Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
L. Misbah (Lalu Misbah) Hidayat, 1948-
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena kelangkaan minyak solar di Indonesia dengan studi kasus di Jawa Timur. Distribusi minyak solar, menyimpan dinamika kompleksitas yang tinggi dengan adanya keterkaitan banyak faktor dan kepentingan. Sebagai mata rantai dalam sistem saluran distribusi fisik, Distributor mengutamakan volume dan waktu pasokan untuk persediaan guna menjaga kelancaran distribusi. Sedangkan faktor yang non fisik dari konsumen adalah faktor ketersediaan (availability),dan bagi penyeleweng adalah faktor keuntungan (profitability). Faktor-faktor tesebut akan menjadi dinamis dan menyebabkan kelangkaan bila faktor volume dan waktu pasok terganggu. Hal tersebut dianalisis dengan menggunakan dinamika sistem (system dynamics) dan QPID (qualitative politicised influence diagram) serta pilihan rasional (rational choice). Untuk memahami mental models ini digunakan gagasan teori pilihan rasional (rational choice theory) yang menjelaskan mengapa dinamika sistem distribusi minyak solar mudah berfluktuasi dan menimbulkan kepanikan masyarakat, penimbunan, pengoplosan, dan penyelundupan.
Fenomena kelangkaan minyak solar di Jawa Timur dapat dipahami melalui model dinamika sistem distribusi dan mental model para aktornya. Ada empat subsistem dalam dinamika sistem distribusinya yang digambarkan melalui causal loop diagram, yaitu: (1) Subsistem pengadaan dengan mental model menjaga keseimbangan antara pengadaan dan permintaan minyak solar; (2) Subsistem konsumsi dengan mental model menjaga ketersediaan dan menekan biaya bahan bakar minyak solar bagi dirinya; (3) Subsistem pengawasan dengan mental model mencari keuntungan melalui keseimbangan antara sanksi hukum dan keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh; dan (4) Subsistem penyelewengan dengan mental model mencari keuntungan ekonomi semata.Selain faktor fisik dan non fisik tersebut, faktor penting lainnya yang ikut mendorong sistem distribusi menjadi semakin kompleks dan sulit dikendalikan, ialah disparitas harga beberapa jenis BBM bersubsidi, yaitu premium, solar, dan minyak tanah.
Secara simultan, faktor-faktor itu menjadi leverage dinamika sistem distribusi minyak solar. Artinya, ketika salah satu faktor tersebut berubah maka lima sub sistem akan berinteraksi dinamis sehingga memunculkan kejadian-kejadian seperti: harga minyak solar melambung, penegakan hukum melemah, pengoplosan meningkat, kolusi bertambah, dan menurunnya kegiatan produksi. Disertasi ini mengusulkan model solusi penanggulangan kelangkaan minyak solar dapat didasarkan pada skenario simulasi model solusi.

This study is aimed to understand the phenomenon of diesel fuel oil scarcity in Indonesia based on a case study in the East Java. The diesel fuel oil distribution conceals the high complexity of dynamics due to its connection to various factors and interests respectively. As the links within the channel system of physical distribution, the distributor pays his main attention to the volume and suplying time for the availability aimed at maintaining the distribution smoothness. In the meantime, non-physical factors in terms of consumers is the availability while for the embezzlers is the profitability. Those factors will become dynamics and will result in the scarcity if the volume factor as well as supplying time is hampered. Those factors are analyzed by means of system dynamics and QPID or quantitative politicized influence diagram and rational choice. To understand these mental models we make use of rational choice theory which explains on how the system dynamics of diesel fuel oil distribution might easily fluctuate and cause panics among the society, and will result in piling up, mixing up with other products and smuggling of the product itself.
The phenomenon of diesel fuel oil scarcity in the East Java is understandable through distributional model of system dinamics as well as mental model of the agents. There are four subsystems within the system dynamics of its distribution as described through the causal loop diagrams namely: (1) The subsystem of the availability with mental model which maintains the equilibrum between the availability and diesel fuel oil demand; (2) The subsystem of consumption with mental model which maintans the availability and suppresses the cost of diesel fuel oil for himself; (3) The subsystem of monitoring with mental model which tries to gain profit through the equilibrum between the legal sanction and the economic profit which might be gained; and (4) The subsystem of the embezzlement with the mental model which searches for merely the economic profit.Beside of the physical and non-physical factors, another important factor contributing to the more complicated system of distribution and more difficult condition to overcome is the price disparity among a number of subsidized fuel oils namely premium, diesel fuel oil, and kerosene.
