Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Danniel Christian
"Penelitian ini dilakukan dengan proses deposisi dan evaporasi bahan bakar Diesel yang dilakukan secara berulang pada sebuah pelat panas. Pelat dipanaskan dengan variasi temperatur di dalam ruang tertutup sehingga kondisinya mendekati kondisi riil pada engine. Pengujian ini menggunakan hot room temperature test rig. Dari pengujian ini, pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan dan karakteristik deposit dapat diamati. Penelitian ini lebih mengarah ke struktur deposit. Struktur deposit yang berbeda di setiap temperatur dapat menunjukkan temperatur yang optimal untuk mengendalikan pertumbuhan deposit.

Repetitive process of diesel fuel deposition and evaporation on hot plate are done in this study. The plate was heated at various temperature in closed systems for approaching the real engine condition. This process was done in hot room temperature test rig. Effect of temperature to deposits growth and characteristic could be observed through this repetitive process. Then, the aim of this study is more likely to deposits structure. Different deposits structure at every temperature could show the optimum temperature to control the deposits growth."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murachmad Dwi Atmanto
"Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat Industri disertai dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan lalulintas dan hasil produksi sampingan yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara.
Tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar berkisar 8-12% per tahun. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber pencemar udara mencapai 60-70%, sedangkan industri berkisar antara 10-15%. Sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan/ladang dan lain-lain. Berdasarkan jumlah total tiap zat pencemar utama yang dikeluarkan setiap tahun, karbonmonoksida adalah zat pencemar terbanyak dan kendaraan bermotor adalah sumber utamanya .
Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat penting adalah akibat kendaraan bermotor di darat. Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara yaitu dengan dihasilkannya gas CO,NOx, hidrokarbon (HC), SO2, dan tetraethyl lead.
Upaya pengendalian pencemaran udara akibat gas buang kendaraan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan bakar alternatif seperti yang disebutkan oleh Maxwell (1995) bahwa bahan bakar alternatif memiliki kelebihan tertentu dibandingkan bahan bakar bensin dan solar, yaitu bahan bakar alternatif dihasilkan dari sumber domestik, secara umum bahan bakar alternatif mengurangi emisi, beberapa bahan bakar alternatif menawarkan biaya operasi yang lebih rendah.
Sektor transportasi adalah salah satu komponen yang cukup penting dalam perkembangan perekonomian. Perkembangan sektor transportasi membawa akibat peningkatan pemanfaatan bahan bakar khususnya minyak bumi. Pemakaian bahan bakar memberikan dampak meningkatnya konsentrasi pencemaran udara. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan pengkajian tentang penurunan emisi gas buang pada Kendaraan Bl-fuel . Dengan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana perbedaan emisi kendaraan Bifuel apabila menggunakan bahan bakar gas dan menggunakan bahan bakar premium TT?, bagaimana kondisi pencemar udara apabila dilakukan substitusi bahan bakar premium TT?, dan bagaimana pengaruh penggunaan bahan bakar gas atau bahan bakar premium terhadap unjuk kerja mesin kendaraan tersebut?
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengantisipasi meningkatnya beban pencemar yang diakibatkan kendaraan bermotor dengan penggunaan bahan bakar alternatif khususnya bahan bakar gas, serta menunjang kebijaksanaan konservasi dan diversifikasi energi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui perbedaan emisi CO, HC dan CO2 dari kendaraan Bi-fuel apabila menggunakan bahan bakar gas dan menggunakan bahan bakar premium TT, mengetahui pengaruh terhadap daya, rata-rata penurunan daya kendaraan, efisiensi penggunaan bahan bakar kendaraan bi-fuel apabila menggunakan BBG dan premium TT, melakukan simulasi terhadap beban pencemar udara khususnya CO, HC dan CO2.
Hipotesis yang diajukan adalah:
1. Emisi gas buang kendaraan Bi-fuel lebih baik apabila menggunakan bahan bakar gas daripada menggunakan bahan bakar premium TT.
2. Terjadi penurunan emisi CO, HC, dan CO2 apabila dilakukan substitusi bahan bakar minyak (premium) dengan bahan bakar gas.
3. Unjuk kerja mesin kendaraan (daya kendaraan, efisiensi konsumsi bahan bakar) kendaraan bi-fuel lebih baik apabila menggunakan bahan bakar premium TT dibandingkan menggunakan bahan bakar gas.
