Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Febriani
Abstrak :
ABSTRACT
Skripsi ini adalah studi genre terhadap sebuah cerita science--faction yang berjudul La Journee d'Un Journaliste Americain en 2889 karya Jules Verne. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri science-fiction dalam karya, melalui analisis pengaluran, tokoh, latar ruang dan latar waktu.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dengan menggunakan teori mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik dari Roland Barthes, teori sekuen dari Schmitt dan Viala, serta teori science-fiction dari Gerard Cordesse dan Louis Vincent-Thomas.

Langkah awal penelitian ini adalah menguraikan cerita menjadi satuan-satuan isi cerita atau sekuen-sekuen, sesuai urutan penyajiannya dalam teks. Dari sekuen_-sekuen tersebut diketahui bahwa ada tiga pusat peristiwa menonjol, yang masing-_masing mempunyai alur yang kuat, yaitu: pusat peristiwa Francis Benett, pusat peristiwa Nathaniel Faithburn dan pusat peristiwa penemuan alat-alat canggih. Dari analisis terlihat bahwa ketiga alur dari pusat peristiwa tersebut berkisar pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut sesuai dengan salah satu ciri science-fiction, yaitu kehadiran ilmu pengetahuan dalam karya.

Dalam analisis tokoh terlihat bahwa ada sekelompok tokoh yang mempunyai tingkat intelejensia yang tinggi, yaitu tokoh Francis Benett, para ilmuwan dan para penemu. Selain itu terdapat pula tokoh yang mempunyai keinginan untuk hidup abadi, yaitu tokoh Nathaniel Faithburn. Francis Benett adalah gambaran manusia tahun 2889 yang hidup dalam dunia modern. Semua kegiatannya dibantu oleh mesin. Adapun tokoh Nathaniel Faithburn adalah gambaran seorang ilmuwan yang sangat mengagungkan ilmu pengetahuan. Ia melakukan percobaan hibernasi manusia yang sangat berbahaya demi mencapai ambisinya untuk hidup abadi.

Sernentara itu analisis latar ruang menggambarkan ruangan-ruangan modern yang dilengkapi peralatan berteknologi canggih. Hal ini sesuai dengan ciri Science-fiction. Begitu juga dengan analisis latar waktu. Sesuai dengan judulnya, semua peristiwa dalam La Journee d'Un Journaliste Americain en 2889 terjadi di masa depan, tepatnya tanggal 25 Juli 2889.
1999
S14375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widha Hayati
Abstrak :
Skripsi ini adalah studi genre terhadap sebuah karya science-fiction berjudul Le Secret d'Ipavar, karya Louis Thirion. Tujuannya untuk mendeskripsikan ciri-ciri science-fiction yang terdapat di dalam karya. Penelitian hanya menyangkut unsur-unsur karya, yang meliputi pengaluran dan alur, tokoh, serta ruang danwaktu. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik dari Roland Barthes. Sedangkan batasan mengenai ciri-ciri science-fiction diambil dari buku Civilisation et Divagations karya Louis-Vincent Thomas. Setelah melakukan analisis didapat kesimpulan bahwa seluruh aspek sintagmatik dan paradigmatik karya Le Secret d'Ipavar memperlihatkan semua ciri science-fiction seperti yang diungkapkan oleh Louis-Vincent Thomas. Kisah yang menggambarkan kepesimisan terlihat dari pengaluran dan alur.Tokoh-tokoh yang dihadirkan mempunyai kemampuan di atas manusia biasa (surhomme), ada yang bisa hidup lama atau ingin hidup abadi (immortel), dan ada juga tokoh yang kehilangan identitas diri (la perte d `identite) . Ruang-ruangnya berupa ruang yang mati atau ruang yang modern. Dan peristiwa dalam penuturan terjadi pada masa yang akan datang (futur).
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S14506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nurhayati
Abstrak :
ABSTRACT
Sumber data penelitian ini adalah Au Soleil karya Guy de Maupassant. Karya ini adalah sebuah cerita perjalanan.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa bab-bab yang menceritakan perjalanan tokoh Aku di Aljazair dalam Au Soleil (bab ke-3 sampai bab ke-9), baik yang menggunakan nama tempat maupun nama tokoh sebagai judul, sama-sama menampilkan warna lokal Aljazair pada akhir abad ke-19.