Simultaneously, those factors become the leverage of system dynamics for diesel fuel oil distribution, which means that when one of those factors is changing, the other four subsystems will interact dynamically leading to the happening of various things such as follows: diesel fuel oil price will soar up, law enforcement will decline, the mixing of the oil with other products will be increasing, collusion will grow up, while production activities will decline. This dissertation proposes for the solution model aimed at overcoming the scarcity of diesel fuel oil based on the scenario simulation in order to develop a solution model."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
D981
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amar Rachman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Aji Setyawan
"Ketersediaan bahan bakar minyak semakin menurun seiring dengan meningkatnya tingkat kebutuhan energi khususnya kebutuhan bahan bakar minyak. Permasalahan yang ditimbulkan akibat pemakaian bahan bakar minyak yang semakin meningkat dapat menyebabkan semakin tingginya emisi dan menurunnya ketersediaan bahan bakar. Pada Permen ESDM No. 12/2015 diatur mengenai pemanfaatan bioetanol sebagai campuran bahan bakar minyak yang diproyeksikan akan mencapai 20% pada tahun 2025 pada bidang transportasi. Pemanfaatan bioetanol dinilai dapat meningkatkan angka RON dan menurunkan kadar emisi pada kendaraan. Namun hal ini sulit untuk diterapkan, dikarenakan biaya produksi yang cukup tinggi dan keterbatasan dalam mendapatkan bahan baku. Sehingga ditemukan solusi dengan melakukan penambahan metanol pada campuran etanol dan bensin. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan etanol dan metanol terhadap bensin RON 90 serta melakukan karakterisiasi pada seluruh komponen penyusun dan sampelnya. Selanjutnya, penelitian ini akan melakukan perbandingan antara produk bensin RON 90 dengan sampel bahan bakar campuran bensin-etanol-metanol pada unjuk kerja dan emisi. Selain itu akan dilakukan perbandingan antara pengujian dan perhitungan pada sampel bahan bakar campuran. Pencampuran bensin RON 90 dengan etanol dan metanol digunakan untuk mencapai target iso-stoichiometric dengan E-70. Komposisi campuran bahan bakar akan dihitung menggunakan persamaan Air to Fuel Ratio (AFR). Sampel campuran bahan bakar yang telah diperoleh akan dilakukan uji karakterisasi, unjuk kerja, dan emisi. Karakterisasi yang digunakan pada penelitian ini diantaranya densitas (ASTM D4052), angka oktan (ASTM D2699), distilasi (ASTM D86), reid vapor pressure (ASTM D5191). Selanjutnya akan dilakukan pengujian unjuk kerja dan emisi menggunakan sepeda motor SI 4 stroke 150cc. Pengujian unjuk kerja yang dilakukan diantaranya torsi (SAE J1349), daya (SAE J1349), AFR (SAE J1829), dan konsumsi bahan bakar (SNI 7554), sedangkan pada pengujian emisi meliputi emisi CO2, CO, dan HC dengan menggunakan standar (SNI 19-7118.1). Pengujian daya, torsi, dan AFR dilakukan pada kecepatan 4000-10000 RPM. Berdasarkan hasil pengujian, jika dilihat dari karakteristiknya sampel campuran bahan bakar campuran mengalami peningkatan pada densitas yang mengalami peningkatan terbesar pada sampel 1 sebesar 3,91% dan angka oktan dengan peningkatan terbesar pada sampel 1 sebesar 15,6 %. Sedangkan reid vapor pressure mengalami penurunan terbesar pada sampel 1 sebesar 26,02 % dan distilasi mengalami penurunan kurva dari bensin RON 90. Pengujian torsi dan daya mengalami penurunan diakibatkan kondisi mesin belum dilakukan optimasi sehingga mesin mengenali bahan bakar campuran sebagai excess air. Sedangkan, pengujian AFR mengalami peningkatan terbesar pada sampel 4 sebesar 30,13 %. Pada pengujian konsumsi bahan bakar yang dilakukan pada 3 variasi kecepatan yaitu 90 km/jam, 120 km/jam, dan urban driving, mengalami peningkatan terkecil pada sampel 3 sebesar 25,1 %. Pada pengujian emisi bahan bakar campuran dibandingkan dengan bahan bakar produk RON 90. Pada emisi CO2 mengalami peningkatan terkecil pada sampel 3 sebesar 21,9 %, emisi CO mengalami penurunan terbesar pada sampel 4 sebesar 99,2 %, dan pada emisi HC mengalami penurunan maksimum pada sampel 4 sebesar 83,7 %.