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik, dilakukan dengan eksperimen menggunakan kendaraan minibus jenis kijang yang telah dikonversi agar dapat menggunakan bahan bakar gas atau bahan bakar premium. Pengujian dilakukan dengan menggunakan chassis dynamometer untuk mengetahui daya kendaraan serta konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang kendaraan. Hasil pengujian dipakai sebagai dasar untuk melakukan simulasi terhadap beban pencemar khususnya CO1 HC dan CO2. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Powersim versi 2.5 d. Simulasi dilakukan dengan beberapa asumsi sebagai berikut: jumlah kendaraan selalu meningkat, jarak tempuh kendaraan 300km/hari per kendaraan, jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) bertambah setiap tahun, kapasitas pelayanan setiap SPBG 2500 isp per hari, kapasitas pengisian BBG per kendaraan 80% dari kapasitas tangki, pertambahan kendaraan BBG 1000 unit per tahun.
Keobyektivan model diuji dengan uji validitas dengan menggunakan metode Absolute Mean Error (AME) untuk mengetahui penyimpangan rata-rata simulasi dengan aktual.
Uji sensitivitas dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu pada unsur atau struktur model. Perlakuan yang dilakukan berupa intervensi fungsional berdasarkan 2 skenario, yaitu: skenario 1 dengan memperhitungkan pertumbuhan kendaraan 2% dari jumlah kendaraan tahun 1997, pengisian bahan bakar gas 90% dari kapasitas tabung, dan pertambahan kendaraan BBG 1000 unit per tahun setelah 1997. Skenario 2 dengan memperhitungkan pertumbuhan kendaraan 5% dari jumlah kendaraan tahun 1997, pertambahan kendaraan BBG 2000 unit per tahun, dan pengisian bahan bakar sebesar 90% dari kapasitas tabung.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: emisi CO yang dikeluarkan kendaraan bi-fuel apabila menggunakan bahan bakar premium TT sebesar 4,26% vol dibandingkan menggunakan bahan bakar gas sebesar 0,12% vol. Penurunan emisi yang terjadi sebesar 97,18%. Emisi HC yang dikeluarkan kendaraan bi-fuel apabila menggunakan bahan bakar premium TT sebesar 1606 ppm, apabila menggunakan BBG menjadi 477 ppm, penurunan emisi yang terjadi sebesar 70,30%. Emisi CO2 yang dikeluarkan kendaraan Bi-fuel apabila menggunakan bahan bakar premium TT sebesar 10,6% sedangkan apabila menggunakan BBG sebesar 7,9% vol, penurunan emisi yang terjadi sebesar 25,47%. Berdasarkan hal tersebut penggunaan bahan bakar gas (BBG) secara umum dapat menurunkan emisi CO, HC dan CO2.
Daya penuh kendaraan Bi-fuel apabila menggunakan bahan bakar gas dicapai pada kecepatan 105 kmfjam dengan daya sebesar 45,66 HP. Sedangkan daya penuh kendaraan bi-fuel apabila menggunakan premium TT dicapai pada kecepatan 120 km/jam dengan daya sebesar 53,71 HP. Penurunan rata-rata daya apabila menggunakan bahan bakar gas adalah sebesar 12,15%.
Konsumsi bahan bakar premium adalah 0,09 lt/km (1 liter untuk jarak tempuh 11 km). Sedangkan konsumsi bahan bakar gas adalah 11 (I Isp) untuk jarak tempuh 6,62 km. Dari segi biaya bahan bakar, penggunaan bahan bakar gas masih lebih rendah bila dibandingkan menggunakan premium TT.
Hasil simulasi untuk parameter CO pada tahun 1997 mencapai 614.887 ton dan pada tahun 2002 mencapai 1.436.002 ton. Peningkatan jumlah beban pencemar terjadi setiap tahun hingga mencapai 2.626.647 ton pada tahun 2008. Demikian pula untuk beban pencemar HC pada tahun 1997 menunjukkan nilai sebesar 25.167,80 ton dan meningkat menjadi 846.171,90 ton pada tahun 2002 dan sebesar 2.036.683 ton pada tahun 2008. Hal serupa terjadi untuk beban pencemar CO2. Jumlah beban pencemar CO2 pada tahun 1997 mencapai 9.702.000 ton dan meningkat menjadi 10.523.330 ton pada tahun 2002. Peningkatan terjadi terus hingga mencapai 11.714.240 ton pada tahun 2008.
