no effective involvement from the government, not only in supervising role in the field but also did not give direct contribution to the problem; (6) the irresoluteness from government, specifically from law enforcement in implementing sanctions according to regulations, and there was no problem solving as expected.
Strategic suggestions needed for stakeholders are to conduct relevant research to discover substitute substance of formalin which can replace it perfectly in accordance with producers and consumers needs. Methodological suggestions for the next researchers are to try using different research method, such as quantitative survey approach which focuses more on individual disobedience behaviors.
Research focuses on consumer?s side also needed to investigate since by understanding consumer?s point of view the whole picture of consumer expectations can be learned. Furthermore, next researchers interested are suggested to study another hazardous chemical substances such as the using of borax, rhodamin B, and methanyl yellow in usage another food such as bakso, mie, ikan asin, and beverage."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiani Dewi Assaat
"Akrilamida merupakan senyawa kimia yang bersifat karsinogenik, terdapat dalam sejumlah makanan yang melalui proses pemanasan tinggi. Pentingnya suatu alat deteksi yang dapat mendeteksi keberadaan akrilamida pada sampel makanan menjadi suatu hal yang sangat berguna pada kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan pengembangan alat deteksi untuk deteksi keberadaan Akrilamida (AA) di dalam sampel makanan. Oleh karena itu, penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: sintesis antigen NAS-BSA, produksi, purifikasi dan karakterisasi antibodi, sintesis AuNP untuk label dalam perangkat sensor AA berbasis sandwich LFIA dan aplikasinya untuk pengujian sampel kopi. Sintesis antigen NAS-BSA yang berupa cairan tak berwarna berhasil diperoleh. Pemurnian antibodi dilakukan menggunakan ammonium sulfat dan protein A. Karakterisasi dilakukan menggunakan uji presipitasi (AGPT), elektroforesis (SDS-PAGE), tanpa elektroforesis (DBIA), dan Indirect ELISA. Konsentrasi antibodi crude (tanpa pemurnian), pemurnian ammonium sulfat dan protein A berturut turut sebesar1,812 mg/mL, 0,751 mg/mL, dan 0,932 mg/mL. Hasil SDS-PAGE antibodi menunjukkan bahwa pemurnian protein A lebih murni dibandingkan dengan ammonium sulfat dan crude antibodi, yang menunjukkan pita pada 50 kDa dan 25 kDa. Hasil karakterisasi DBIA menunjukan spesifitas yang baik terhadap akrilamida, dan Indirect ELISA menunjukkan titer antibodi yang semakin meningkat. Nanopartikel emas (AuNP) dan konjugat AuNP-anti-AA telah berhasil disintesis dan  dikarakkterisasi menggunakan spektrofotometer Visible, FTIR, dan TEM. Hasil karakterisasi menunjukkan tidak terjadi perbedaan ukuran nanopartikel yang signifikan. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa AuNP dan konjugat AuNP-anti AA telah berhasil disintesis dan dapat digunakan sebagai label. Strip test immunokromatografi untuk sensor akrilamida sudah berhasil difabrikasi dan bekerja dengan spesifik untuk mendeteksi larutan akrilamida standar. Strip test immunokromatografi berhasil mendeteksi akrilamida pada sampel kopi secara kualitatif.