The availability of fuel oil is decreasing along with the increasing level of energy demand, especially the need for fuel oil. The problems caused by the increasing use of fuel oil can lead to higher emissions and decreased availability of fuel. The government issued the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 12/2015 regarding the use of bioethanol as a mixture of fuel oil which is projected to reach 20% by 2025 in the transportation sector. Utilization of bioethanol is considered to be able to increase RON numbers and reduce emission levels in vehicles. However, this is difficult to implement, due to the relatively high production costs and limitations in obtaining raw materials. So a solution was found by adding methanol to a mixture of ethanol and gasoline. This study aims to determine the effect of adding ethanol and methanol to RON 90 gasoline and to characterize all constituent components and samples. Furthermore, this study will make a comparison between RON 90 gasoline products and gasoline-ethanol-methanol mixture fuel samples on performance and emissions. In addition, a comparison will be made between testing and calculations on mixed fuel samples. Blending RON 90 gasoline with ethanol and methanol is used to achieve the target iso-stoichiometric with the E-70. The composition of the fuel mixture will be calculated using the equation Air to Fuel Ratio (AFR). The fuel mixture samples that have been obtained will be subjected to characterization, performance, and emission tests. The characterization used in this study included density (ASTM D4052), octane number (ASTM D2699), distillation (ASTM D86), and reid vapor pressure (ASTM D5191). Furthermore, performance and emission testing will be carried out using a 4-stroke 150cc SI motorbike. The performance tests carried out included torque (SAE J1349), power (SAE J1349), AFR (SAE J1829), and fuel consumption (SNI 7554), while the emission tests included CO2, CO, and HC emissions using the SNI 19 standard. -7118.1. Power, torque, and AFR tests were carried out at a speed of 4000-10000 RPM. Based on the test results, when viewed from the characteristics of the mixed fuel mixture samples experienced an increase in density with the largest increase occurring in sample 1 at 3.91, and the octane number with the largest increase occurring in sample 1 at 15.6%. The reid vapor pressure with the largest decrease occurring in sample 1 at 26.02% and distillation has decreased in the curve of RON 90 gasoline. Torque and power tests decreased due to engine conditions not being optimized so that the engine recognized mixed fuel as excess air. Meanwhile, the AFR test with the largest increase in sample 4 at 30.13%. The fuel consumption test was carried out at 3-speed variations, between 90 km/h, 120 km/h, and urban driving cycle, with the smallest increase occurring in sample 3 at 25.1%. In testing mixed fuel emissions compared to RON 90 product fuel. CO2 emissions experienced the smallest increase in sample 3 at 21.9%, CO emissions experienced the largest decrease in sample 4 at 99.2%, and HC emissions experienced a maximum decrease in sample 4 at 83.7%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Suwandi
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S35952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Peraturan Presiden No. 55 tahun 2005 yang mengatur kanaikan harga BBM mengundang sejumlah kontroversi. Selain besaran kenaikan yang sangat tinggi, Perpres ini mengalami cacat konstitusional terutama dalam konteks legal drafting. Hal ini karena tidak dipatuhinya kaidah pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana telah diatur oleh UU No. 10 Tahun 2004."
JHUII 14:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Sari
"ABSTRAK
Fatty Acid Alkanolamide FAAA merupakan senyawa amida yang banyak digunakan dalam industri kimia, kosmetik, maupun otomotif. Senyawa ini memiliki sifat ldquo;deterjensi rdquo;karena memiliki molekul amphiphilik. Amphiphilik adalah suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik dimana bagian polar yang suka akan air hidrofilik dan bagian nonpolar yang suka akan minyak/lemak lipofilik . Karena sifatnya, FAAA dapat berperan sebagai surfaktan. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan senyawa yang tepat untuk bertindak sebagai agen pengemulsi, deterjen, pelumas, dan sebagainya Sejumlah surfaktan berbasis sintetis atau minyak bumi dikenal beracun bagi hewan, ekosistem dan manusia dan dapat meningkatkan difusi kontaminan lingkungan lainnya. Maka surfaktan jenis FAAA masih sangat diperlukan untuk menghasilkan surfaktan yang murah, ramah lingkungan dan biodegradable dari sumber terbarukan.Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa amida dari reaksi antara trigliserida dan diethanolamina. Sumber trigliserida yaitu minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak castor dan variasi katalis yaitu KOH dan NaOH. Dari hasil analisis FTIR, senyawa amida yang terbentuk memliki panjang gelombang yang tidak jauh berbeda dengan hasil terbaik adalah 1618 cm-1, dari hasil GC ndash;MS terbaik terbentuk senyawa dietanolamida laurat dengan luas area 31,20 , dengan kemiripan 93 .

ABSTRACT
Fatty Acid Alkanolamide FAAA is an amide compound widely used in chemical, cosmetic and automotive industries. This compound has a detergency property because it has an amphilic molecule. Amphilic is a molecule that also has a hydrophilic group and a lipophilic non polar member. Because of its nature, the FAAA can act as a surfactant. Surfactants are the surface active substances of the right compounds to act as emulsifying agents, detergents, lubricants, etc. A number of synthetic or petroleum based surfactants are known to be toxic to animals, ecosystems and humans and can increase the diffusion of other environmental contaminants. Hence, the surfactant of FAAA type environmentally friendly and biodegradable surfactant from renewable sources. This study aims to synthesize amide compounds from reaction between triglyceride and diethanolamine. The sources of triglycerides are palm oil, coconut oil, soybean oil, and castor oil and catalyst variations are KOH and NaOH. From the FTIR analysis result, the amide compound formed has a wavelength that is not much different from the best result is 1618 cm 1, the best result of GC MS is the compound diethanolamide laurate with the area of 31,20 , with 93 similarity."
2017
T47742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library