Hasil uji sensitivitas berdasarkan skenario 1 dengan memperhitungkan pertumbuhan kendaraan 2% terhadap jumlah kendaraan tahun 1997, pertambahan kendaraan BBG 1000 unit per tahun dan pengisian BBG per kendaraan 90% dari kapasitas tabung menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Hasil simulasi beban pencemar CO pada tahun 2002 sebesar 1.436.002 ton turun menjadi 610.150,93 ton (57,51%). Beban pencemar CO pada tahun 2008 sebesar 2.626.647 ton turun menjadi 593.271,25 ton (77,41%). Jumlah beban pencemar HC pada tahun 2002 sebesar 846.171,90 ton turun menjadi 96.051,88 ton (88,65%). Jumlah beban pencemar HC pada tahun 2008 sebesar 2.036.683 ton turun menjadi 169.916,67 ton (91,66%). Hal yang sama terjadi untuk beban pencemar CO2. . Jumlah beban pencemar CO2 pada tahun 2002 sebesar 10.523.330 ton turun menjadi 9.697.264 ton (7,85%). Sedangkan jumlah beban pencemar CO2 hasil simulasi pada tahun 2008 sebesar 11.714.240 ton turun menjadi 9.680, 384 ton (17,36%).
Hasil uji sensitivitas berdasarkan skenario 2 dengan memperhitungkan pertumbuhan kendaraan 5% terhadap jumlah kendaraan tahun 1997, pertambahan kendaraan BBG 2000 unit per tahun dan pengisian BBG per kendaraan 90% dari kapasitas tabung menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Hasil simulasi beban pencemar CO pada tahun 2002 sebesar 1.436.002 ton turun menjadi 808.039,03 ton (43,73%). Beban pencemar CO pada tahun 2008 sebesar 2.626.647 ton turun menjadi 1.039.825 ton (60,41 %). Jumlah beban pencemar HC pada tahun 2002 sebesar 846.171,90 ton turun menjadi 97.271,56 ton (88,51%). Jumlah beban pencemar HC pada tahun 2008 sebesar 2.036.683 ton turun menjadi 169.682,13 ton (91,67%). Hal yang sama terjadi untuk beban pencemar CO2 . Jumlah beban pencemar CO2 pada tahun 2002 sebesar 10.523.330 ton turun menjadi 9.702.090 ton (7,80%). Jumlah beban pencemar CO2 pada tahun 2008 sebesar 11.714.240 ton turun menjadi 9.702.197 ton (17,18%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Emisi gas buang khususnya CO, HC dan CO2 dari kendaraan Bifuel lebih baik bila menggunakan bahan bakar gas dibandingkan menggunakan premium TT. Penurunan emisi CO bila menggunakan bahan bakar gas sebesar 97,18%, penurunan emisi HC sebesar 70,30% dan penurunan emisi CO2 sebesar 25,47%.
2. Bila diasumsikan kendaraan bi-fuel yang dipakai mempunyai karakteristik sama seperti kendaraan uji, maka jumlah beban pencemar CO pada tahun 2008 turun menjadi 593.271,25 ton (77,41%) bila menerapkan skenario 1, dan. turun menjadi 1.039:825,67 (60,41%) apabila menerapkan skenario 2. Jumlah beban HC turun menjadi 169.916,67 ton (turun 91,66%) apabila menerapkan skenario 1, dan turun menjadi 169.682,13 ton (91,67%) apabila menerapkan skenario 2. Jumlah beban pencemar CO2 dapat diturunkan menjadi 9.680.384 ton (turun 17,36%) apabila menerapkan skenario 1, dan turun menjadi 9.702 197 ton (turun 17,18%) apabila menerapkan skenario 2
3. Daya kendaraan dan efsiensi jumlah konsumsi bahan bakar kendaraan Bi-fuel lebih baik bila menggunakan bahan bakar premium TT
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Agar dilakukan peningkatan kapasitas stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) serta menambah jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG)
2. Penambahan kendaraan terutama kendaraan umum agar menggunakan bahan bakar gas (Bi-fuel).
3. Perlu penyebaran informasi yang lebih intensif kepada masyarakat tentang bahan bakar gas khususnya untuk kendaraan bermotor, dalam rangka upaya menurunkan emisi gas buang kendaraan.
