Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Aisha
"Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis polistirena melalui polimerisasi radikal terkontrol menggunakan metode Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) serta mempelajari pengaruh variasi waktu reaksi, variasi konsentrasi ligan, katalis, dan inisiator terhadap persen konversi, distribusi berat molekul, dan indeks polidispersitas. Variasi kondisi reaksi dilakukan untuk mendapatkan komposisi optimum sintesis polistirena dengan persen konversi tinggi, distribusi berat molekul sempit, dan indeks polidispersitas kecil (≈1). Polistirena telah berhasil disintesis dengan metode ATRP menggunakan ligan PMDETA, katalis CuBr, inisiator EBiB, dan pelarut sikloheksanon. Parameter keberhasilan dilihat dari persen konversi dan berbagai hasil karakterisasi seperti FTIR, GPC, dan DSC. Komposisi optimum sintesis polistirena yaitu pada konsentrasi ligan 4%, katalis 2%, dan inisiator 4% terhadap 100% mol stirena. Persen konversi polistirena pada komposisi optimum mencapai 91,4% dan diperoleh nilai indeks polidispersitas sebesar 1,17, rata-rata berat molekul 3.526 g/mol, dan suhu transisi gelas 72,42°C.
......
This research has been conducted synthesis of polystyrene through controlled radical polymerization by using Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) method and also studied about the influence of variation of time reactions, variation of ligand, catalyst, and initiator concentrations toward conversion percentage, molecular weight distribution, and polydispersity index. The condition of variation reactions has been done to obtain the optimum composition of reaction thus it got polystyrene with higher conversion percentage, a narrow range of molecular weight distribution, and small index of polydispersity (≈1). Polystyrene has been successfully synthesized by ATRP method using PMDETA as ligand, CuBr as catalyst, EBiB as initiator, and cyclohexanone as solvent. The parameter of successful can be seen from the percentage of conversion and various results of characterization such as FTIR, GPC, and DSC. The optimum composition to synthesis of polystyrene where the concentration of ligand is 4%, catalyst is 2%, and initiator is 4% against 100% mol of styrene. The conversion percentage of polystyrene at the optimum composition reached 91.4% and obtained the result of polydispersity index by 1.17, the average molecular weight is 3.526 g/mol, and the glass transition temperature is 72.42°C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Kevin
"Pendahuluan. Radikal bebas adalah molekul yang memiliki properti tidak stabil dan sangat reaktif. Tubuh dapat terkena radikal bebas dari sumber eksternal maupun internal. Ketika level radikal bebas di tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk
menetralisir radikal bebas, kondisi ini disebut sebagai stress oksidatif. Antioksidan adalah molekul yang bisa memberikan elektron dari atomnya dan menetralisir radikal bebas, Syzygium aromaticum merupakan salah satu sumber antioksidan. Metode. Tes fitokimia dilakukan dengan ekstrak Syzygium aromaticum fraksi ethanol, etil asetat, dan heksana untuk mengetahui senyawa apa saja yang ada dalam
ekstrak Syzygium aromaticum. Untuk mengetahui aktifitas antioksidan Syzygium aromaticum dilakukan Uji DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) yang merupakan senyawa radikal bebas, tes ini bersifat kuantitatif, hasil yang didapat berupa IC50 yang menunjukan konsentrasi antioksidan yang diperlukan untuk menginhibisi 50% dari radikal bebas yang ada. Untuk aktivitas antioksidan In Vivo, tes MDA
dilakukan. Dari 5 grup tikus SD dibandingkan antara sesudah dan sebelum diberikan ekstrak (5 mg/200 gr BB, 10 mg/200 gr BB, and 20 mg/200 gr BB), vitamin C (kontrol positif), dan air (kontrol negatif). Dengan membandingkan level sebelum dan sesudah perlakuan untuk grup yang berbeda, aktifitas antioksidan dapat diketahui. Hasil. Aktifitas antioksidan In Vitro ekstrak Syzygium aromaticum dapat digolongkan sebagain antioksidan kuat karena memiliki IC50 yang kecil yaitu, 7,04 "g/mL . sedangkan aktivitas In Vivo ekstrak Syzygium aromaticum menunjukan penurunan level MDA yang signifikan di dosis 20 mg dengan penurunan 0.361 nmol/mL.
