Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 5 Document(s) match with the query
cover
Yager, Jan
Jakarta: Trans Media, 2006
158.25 YAG w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Heppida
"Wanita adalah mahluk sosial yang senang membina hubungan dengan orang lain. Salah satu hubungan intim yang dapat dibina oleh wanita adalah persahabatan. Persahabalan merupakan hubungan yang bersifat sukarela dan tidak ada paksaan unruk berinteraksi dan partisipan berespon secara personal sama sama lain sebagai individu yang unik tanpa antrbut-atribut tertentu. Wanita menghargai persahabatan terutama dengan sesama jenis.
Dalam persahabatan antar wanita kegiatan yang paling banyak dilakukan adalah bercakap-cakap termasuk mengungkapkan diri. Pengungkapan diri merupakan tindakan individu untuk menceritakan berbagai informasi tentang dirinya, baik pikiran, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain. Dengan mengungkapkan diri, hubungan persahabatan dapat lebih intim dan wanita juga dapat lebih memahami dirinya dan sahabatnya. Masalah-masalah yang dialaminya dapat dibantu sahabat untuk diselesaikan. Namun demikian pengungkapan diri tidak mudah dilakukan karena memiliki sejumlah rlsiko. Dengan mengungkapkan diri wanita juga bisa mendapat penolakan dari sahabat, konflik, dan putusnya hubungan persahabatan.
Melihat bahwa dalam pengungkapan dirinya wanita dapat memperoleh banyak manfaat, maka penelitian ini bermaksud mengetahui pengungkapan diri wanita dalam persahabatannya dengan sesama wanita yang sampai saat ini masih baik (memberi hasil yang positif). Penelitian ingin mengetahui lebih dalam topik-topik yang diungkapkan wanita dalam persahabatannya dengan sesama wanita, bagaimana topik-topik tersebut diungkapkan; faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengungkapan diri wanita kepada sahabat wanitanya dan hasil-hasil yang diperoleh dari mengungkapkan diri kepada sahabat wanitanya.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif Dalam pendekatan ini yang ingin dicapai adalah memahami penghayatan subyektif individu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Penelitian ini melibatkan 4 subyek wanita yang berada pada usia dewasa muda.
Hasil penelitian menunjukkan seperti yang dikemukakan secara teoritis, pengungkapan diri wanita kepada sahabat wanitanya bersifat ?luas? dan ?dalam?. Jadi, wanita tidak hanya mengungkapkan topik-topik yang umum dan superfisial saja kepada sahabat wanitanya tetapi juga mengungkapkan topik-topik pribadi dan rahasia. Atribusi, efek diadik, waktu, rasa suka, definisi tentang hubungan dan kepribadian mempengaruhi pengungkapan diri wanita sehingga wanita dapat mengungkapkan suatu topik atau tidak. Hasil yang subyek peroleh dengan mengungkapkan diri kepada sahabat berguna baik untuk wanita itu sendiri atau persahabatannya. Hasil negatif juga diperoleh dan mengungkapkan diri namun subyek tetap menganggap pengungkapan diri sebagai suatu yang penting dalam persahabatannya dengan sesama wanita.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan mewawancarai sahabat subyek juga. Dapat juga dilakukan penelitian pengungkapan diri wanita dalam persahabatan dengan lawan jenis atau pada persahabatan antar pria. Selain itu perlu dilibatkan subyek dengan latar belakang yang beragam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taurine Harfiyanti
"Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu kebutuhan manusia yang penting dan berhubungan dengan orang lain adalah dalam hal berinteraksi. Hal ini sejalan dengan pendapat Adler (dalam Fehr 1996) bahwa sejak dilahirkan manusia telah memiliki minat sosial. Perwujudan minat sosial tersebut adalah melalui kerjasama, hubungan interpersonal dan sosial, identifikasi pada kelompok dan empati. Salah satu interaksi yang ada ialah melalui hubungan persahabatan. Sejalan dengan tahap-tahap perkembangan manusia, persahabatan mempunyai fungsi yang tidak jauh berbeda pada tiap-tiap tahapan perkembangan dan tahapan sebelumnya merupakan acuan keberhasilan untuk tahap perkembangan selanjutnya. Namun terdapat perbedaan antara fungsi persahabatan antara wanita dan pria. Pada wanita, fungsi persahabatan adalah untuk menjalin keintiman dengan sahabatnya (Block & Greenberg 1985 dalam Ivy & Backlund 1994) sedangkan pada pria, fungsi persahabatan lebih menekankan pada aktivitas yang dilakukan bersama-sama (Brehrn, 1985; Farr, 1988; Rawlins, 1992 dalam Ivy & Backlund, 1994).