4. Industri otomotif agar dapat menjual kendaraan yang siap menggunakan bahan bakar gas.
5. Perlu adanya insentif bagi pengguna bahan bakar gas misalnya dengan pemberian keringanan pajak kendaraan.
6. Perlu ada kemudahan pengadaan conversion kit BBG.

Exhaust Emission Reduction Analysis on Bi-fuel Vehicle with System Dynamics ApproachPhysical development of cities and development of industrial center, also increasing of vehicle products will result the increasing amount of vehicles which will produce pollutant as a source of air pollution.
The growth of the amount of vehicle in some big cities around 8-12% annually. Contribution of vehicular exhaust emission around 60-70%, industrial emitance around 10-15%. The rest of percentages of emission come from household activity, disposal burning and forest on fire. CO (carbon monoxide) is the primarily pollutant that produced from vehicles combustion.
Air pollution from land transportation is the important things. Vehicles are the source of CO, HC (hydrocarbon), 502 and tetraethyl lead pollutant.
Alternative fuel is the one of the effort for air pollution control. Maxwell (1995) mentioned that the advantages of alternatives fuel compare with gasoline or diesel fuel are: the alternatives fuel are more likely to be produced from domestic resources, alternatives fuel generally reduce vehicular emission, and some alternatives fuel offer the potential to lower operating cost.
Transportation sector is the one of important component in economic development. The growth of transportation sector will be cause the growth of gasoline utilization. Fuel utilization has impact on increasing pollutant concentration. Based on that problem, researcher has analyzed the reduce emission on bi-fuel vehicle.
The formulations of the problem are:
1. How the differences of exhaust emission from bi- fuel vehicle between using compressed natural gas (CNG) and gasoline.
2. How the condition of the pollutant if the gasoline substituted by other alternative fuel_
3. How the influenced using CNG on power output on bi-fuel vehicle.
Generally, the objectives of study are:
To anticipate the increasing of pollutant from exhaust of bi- fuel vehicle by using alternative fuel especially compressed natural gas (CNG) and to support the conservation and diversification energy policy.
In particular this study is to carry out a trial to know:
1. How the differences exhaust emission from bi-fuel vehicle by using CNG and gasoline.
2. How the CO, HC, CO2 condition for the future if there is some gasoline substituted with alternative fuel.
3. How the influence on power, average power loss and fuel efficiency of bi-fuel vehicle by using CNG versus gasoline
Result of the study disclosed that:
1. The emission testing result shown that by using gasoline produced emission of CO 4,26% vol. compare to 0,112%. Reduce of CO emission around 97,18%. Emission HC by using gasoline is 1606 ppm compare to 477 ppm by using CNG. The reduction of HC emission are 70,30%. CO2 emission by using gasoline are 10,6% vol. compare to 7,9% vol. CO2 emission will reduce to 25,47%
2. The simulation result shown that in the year of 1997 the amount of CO are 614.887, in the year of 2002 are 1.436.002 tons and in the year of 2008 are 2.626.647 tons. The amount of HC in the year of 1997 are 25.167,80 tons, in the year of 2002 are 846.171,90 tons and in the year of 2008 are 2.036.683 tons. The amount of CO2 in the year of 1997 are 9.702.000 tons, in the year of 2002 are 10.523.330 tons and in 2008 are 11.714.240 tons.
Sensitivity test has done with 2 scenarios. The first scenario based on the calculation of vehicle population growth 2% of total vehicles in 1997, the growth of bi-fuel vehicle 1000 units annually and 90% refill of CNG of tank capacity. The result shown that the amount of CO in the year of 2002 are 1.436.002 tons will be reduced to 610.150,93 tons (57,51%),' 57,51 %), ' and 2.626.647 tons in the year of 2008 will be reduced to 593.271,25 tons (77,41%). The amount of HC in the year of 2002 are 846.171,90 tons will reduce to 96.051,88 tons (88,65%). And 2.036.683 tons in the year 2008 will reduce to 169.916,67 tons (91,66%). The amount of CO2 in the year of 2002 are 10.523.330 will be reduced to 9.697.264 tons (17,85%). The amount of CO2 in 2008 are 11.714.240 tons will be reduced to 9.680.384 tons (17,36°/0).