Kesimpulan. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa Syzygium aromaticum
......Introduction. Free radicals are unstable and very reactive. The body can be exposed to free radical from exogenous or endogenous sources. If the level of free radical is higher than the body’s limit to neutralize it, the condition is called oxidative stress. Meanwhile, antioxidants are molecules that can neutralize the free radicals. Syzygium aromaticum is considered as a source of antioxidant.
Methods. Phytochemistry test is done with Syzygium aromaticum extract in ethanol, ethyl acetate, and hexane fraction. To check the radical scavenging
property, DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) test is done. The result of will be IC50 which is the concentration of substance needed to inhibit 50% of the free radical. For In Vivo test, MDA test is done. There will be 5 groups of SD rats which
will have the blood taken before and after given extract of Syzygium aromaticum at different doses (5 mg/200 gr BB, 10 mg/200 gr BB, and 20 mg/200 gr BB), vitamin C (positive control), and water (negative control). By comparing the levels of MDA present in blood in before and after extract supplementation, a conclusion can be drawn. Results. Antioxidant activity of Syzygium aromaticum extract In Vitro can be classified as a strong antioxidant since the IC50 is 7,04 "g/mL. while In Vivo test shows that supplementation of Syzygium aromaticum extract reduce the level of MDA significantly at 20mg dose which cause MDA level to fell by 0,361 nmol/mL.
Conclusion. The result shows that Syzygium aromaticum has antioxidant and radical scavenging activity proven by both In Vivo and In Vitro tests."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikrar Hermanadi
"Latar belakang: WHO memperkirakan populasi berumur tua mencapai 1.5 miliar pada tahun 2050. Seiring dengan pertambahan usia, produksi radikal bebas meningkat dan antioksidan endogen menurun. Salah satu antioksidan endogen yang mengalami penurunan adalah SOD yang berperan penting dalam mencegah pembentukan radikal bebas. Oleh karenanya, asupan antioksidan eksogen yang meningkatkan kadar SOD penting untuk mencegah kerusakan sel. Antioksidan sintesis seperti resveratrol, Tempol, dan DPI telah terbukti menyebabkan penuaan sel secara prematur. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penggunaan antioksidan alami dari tanaman lebih utama. Salah satu tanaman Indonesia yang mengandung banyak antioksidan adalah Centella asiatica (CA).
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pemberian CA terhadap kadar SOD di hepar tikus SD tua.
Metode: Tikus dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kontrol negatif (plasebo), kontrol positif (6IU vitamin E), perlakuan (ekstrak etanol CA 300 mg/kgBB), dan kontrol pembanding (tikus SD muda). Setelah perlakuan selama 28 hari, tikus diterminasi dan heparnya diesktraksi untuk pemeriksaan kadar SOD dengan metode spektrofotometri. Data kemudian dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk dan one-way ANOVA.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan peningkatan insignifikan kadar SOD hepar (9.72 ± 3.4 U/mg pada kelompok perlakuan CA vs 8.36 ± 2.59 U/mg pada kelompok kontrol negatif) pada tikus SD tua.
Simpulan: Hasil penelitian membuktikan bahwa CA tidak dapat meningkatkan SOD, sebagai mekanisme protektif terhadap stres oksidatif, pada hepar tikus SD tua.
......Introduction: WHO estimated elderly population to grow up to 1.5 billion in 2050. As people grew older, the production of free radical increases and endogenous antioxidant decreases. One of such endogenous antioxidant is superoxide dismutase (SOD) which role is to prevent free radical formation. Therefore, intake of exogenous antioxidant to increase SOD levels is important to prevent cellular damage. Synthetic antioxidant, such as resveratrol, Tempol, and DPI, has been shown to cause premature cell senescence, thus resorting to natural and traditional medicine. One of Indonesian natural medicine that contains a lot of antioxidants is Centella asiatica (CA).