Pendekatan yang digunakan untuk meneliti karya ini adalah pendekatan struktural yang ditunjang oleh teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik, teori William Henry Hudson mengenai pengelompokan latar, serta teori M.F. Schmitt dan A. Viala mengenai sekuen.

Penelitian diawali dengan penyusunan sekuen. Jumlah sekuen yang ditemukan sangat banyak.. Jumlah ini bertolak belakang dengan Fungsi Utama yang singkat. Melalui Fungsi Utama beserta bagannya nampak bahwa keistimewaan Au Soleil terletak pada katalisatornya.

Sekuen-sekuen katalisator dikelompokkan dalam sekuen-sekuen yang menonjolkan warna lokal Aljazair, meliputi gambaran tempat dan masyarakat. Kedua gambaran ini, yang disusun berurutan berdasarkan bab-bab yang menceritakan Aijazair, berjumlah seimbang. Jumlah ini menunjukkan bahwa kedua gambaran ini sama-sama dominan dalam pengelompokan sekuen. Hal ini memperlihatkan bahwa bab-bab yang menceritakan Aijazair sama-sama menampilkan warna lokal Aijazair pada akhir abad ke-19.

Analisis berikutnya, latar dan tokoh, menunjukkan bahwa latar ruang, yang terbagi dalam latar fisik dan sosial, berperan penting dalam menampilkan warna local. Latar waktu dan tokoh, meski kurang menonjol, turut menunjang warna lokal yang dikemukakan dalam latar ruang.

Selain mengemukakan warna lokal, latar ruang memperlihatkan perbedaan antara bab-bab yang berjudul nama tempat dan tokoh. Berbeda dengan bab-bab lainnya, yang menonjolkan latar fisik dan sosial, bab ke-5, satu-satunya bab yang berjudul nama tokoh (Bou-Amama), merupakan bab yang sangat sedikit menggambarkan latar fisik. Bab ke-5 lebih menonjolkan Bou-Amama dan pergerakan masyarakat Arab. Bab ini terletak di tengah karena merupakan fokus cerita Au Soleil. Cerita di dalamnya mendorong tokoh Aku, yang melakukan perjalanan di Aljazair, berkunjung ke sana. Karena bab ini menonjolkan gambaran Bou-Amama dan masyarakat Arab, bab ini diberi judul nama tokoh.

Penelitian di atas membuktikan bahwa warna lokal Aijazair ditemukan di seluruh bab yang mengisahkan perjalanan tokoh Aku, meski terdapat perbedaan di antara bab-bab tersebut.
1999
S14262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Sucondro Soegio
Abstrak :

ABSTRAK
Penulisan skripsi yang mengangkat cerita detektif sebagai sumber data penelitian, telah banyak dilakukan. Sebagian besar menekankan pada masalah pelacakan (Pelacakan Maigret dalam Un Crime En Hollande oleh Anak Agung Ariyani Kartika Dewi), misteri kejahatan (Masalah Percobaan Pembunuhan dalam Therese Desqueyroux karya Francois Mauriac Ditinjau Dari Hubungan Antartokoh oleh Sri Murtinah), ataupun genre cerita detektif itu sendiri (Masalah jenis Cerita Detektif dalam Les Dames du Creusot karya Charles Exbrayat oleh Herning Wijayanti) yang beraneka ragam dan selalu berkembang hingga saat ini. Namun fokus terhadap tokoh detektif yang melakukan pelacakan, belum pernah dilakukan.

Skripsi ini mengangkat masalah kekhasan sikap dan tindakan Maigret sebagai detektif dalam roman La Tete d'un Homme karya Georges Simenon. Penelitian ini memakai pendekatan struktural dengan menggunakan teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik, serta teori Schmitt dan Viala mengenai Sekuen.