The second scenario based on the calculation of vehicle population growth 5% of total vehicles in 1997, the growth of bi-fuel vehicle 2000 units annually and 90% refill of CNG of tank capacity. The result shown that the amount of CO in the year of 2002 are 1436.002 tons will be reduced to 808.039,03 tons (43,73%), and 2.626.647 tons in the year of 2008 will be reduced to 1.039.825 tons (60.41 %). The amount of HC in the year of 2002 are 846.171,90 tons will reduce to 97.217,56 tons (88,51%). And 2.036.683 tons in the year 2008 will reduce to 169.682,13 tons (91,67%). The amount of CO2 in the year of 2002 are 10.523.330 will be reduced to 9.702.090 tons (17,80%). The amount of CO2 in 2008 are 11.714.240 tons will be reduced to 9.702.197 tons (17,18%).
3. By using CNG, powers acquired are 45,66 HP on 105-km/hours speed and 53,71 HP on 120 km/hours by using gasoline. The averages of power losses are 12,15%. Fuel consumption by using gasoline are 0,09 lt/km (1 liter for 11 kilometers distance) and 1 liter for 6,62 kilometers by using CNG.
Conclusion:
1. Engine flue gas emission of bi-fuel vehicle especially CO, HC and CO2 more better if using compressed natural gas than gasoline, showing approximately 97,18% reduction in CO, a 70,30% reduction in HC and a 25,47% reduction in CO2.
2. If bi-fuel has same characteristic with the vehicle has been used for testing, so the amount of CO in the year of 2008 will be reduced to 593.271,25 tons (77,41%) if we perform scenario 1, and will be reduced to 1.039.825,67 tons (60,41%) if we perform scenario 2. The amount of HC will be reduced to 1 69.916,67 tons (91,66%) if we perform scenario 1 and will be reduced to 169.682,13 tons (91,67%) if we perform scenario 2. The amount of CO2 will be reduced to 9.680.384 tons (17,36%) if perform scenario 1 and will be reduced to 9.702.197 tons (17,18%) if perform scenario 2.
3. The maximum power output of the bi-fuel engine, and fuel efficiency was better by using gasoline than CNG.
Recommendation:
1. The quantity and capacity of the CNG refueling station need to be raised.
2. The addition of public transportation must use CNG.
3. The information about CNG needs to be distributing spreadly and intensively to the public.
4. Automotive industries must sold the CNG vehicle.
5. Some incentive needed for CNG user in the form of reduction on vehicle tax.
6. Easy in providing CNG conversion kit.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T 11113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joice Manga
"Semakin besarnya kebutuhan bahan bakar diesel seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan laju pencemaran udara sehingga dilakukan studi atau penelitian terhadap bahan bakar diesel alternatif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan minyak nabati (kelapa dan kelapa sawit), etanol dan katalis basa, kalium hidroksida melalui jalur reaksi transesterlfikasi. Reaksi berlangsung selama 2 jam pada suhu sekitar 75°C hingga 80°C secara batch dan tekanan atmosfir.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari minyak kelapa dan kelapa sawit komersil dapat dijadikan biodiesel/ etil ester yang dapat meningkatkan Indeks setana terbaik pada solar bila ditambahkan sebanyak 20%v (B20). Campuran bahan bakar B20 memiliki beberapa parameter hasil analisis setara karakteristik solar yaitu; indeks setana 52-53, viskositas 5-6 cSt, titik nyala 78-79 °C dan densitas ± 0,86 gr/ml. Bahan bakar (B20) diharapkan dapat diaplikasikan pada mesin-mesin diesel sebagai bahan bakar diesel altematif/ biodiesel, dan dapat membantu penghematan penggunaan solar yang merupakan sumber energi yang tak dapat diperbaharui.

Increased consumption of diesel fuel due to the population growth has worsened the air pollution condition, especially in urban areas. To alleviate this problem research for alternative fuel has been conducted. In this research, vegetable oil (palm and coconut) and ethanol are converted to ethyl esters using base catalyst (potassium hydroxide) with transesterification reaction scheme. Reaction take place during 2 hour at temperature 75 °C till 80 °C, batch process and atmosphere pressure.