Objective: The present study aimed to examine the effect of CA on SOD levels in liver of aged Sprague-Dawley (SD) rats.
Methods: Rats were divided into four groups, i.e. negative control (placebo), positive control (6IU vitamin E), treatment group (CA ethanolic extract 300 mg/kg of body weight), and comparison control (young SD rats). After treatment for 28 days, they were terminated and their liver was extracted for SOD examination using spectrophotometry. Data was then analysed using Saphiro-Wilk and one-way ANOVA.
Results: Results showed an insignificant increase in liver SOD (9.72 ± 3.4 U/mg in CA treatment group vs 8.36 ± 2.59 U/mg in negative control group) of aged SD rats.
Conclusions: These findings proved that CA is not able to increase SOD levels, as protective mechanism against oxidative stress, in liver of aged SD rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam reaksi polimerisasi radikal bebas biasanya dikenal 3 tahap, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Namun sebenarnya ada mekanisme lain yang terjadi, tetapi sering diabaikan karena kuantitas kejadiannya yang sangat rendah. Mekanisme ini yang dinamakan dengan reaksi chain transfer atau reaksi alih rantai. Walaupun demikian, untuk monomer tertentu reaksi alih rantai ini menjadi sangat dominan. Oleh para ahli sintesa polimer, mekanisme ini dimanipulasi untuk mengkontrol berat molekul, distribusi berat molekul bahkan sampai gugus fungsi dari polimer yang akan disintesa. Beberapa aspek dari mekanisme reaksi alih rantai ini akan dibahas pada tulisan ini."
MPI 2:1 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Mei Lestari
"Tindakan bedah perlu dilakukan pada semua penderita Tetralogi Fallot (TF) untuk melakukan koreksi kelainan anatomi. mengatasi simptom serta memperbaiki status hemodinamik. Keberhasilan bedah total koreksi tidak hanya terlihat pada berkurangnya tekanan pada ventrikel kanan, tidak adanya defek residual, tapi juga preservasi miokardium yang merupakan hal penting untuk morbiditas dan mortalitas. Timbulnya radikal bebas pada saat iniuri reperfusi adalah salah satu penyebab menurunnya fungsi ventrikel yang terjadi sewaktu pembedahan pada penderita TF. Pada percobaan binatang terdapat hubungan antara diet asam lemak tak jenuh dengan produksi radikal bebas. Timbul pemikiran apakah ada hubungan antara komposisi asam lemak tak jenuh atau rasio asam arakidonat (AA) dan asam ekosapentanoat(EPA) plasma dengan produksi radikal bebas dan fungsi ventrikel pascabedah jantung TF Dilakukan penelitian cross sectional terhadap 26 penderita TF yang menjalani bedah koreksi di RS Jantung Harapan Kita periode Mei s/d November 1997, dari jumlah ini 6 orang dikeluarkan dari penelitian oleh karena telah menjalani bedah pirai sebelumnya dan saturasi oksigen> 85%. Terdapat 20 penderita terdiri 10 laki-laki dan 10 wanita dengan usia 74,20±56,20 bulan. Analisa stasistik dilakukan dengan cara Wilcoxon dan Spearman rank Correlation. Hasil penelitian didapatkan kadar AA 17,34±11,15 µg. kadar EPA 1,25±0,9 pg dan rasio AA/EPA 16,62±9,42. Terdapat peningkatan yang bermakna dari lipid peroksida selama tindakan operasi ( 0,29±1,03 vs 0,61±0,28 µM, p= 0,0001) Tidak terdapat hubungan antara rasio AA/EPA dengan peningkatan radikal bebas Terdapat hubungan antara peningkatan radikal bebas darah dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (r-0,45 dan t= 2,4) Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara rasio AA/EPA plasma dengan peningkatan radikal bebas, dan terdapat hubungan antara peningkatan radikal bebas darah dengan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library