Sehubungan dengan itu, penelitian ini ingin mengetahui gambaran fungsi persahabatan pada wanita dan pria dewasa muda yang mempunyai sahabat dengan jenis kelamin sama. Juga ingin diketahui apakah ada perbedaan antara fungsi persahabatan pada wanita yang mempunyai sahabat dengan jenis kelamin sama dengan fungsi persahabatan pada pria yang mempunyai sahabat dengan jenis kelamin sama. Subyek pada penelitian ini adalah mahasiswa dengan pendidikan D3, S1 atau S2 yang berusia 20 sampai 25 tahun. Alat yang digunakan berupa kuesioner yang dibuat berdasarkan teori-teori dari Argyle & Henderson (1985), Berndt (1988 dalam Fehr, 1996) dan Hagoel (1980 dalam Miller, 1991).
Uji coba alat dilakukan dengan mengukur validitas dan reliabilitas alat. Pada uji validitas terdapat 6 item yang harus dibuang dan beberapa item yang harus mengalami revisi. Sedangkan pada uji reliabilitas, pada alat ukur fungsi-fungsi persahabatan ini diperoleh hasil berkisar antara 0,5963 sampai dengan 0,7875 Hal ini menyatakan bahwa alat cukup reliabel untuk digunakan. Alat yang telah siap langsung disebarkan pada mahasiswa Universitas Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Setelah kuesioner terkumpul, dilakukan analisis data dan interpretasi hasil.
Dari analisa yang dilakukan didapatkan hasil bahwa fungsi persahabatan yang penting bagi wanita dan pria adalah fungsi persahabatan sebagai pemenuhan kebutuhan akan keintiman. Hasil lainnya adalah tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara wanita dan pria dalam fungsi-fungsi persahabatannya. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan gambaran secara deskriptif mengenai fungsi persahabatan pada wanita dan pria, khususnya pada masa dewasa muda, sehingga dapat dijalin hubungan persahabatan yang lebih baik. Mengingat kemungkinan adanya faktor budaya yang mempengaruhi penelitian ini, maka pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan adaptasi alat terlebih dahulu sehingga hasilnya lebih memuaskan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Johanna
"Sebagai mahluk sosial, manusia memiliki kebutuhan untuk membentuk dan mengembangkan hubungan interpersonal yang memuaskan. Kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan afiliasi (need for affiliation) [Nlaslow, 1986]. Salah satu bentuk hubungan yang dapat memenuhi kebutuhan afiliasi adalah hubungan persahabatan. Melalui persahabatan, seseorang mendapatkan perhatian, tempat untuk berbagi, keterikatan dengan orang lain, kebebasan untuk berkembang, penghargaan, kepercayan dan kesetaraan.
Hubungan persahabatan dianggap penting oleh seseorang, karena persahabatan adalah suatu hubungan psikologis yang mencakup hubungan pertemanan, saling berbagi (sharing), saling mengerti pikiran dan perasaan, dan saling menyayangi serta memberikan kenyamanan satu sama Iain serta tidak lekang oleh waktu (Berk, 1994).
Kebutuhan akan hubungan persahabatan ini telah berlangsung dari awal masa kecil dan menjadi semakin penting ketika memasuki masa remaja. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada suatu proses pembentukan identitas diri dan diharapkan dapat menentukan siapa dirinya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang Iain. Oleh sebab itu remaja membutuhkan orang Iain yang dapat memberikan pengertian dan simpati, dan orang yang paling tepat adalah remaja lain karena mereka berada dalam posisi yang sama (Conger & Peterson, 1995).
Dalam sebuah persahabatan, penting adanya faktor sukarela, unik, kedekalan dan keintiman, persahabatan harus dipelihara agar dapat bertahan (Suzanne Kurth, 1970) dan rasa saling percaya (mutual trust) (Douvan dan Adelson, 1973).
Selain meneliti kelima unsur yang ada dalam suatu persahabatan, peneliti juga ingin meneliti bentuk hubungan persahabatan antara dua orang, yaitu remaja dan sahabatnya (dyad). Hubungan 'dyad' itu sendiri adalah bentuk terkecil dan suatu kelompok yang terdiri dari dua orang. Pada bentuk hubungan ?dyad', hanya ada satu hubungan interpersonal yang terjadi, yaitu antara subyek dan sahabatnya (Farley, 1992).
Dalam suatu hubungan interpersonal yang sifatnya 'dyadic', factor kecocokan sering dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan hubungan. William C. Schutz mengemukakan teorinya mengenai faktor kecocokan ini melalui teori hubungan interpersonal. Teori ini menjelaskan hubungan interpersonal yang didasarkan pada keyakinan akan pemuasan kebutuhan interpersonal dalam kelompok. Kebutuhan interpersonal yang dimaksud meliputi kebutuhan akan inklusi, kontrol, dan afeksi.
Penelitian ini dltujukan untuk melihat dimensi-dimensi persahabatan yang dlkemukakan oleh Suzanne Kurth serta Douvan dan Adelson pada remaja ditinjau melalui analisis kecocokan psikologis yang dikemukakan oleh William C. Schutz. Subyek pada penelitian ini adalah remaja menengah (Konopka Pikunas, 1976) dengan rentang usia antara 15-18 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode incidental sampling dan berhasil didapatkan 32 pasang subyek (64 orang remaja). Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner persahabatan, hasil elisitasi terhadap sejumlah subyek remaja, dengan didasarkan pada teori dari Suzanne Kurth serta Douvan dan Adelson, dan kuesioner Fundamental Interpersonal Relations Orientation-Behavior atau FIRO-B dan William C. Schutz (1960). Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisa deskriptif dan korelasi. Keseluruhan pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS.