Langkah awal penelitian adalah dengan menguraikan cerita menjadi satuan-satuan isi cerita atau sekuen-sekuen sesuai urutan kemunculannya dalam teks. Sekuen-sekuen ini kemudian difokuskan pada hubungan tokoh detektif (Maigret) dengan tokoh-tokoh lainnya dalam cerita. Selanjutnya, disusun fungsi-fungsi utama yang dilengkapi dengan bagan, untuk melihat hubungan sebab akibat cerita dan menunjukkan perkembangan cerita. Dari analisis ini, tampak bahwa kemunculan Maigret mendominasi cerita dan bahwa tindakan serta inisiatifnyalah menyebabkan cerita berkembang. Tanpa hal tersebut, maka tokoh tertuduh (Heurtin) akan dihukum dan pembunuh yang sebenarnya tidak akan pernah terungkap dan cerita akan berhenti pada saat Heurtin dihukum mati.

Analisis paradigmatik dibatasi hanya pada analisis tokoh-tokoh penegak hukum, tertuduh, dan penjahat. Hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan antara Maigret dan para penegak hukum lain yang turut dalam pelacakan. Dari analisis ini tampak bahwa Maigret memiliki kualitas yang lebih, seperti kegigihannya yang luar biasa, ketajaman persepsinya yang akurat, rasa tanggung jawabnya yang tinggi, dibandingkan penegak hukum lain yang lebih banyak bersikap pasif dan menjalankan tugas, meskipun cukup disiplin.Hal itulah yang menjadikan Maigret sebagai seorang detektif yang khas dalam cerita ini.
1997
S14482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Widaningsih
Abstrak :
Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk memperlihatkan unsur moeurs dalam Une Vie. Adapun yang disebut moeurs adalah kebiasaan-kebiasaan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu yang berhubungan dengan perilaku moral dalam suatu tempat dan kurun waktu tertentu.

Pendekatan yang dipakai dalam skripsi ini adalah pendekatan struktural, yang analisisnya dipusatkan kepada karya itu sendiri. Untuk mendukung penelitian ini akan dipakai teori Roland Sarthes tentang hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik dalam karya, serta teori M.P. Schmitt dan A. Viala tentang hubungan teks dan acuan.

Analisis sintagmatik memperlihatkan pengulangan peristiwa petualangan cinta dalam satuan-satuan isi cerita. Selain itu, dari alur hubungan sebab-akibat yang dibentuk dari masing-masing pusat cerita atau tokoh (ada 8 cerita kecil yang berpusat pada 8 tokoh), terlihat bahwa unsur penyelewengan mendominasi tiap-tiap alur dan memotivasi setiap tindakan tokoh. Dengan demikian petualangan cinta tampak sebagai 'kebiasaan' atau moeurs.

Analisis paradigmatik terdiri atas analisis tokoh serta latar. Analisis tokoh memperlihatkan bahwa dari kedelapan tokoh, lima di antaranya memiliki sifat-sifat yang mengarahkan mereka pada kecenderungan untuk melakukan penyelewengan. Petualangan cinta sebagai moeurs didukung pula oleh sikap para penduduk desa umumnya yang menganggap penyelewengan cinta sebagai hal yang biasa.

Analisis latar yang meliputi analisis ruang dan waktu, memperlihatkan bahwa kebiasaan atau moeurs dalam perilaku, sehubungan dengan petualangan cinta, meliputi waktu yang luas, sejak akhir abad ke-18. Kebiasaan tersebut terjadi di daerah yang terpencil yang jarang berhu_bungan dengan dunia luar, yaitu di sekitar desa Yport di Normandia, sehingga kebiasaan itu bertahan lama di daerah tersebut.

Dengan demikian sesuai dengan tujuan penelitian, baik alur, pengaluran, tokoh, maupun latar dalam Une Vie mem-perlihatkan moeurs, yaitu moeurs petualangan cinta.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library