Acrylamide (AA) is neurotoxin and carcinogenic which is found in food with high heating process.In this work, we developthe detection devices for presence of AA in food samples. We conducted 4 stages in this study, (i) NAS-BSA antigen synthesis, (ii) production, purification and characterization of antibodies, (iii)synthesis AuNP as labels in LFIA sandwich-based AA sensor devices and (iv) detection of AA in coffee sample. The synthesis of NAS-BSA antigen in the form of colorless liquid was successfully obtained and confirmed by Ultraviolet spectrophotometer. Antibody purification was carried out using ammonium sulfate and protein A. Characterization was carried out using precipitation tests (AGPT), electrophoresis (SDS-PAGE), without electrophoresis (DBIA), and Indirect ELISA. The crude antibody concentration (without purification), ammonium sulfate purification and protein A were 1,812 mg/mL, 0.751 mg/mL and 0.932 mg/mL, respectively. The SDS-PAGE antibody results showed that purification of protein A was purer compared to ammonium sulfate and crude antibodies, which showed bands at 50 kDa and 25 kDa. The results of DBIA characterization showed good specificity for acrylamide, and Indirect ELISA showed an increasing antibody titer. Gold nanoparticles (AuNP) and AuNP-anti-AA conjugates have been successfully synthesized and characterized using Visible, FTIR, and TEM spectrophotometers. The results show no significant difference in the size of the nanoparticles and can be used as labels. Immunochromatographic test strips for acrylamide sensors have been fabricated and detect specifically for standard acrylamide solution and coffee samples qualitatively."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2693
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Azka Alya Pavitha
"Minat masyarakat terhadap produk makanan dan minuman berbasis keju semakin meningkat. Keju mengandung berbagai bahan tambahan pangan, seperti pengawet yang jika dikonsumsi secara berlebih dapat menyebabkan penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan metode analisis nisin dan kalium sorbat secara simultan yang tervalidasi serta menetapkan kadarnya pada sampel dan batas konsumsi hariannya. Dilakukan pengembangan metode analisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor UV-Vis dan didapatkan kondisi optimum analisis menggunakan kolom Waters® Spherisorb ODS2 C18 (250 × 4,6 mm, 5 μm), fase gerak dapar amonium asetat (pH 4,2):asetonitril (40:60 v/v) dengan elusi isokratik pada panjang gelombang 233 nm, laju alir 1,0 mL/menit, dan volume injeksi 10 μL. Waktu retensi kedua senyawa berada pada rentang 2,401-3,937 menit. Metode yang dikembangkan telah tervalidasi sesuai dengan pedoman Farmakope Indonesia Edisi VI dan ICH dengan rentang nilai r, LOD, LOQ, persentase perolehan kembali, dan koefisien variasi dari uji presisi secara berturut-turut 0,9997-0,9998; 0,000284-0,0368 mg/mL; 0,000863-0,112 mg/mL; 99,73-101,85%; dan 1,021-1,215%. Didapatkan rentang kadar nisin 9,703-16,128 mg/kg produk keju dan rentang kadar kalium sorbat 807,049-1371,641 mg/kg produk keju. Kemudian didapatkan batas konsumsi harian sampel pada kelompok umur 19-29 tahun, yaitu 0,979-1,663 kg produk keju.

Public interest in cheese-based food and beverage products is increasing. Cheese contains various food additives, such as preservatives, which if consumed excessively can cause diseases. The purpose of this study was to produce a validated method for simultaneous analysis of nisin and potassium sorbate and to determine their content in samples and their daily consumption limits. The development of an analytical method using HPLC with a UV-Vis detector was carried out and the optimum analysis were obtained using a Waters® Spherisorb ODS2 C18 column (250 × 4.6 mm, 5 μm), a mobile phase of ammonium acetate buffer (pH 4.2): acetonitrile (40:60 v/v) with isocratic elution at a wavelength of 233 nm, a flow rate of 1.0 mL/min, and an injection volume of 10 μL. The retention time of both compounds was 2.401-3.937 minutes. The developed method has been validated in accordance with the guidelines of the Indonesian Pharmacopoeia Edition VI and ICH with a range of r values, LOD, LOQ, percentage recovery, and coefficient of variation from the precision test respectively 0.9997-0.9998; 0.000284-0.0368 mg/mL; 0.000863-0.112 mg/mL; 99.73-101.85%; and 1.021-1.215%. The range of nisin levels was 9.703-16.128 mg/kg of cheese products and the range of potassium sorbate levels was 807.049-1371.641 mg/kg of cheese products. Then the daily consumption limit of samples in the 19-29 year age group was 0.979-1.663 kg of cheese products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library