Hasil dan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kebutuhan interpersonal akan kontrol yang diekspresikan dan diinginkan dengan faktor kedekatan dan keintiman dalam persahabatan. Selain itu, hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara factor kebutuhan interpersonal akan afeksi yang diekspresikan dan diinginkan dengan faktor unik dalam persahabatan. Selain hubungan antara faktor-faktor persahabatan dengan faktor kebutuhan interpersonal, tergambar pula perbedaan faktor-faklor persahabatan dan kebutuhan interpersonal antara remaja laki-laki dan perempuan, dimana hasil yang didapat menunjukkan hanya dua (2) factor saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, yaltu faktor kebutuhan interpersonal akan wanted inclusion dan expressed affection.
Uniuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan untuk menggunakan cara lain, seperti metode wawancara, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam, menyeluruh, dan mungkin saja ditemukan faktor lain yang mempengaruhi persahabatan selain faktor kecocokan psikologis dan faktor-faktor persahabatan yang ada dalam penelitian ini. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumala Dewi
"Berbicara mengenai pergaulan remaja biasanya tidak lepas dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama teman sebaya, misalnya pesta-pesta, sekedar berkumpul bersama teman, bermain musik, berolahraga dan lain-lain. Pergaulan remaja juga sering dikaitkan dengan dimulainya hubungan pertemanan dengan lawan jenis dan meningkat pada hubungan pacaran atau kencan. Hampir semua remaja, dari keluarga kaya maupun miskin, mengalami hal serupa ini.
Kini muncul dan berkembang suatu istilah yang disebut dengan begaul. Istilah tersebut memberikan pengertian bahwa dalam pergaulan di lingkungan remaja terdapat remaja yang tergolong anak gaul' dan bukan anak gaul. Begaul kini menjadi sebuah fenomena khas remaja Jakarta di era tahun '90-an, yang artinya tidak hanya mempunyai banyak teman dan melakukan kegiatan bersama tetapi juga menyangkut gaya hidup yang cenderung konsumtif dan materialistis. Mereka yang tergolong sebagai anak gaul biasanya memang berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah atas dan sering menjadi sorotan negatif masyarakat.
Menurut Andersson (1969) para tokoh pendidikan sejak lama telah mengemukakan bahwa seluruh proses sosialisasi merupakan proses pendidikan: Havighurst dan Neugarten (1957) menyebut keluarga dan peer group sebagai suatu lingkungan belajar, dan Sjostrand (1967) berpendapat bahwa sekolah hanya mencakup sebagian kecil dari proses pendidikan yang terjadi dalam masyarakat.
Menurut Lewin, perilaku remaja yang begitu mementingkan peer group disebabkan oleh keadaan remaja yang berada pada periode transisi di mana mereka mengubah group membership (Lewin dalam Rice, 1990).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep begaul menurut remaja dan bagaimana gambaran budaya remaja Jakarta. Konsep adalah ciri-ciri penting dari suatu obyek atau peristiwa tertentu dan aturan-aturan yang menghubungkan ciri-ciri im (Solso, 1979). Konsep begaul mencakup pemahaman seseorang tentang apa yang menjadi ciri-ciri atau unsur begaul tersebut, termasuk definisi, tujuan, manfaat dan kerugiannya.
Subyek penelitian adalah remaja berusia 15-18 tahun yang tinggal di Jakarta minimal selama 1 tahun, dengan jumlah 102 orang. Pelaksanaannya dengan membagikan kuesioner secara insidental dengan porsi yang seimbang antara remaja Iaki-laki dan perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis mengolahnya dengan teknik analisis kuantitatif berupa persentase dan teknik analisis kualitatif yaitu dengan melakukan teknik content analysis, dengan cara menganalisis dan menggolong-golongkan isi hasil jawaban subyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep begaul meliputi unsur-unsur seperti sosialisasi, informasi, hura-hura, dan friendship. Gambaran budaya remaja yang terdiri dari unsur material dan non material menunjukkan adanya ciri khas pada remaja Jakarta yang dapat membedakannya dengan remaja yang tinggal di kota-kota lain di Indonesia.
Dalam diskusi, hasil penelitian ini dikaitkan dengan tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja (Havighurst, 1972 dalam Rice, 1990) dan penelitian-penelitian mengenai konformitas pada remaja.
Saran yang dapat dilakukan untuk penelitian berikutnya adalah menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara terstruktur dan observasi agar dapat lebih mudah melakukan probing mengenai hal-hal yang masih belum jelas dan masih ingin ditanyakan lebih lanjut. Penulis juga menyarankan untuk melakukan penyebaran yang merata dari setiap wilayah Jakarta supaya dapat sekaligus memperoleh data perbandingannya. Teori mengenai popularitas pada masa remaja ternyata juga dibutuhkan untuk membahasnya lebih dalam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library