"
ABSTRAKPrancis berusaha untuk menyelamatkan diri dari kekalahan total pada Perang Dunia II dengan menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata dengan Jerman pada 22 Juni 1940. Menurut perjanjian itu, Prancis dibagi menjadi wilayah bebas dan wilayah pendudukan Jerman. Prancis mempertahankan eksistensinya dengan membentuk pemerintahan Vichy dan berkolaborasi dengan Jerman di bidang politik, ekonomi, dan militer. Dari ketiga macam kolaborasi itu, kolaborasi ekonomi menjadi prioritas kedua negara. Namun, kolaborasi nyatanya merugikan Prancis dan menguntungkan pihak Jerman semata. Di samping itu, Philippe P tain dan Pierre Laval, pemimpin pemerintahan Vichy, memiliki perbedaan dalam pandangan dan agenda politik yang mempengaruhi pembagian tugas antara keduanya. P tain lebih fokus pada masalah dalam negeri, sedangkan Laval lebih fokus pada urusan luar negeri. Kendati demikian, keduanya memiliki semangat yang sama untuk mempertahankan kedaulatan Prancis, mengurangi penderitaan Prancis, dan menjaga perdamaian di Prancis serta Eropa.
ABSTRACTFrance was trying to save itself from total defeat in World War II by signing the Ceasefire Agreement with Germany on June 22, 1940. In accordance with that agreement, France was divided into the free zone and the German occupied zone. France maintained its existence by establishing the Vichy government and collaborating with Germany in the political, economic, and military sector. Among these sectors, the economic collaboration was a priority for both countries. Yet, collaboration was in fact disadvantageous to France and only profitable to Germany. Besides, Philippe Petain and Pierre Laval, leaders of Vichy government, had different perspectives and political agendas which affected the task division between them. Petain was more focused on domestic problems, while Laval was more focused on foreign affairs. However, they had the same spirit to defend the sovereignty of France, alleviate the suffering of France, as well as maintain peace in France and Europe."