Results of this research indicate that from refined palm oil and refined coconut oil can converted to biodiesel /ethyl ester. The optimum volume ratio is 80% diesel fuel: 20% ethyl ester (820) which gives the highest cetane index. The B20 mixture's characterized in the following parameters: cetane index of 52-53, viscosity of 5-6 cSt, flash point of 78-79 °C and density of 0,86 grim Fuel (B20) is expected to be used as an alternative diesel fuel while at the sometimes reduce the consumption of non-renewable diesel fuel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widajanti Wibowo
"Meningkatnya kebutuhan akan minyak bumi sebagai sumber energi dan melambungnya harga minyak bumi akhir-akhir ini diharapkan dapat mempercepat realisasi aplikasi bahan bakar alternatif, seperti biodiesel dan bioalkohol. Kandungan utama biodiesel adalah senyawa metil ester asam lemak rantai panjang, yang dapat dihasilkan dari reaksi transesterifikasi trigliserida dari minyak nabati dengan metanol menggunakan katalis basa kuat, seperti KOH. Biodiesel bila digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel sebaiknya bebas dari air, unluk menghtndarkan terjadinya reaksi degradasi hidrolisis senyawa metil ester. Sintesis biodiesel yang bebas air dapat dilakukan dengan menggunakan katalis padatan, seperti campuran oksida basa Mg-AI-hidrotalsit. Pada penelitian int reaksi transesterifikasi dilakukan dengan menggunakan katalis padatan Mg, AI-hidrotalsit, sedangkan sebagai sumber minyak nabati dipakai minyak kefapa sawit kasar (crude palm oil, CPO) yang diperoleh dari perkebunan. Katalis campuran oksida basa hidrotalsit dibuat dari campuran Mg(NO3)2 dan Al(NO3)j dalam suasana basa dengan rasio molar Mg/Al = 4 dan Mg/Al = 3. Reaksi katalisis dilakukan pada perbandmgan mol trigliserida dan metanol 1:6 pada temperatur 69°C selama 6 jam dengan variasi berat katalis 2%, 3% dan 4% berat minyak CPO. Gliserol dipisahkan dari metil ester dengan ekstraksi menggunakan n-heksana dan ditimbang perolehan metil ester terbesar 46,40 % berat CPO dengan 2% berat katalis yang lebih basa, yaitu dengan rasio Mg/Al = 4."
2006
SAIN-11-1-2006-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Yuli M.
"Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti solar yang memiliki sifat fisik yang serupa dengan solar. Sebagai bahan bakar biodiesel memiliki beberapa kelebihan, yaitu ramah terhadap lingkungan dan suatu bahan bakar yang dapat diperbaharui juga tidak diperlukan modifikasi mesin. Penelitian ini biodiesel yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar adalah hasil dari proses transesterifikasi dengan bahan dasar minyak jelantah dengan menggunakan mesin genset merk dong feng. Pengujian dilakukan di Test cell I BTMP-BPPT, Puspitek - Serpong, Tangerang dan PT. PSI (Prolab Sukses Industri).
Studi kali ini untuk mempeiajari perubahan pada sifat-sifat minyak pelumas yang menggunakan bahan solar dan biodiesel dari minyak jelantah, maka diadakan penelitian terhadap minyak pelumas tersebut dengan perlakukan yang sama. Studi mesin beroperasi, biodiesel tersebut akan mengkontaminasi minyak pelumas yang disebabkan sebagian molekul methyl ester yang disemprotkan ke dalam ruang bakar akan menempel pada silinder dan piston, kemudian turun karma gerak piston dan masuk ke bak engkol. Dikarenakan biodiesel yang digunakan terbuat dari bahan dasar 100 % minyak jelantah yang umumnya dari minyak sawit, rnaka biodiesel ini akan menimbulkan pengenceran terhadap minyak pelumas, namun tidak menyebabkan reaksi polimerisasi. Untuk melihat perubahan pada sifat-sifat minyak pelumas tersebut, maka diadakan penelitian terhadap minyak pelumas tersebut. Dan sebagai pembandingnya adalah minyak pelumas dari mesin dengan bahan bakar solar dengan jenis mesin diesel dan perlakukan yang sama.
Dari basil penelitian yang-dilakukan, maka di dapatkan bahwa pada mesin diesel dengan bahan bakar biodiesel yang dioperasikan selama 50 jam, terjadi pengenceran minyak petunias sebesar 3,5% dan kandungan soot sebanyak 10 abslcm. Dan kandungan logam yang terdapat pada minyak pelumas yaitu Al: 9 ppm, Cr: 11 ppm, Cu: 6 ppm, Fe: 151 ppm, Pt: 3 ppm, dan Si: 14 ppm. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan minyak pelumas dari mesin berbahan bakar solar. Hal ini memperlihatkan bahwa pemakaian bahan bakar biodiesel mempunyai pengaruh terhadap minyak pelumas dari mesin diesel dan menambah kemampuannya dalam pelumasan terhadap komponen-komponen mesin.

Bio-diesel is an alternative fuel for diesel, which has a physical similarity with diesel. As a fuel, bio-diesel has some advantages, which are environment friendly, a renewable fuel and not need an engine modification for using this type of fuel. This bio-diesel an alternative fuel of diesel research is the result from transesterifikasi process of used cooking oil using dong feng generator The test is done at Test cell 1 BTMP-BPPT, Puspitek-Serpong, Tangerang and PT. PSI (Prolab Sukses lndustri).
Purpose of study is to examine changes on lubricant characteristic that using diesel fuel and bio-diesel fuel that derive from used cooking oil.- Hence, there were researchs on that lubricant using same technique When the engine is operating, the bio-diesel will be contaminated the lubricant, which caused by part of methyl ester molecule that sprayed into combustion chamber, which adhered on the cylinder and piston, then move down because the piston movement and enter the crankshaft box. Since it using a bio-diesel fuel that derived from 100 % used cooking oil that made of palm oil, then this bio-diesel will be resulting watery on lubricant but not causing polymerizations reaction. There were some tests on the lubricant, which have to be done to see the changes on the lubricant characteristics As a comparison, the lubricant that taken out from the same type of diesel engine and applied the same test to it.
From the research result, gathered some evidence that on an diesel engine, which used bio-diesel and operates for 50 hours, that must be watery effect on the lubricant as big as 3.5 % and soot contained as much as 10 abs/cm. The metal content in the lubricant are Al: 9 ppm, Cr: 1 I ppm, Cu: 6 ppm, Fe: 151 ppm, Pt: 3 ppm, dan Si: I4 ppm. This result will be lower if compare to the lubricant from diesel engine. This research shows that the use of bio-diesel fuel has effect an lubricant of diesel engine, and adding the capability of lubrication machine part."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Wijayanto
"Sulitnya transportasi bahan bakar solar ke daerah pedesaan merupakan kendala untuk menetapkan harga listrik PLTD yang terjangkau masyarakat pedesaan, sehingga pemanfaatan energi terbarukan seperti biogas untuk produksi energi listrik di daerah pedesaan sangat diperlukan. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel-Biogas (PLTD-BG) adalah PLTD berbahan bakar utama biogas yang dihasilkan suatu digester. Biogas dihasilkan dari bahan masukan digester berupa kotoran ternak atau sampah organik, seperti: jerami path, batang jagung, dll, yang umumnya terdapat di daerah pedesaan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji teknologi pemanfaatan biogas untuk pembangkitan tenaga listrik di daerah pedesaan, meliputi pemilihan dan modifikasi digester, dan mesin Diesel penggerak mulanya, .perhitungan biaya investasi dan harga listrik PLTD-BG berdasarkan prakiraan pertumbuhan kebutuhan energi listrik. Penelitian ini menggunakan sampel desa Toianas-Kupang, dan hasil penelitiannya diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan PLTD-BG di desa-desa lain di Indonesia.

The difficulty in Diesel fuel transportation into rural areas is a constraint to establish Diesel electric power cost that could be reached by rural community, so the use of renewable energy such as biogas for electrical energy production in rural areas is strongly needed. A Biogas-Diesel Power Plant is a Diesel power plant majority fuelled by biogas produced by a digester. Biogas is produced by feeding a digester with livestock dung or organic waste, such as: rice straw, cornstalk, etc, generally available in rural areas.
The main but of this research is to investigate the technology of biogas utilization for electric power generation in rural areas, consisting of the choice and modification of digester, and Diesel engine as prime mover, the calculation of investment and electric cost of Biogas-Diesel Power Plant based on electrical energy demand growth estimation_ This research used Toianas village in Kupang as a sample, and the results of the research are expected to be used as a reference of Biogas-Diesel Power Plant utilization in other villages in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Yubaidah
"Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui komposisi campuran biodiesel sawit-jatropha-castor yang terbaik dari segi kualitas dengan cara mengoptimalkan beberapa parameter kunci karakteristik kimia fisik seperti stabilitas oksidasi, viskositas dan bilangan setana. Karena bahan baku biodiesel Indonesia adalah sawit yang merupakan bahan pangan, sehingga perlu dicampur dengan bahan non pangan agar ketersediaannya terjamin. Selain itu juga untuk memperbaiki cold flow properties dari biodiesel sawit.
Dan tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui pengaruh stabilitas oksidasi biodiesel dan komposisi asam lemak terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. Pengujian stabilitas oksidasi dilakukan dengan metode accelerated oxidation stability test dengan bahan baku biodiesel sawit, biodiesel jatropha dan biodiesel castor.
Dari hasil penelitian diperoleh komposisi yang terbaik untuk campuran sawit-jatropha adalah untuk 60 - 100% biodiesel sawit. Dimana stabilitas oksidasinya masih memenuhi syarat EN 14214 yaitu minimum 6 jam. Dengan pemakaian biodiesel emisi HC, CO, NOx dan smoke yang dihasilkan menunjukkan kecenderungan untuk turun.

This research has two goals. The first is study of the blending of palm-jatrophacastor biodiesel to get the best quality key properties characteristics such as oxidation stability, viscosity and cetane number. Due to Indonesian feedstock biodiesel is palm edible oil, so the interest in using jatropha curcas and ricinus communis (castor oil) as feedstock for the production of biodiesel and blend with palm biodiesel. The benefit of jatropha and castor biodiesel to increase cold flow properties of palm biodiesel.
The second goal is to study oxidation stability and fatty acid effects chain lenght and number of double bond on emission NOx, Carbon Monoxide, Hydro Carbon and smoke, that produced on biodiesel combustion process. The oxidation test had been controlled by accelerated conditions on palm?jatropha biodiesel blend.
The result showed that the optimum quality obtainable at 60% until 100% of palm composition. Compared to the diesel fuel, biodiesel showed lower NOx, smoke and hydrocarbon emission. And the CO emission is slightly reduced."
2009
T25964
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noris Rahmatullah
"ABSTRAK
Proses konvensional untuk memproduksi biodiesel adalah transesterfikasi trigliserida dan alcohol dengan menggunakan katalis alkali. Proses ini memiliki beberapa kelemahan dari segi produk samping dan proses pemurnian. Untuk mengatasi masalah ini, katalis alkali dan alkohol dapat digantikan oleh enzim lipase dan alkil asetat. Beberapa penelitian melaporkan bahwa metal asetat dan etil asetat dapat digunakan sebagai donor alkil untuk sintesis biodiesel dari minyak kedelai menggunakan enzim Candida antactica lipase, Candida rugosa lipase and Porcine pancreatic lipase. Pada penelitian ini, kinetika dari reaksi interesterfikasi trigliserida dengan menggunakanmetil asetat dan berbagai jenis enzim dipelajari lebih lanjut. Model yang dibuat berdasarkan mekanisme Ping Pong Bi Bi. Model yang dibuat divalidasi/difitting dengan menggunakan data penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya.Model dapat menggambarkan interesterfikasi dari reaktan dan produk. Hasil dari penelitian ini adalah konstanta laju reaksi dari setiap reaksi. Secara keseluruhan, konstanta yang dihasilkan memiliki sensitifitas yang baik.

ABSTRACT
Conventional process to produced biodiesel is transesterification of triglycerides and alcohol in the presence of alkaline catalyst. This process has some problem in side product and purification process. To overcome this problem, alkaline catalyst and alcohol can be replaced with lipases and alkyl acetate. Some studies have been reported that methyl acetate and ethyl acetate can be used as alkyl supplier to synthesis biodiesel from soybean oil and fat using Candida antactica lipase, Candida rugosa lipase and Porcine pancreatic lipase. In this research, the kinetics of interesterification of triglyceride with methyl acetate and Candida antactica to produce biodiesel was further studied. The kinetic model based on reversible Ping Pong Bi Bi mechanism was constructed. The model was applied to the experimental results of interestesterification behavior done by others researchers. The model can describe the interesterification behavior of the reactants and products in their experimental results. The results from this research are kinetics constant for every reaction. Generally, kinetics constant have good sensitivity. "
2009
T25900
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>