Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Ayunisa
"

Kalangan homoseksual yang terdiri dari tiga kategori identitas, yaitu top, bottom, dan versatile, ternyata memiliki karakteristik dan pola pertemanan yang berbeda. Para homoseksual yang terdiskriminasi dalam relasi sosial heteroseksual memicu mereka membentuk homososialitas gay. Tujuan dari penelitian ini ingin mendeskripsikan bagaimana para homoseksual menjalin relasi pertemanan antarsesama sebagai bentuk dari eksistensi diri, mendapatkan dukungan sosial, hingga mendorong mereka menciptakan humor gay. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 8 orang dengan identitas seksual gay yang berbeda, yaitu terdiri dari 4 bottom, 2 top, dan 2 versatile. Kehadiran skrip seksual sangat membantu dalam memahami pola pertemanan di kalangan homoseksual sehingga skrip tersebut digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku sehari-hari. Munculnya stereotip antar identitas gay juga diartikan sebagai wujud dari hegemoni maskulinitas, khususnya yang terjadi pada homoseksual yang didominasi sifat feminin. Selain berperan dalam menciptakan gelak tawa dalam homososialitas gay, humor gay turut berperan sebagai norma gender dan kontrol sosial tiap kategori identitas sosial berperilaku.


Homosexuals consist of three categories of identity; top, bottom, and versatile which have different friendship characteristics and patterns. Homosexuals are often discriminated against in heterosexual social relationships which encourages them to make gay homosociality. The purpose of this study is to describe how homosexuals establish interpersonal relationships among others as a form of self-existence, to get social support, and to create gay humor. The subject involved in this study up to 8 people in different gay sexual identities, consists of 4 bottom, 2 top, and 2 versatile. The sexual script is significant in understanding the pattern of gay homosociality so that the script is used as a daily guideline. The appearance of stereotypes among gay identities is also interpreted as the form of hegemony masculinity, especially for those who dominated by feminine traits. In addition, the creation of gay humor acts as a gender norm and restraining homosexuals must behave.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cut Nabella Husaini Agustina
"Studi pustaka yang telah lalu menunjukkan bahwa media menampilkan gaydalam stereotip dan stigma yang buruk. Pada awal Januari 2020, muncul kasus yang ramai diberitakan dalam media, yaitu mengenai Reynhard Sinaga, seorang gay yang melakukan tindakan kriminal di Inggris. Setelah diamati, ditemukan perbedaan pemberitaan yang dilakukan pada media di Inggris dengan media di Indonesia. Media di Inggris hanya menekankan pemberitaan pada tindak kriminal yang dilakukan Reynhard, sementara media di Indonesia justru malah fokus membahas orientasi seksual, keluarga, lingkungan, hingga tempat tinggalnya. Kasus Reynhard pun akhirnya menarik perhatian Kota Depok sebagai dasar untuk mengeluarkan kebijakan pencegahan LGBT.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis framing terhadap artikel berita di media daring, yaitu Tempo.co. Setelah dilakukan penelitian, hasil menunjukkan bahwa terdapat pro dan kontra terhadap gayyang ditampilkan media. Kelompok pro, yaitu dari Komnas HAM. Sementara kelompok kontra, yaitu Pemerintah Kota Depok, menolak gay berdasarkan nilai agama. Tampaknya, tempo tak hanya membingkai pro dan kontra, tetapi juga membingkai rencana kebijakan dan pencegahan LGBT dari pemerintah Kota Depok sebagai penyebab diskriminasi pada kelompok gay.

Past literature studies have shown that the media potrays gays in bad stereotypes and stigma. In early January 2020, there was a case which was widely reported in the media, about Reynhard Sinaga, a gay man who committed criminal acts in the UK. After making observations, it was found that there was a difference in the news coverage between the the UK media and Indonesian media. The media in the UK only emphasizes reporting on criminal acts committed by Reynhard, while the media in Indonesia, instead, focuses on another issues such as sex orientation, family, the environment, to where he lives.
This research was conducted using the method of framing analysis of news articles in online media, Tempo.co. After conducting research, the results of the study prove that there were pros and cons of gays in the media. Pro groupsisfrom Komnas HAM. While the cons groups, which is from Depok Government, are against gays with religious values. It seems that the tempo not only frames the pros and cons, but also frames the LGBT governments policy and prevention plans as a cause of discrimination against gay groups.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Watney, Simon
London and New York: Routledge, 2000
362.196 WAT i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Citra Kartikasari
"ABSTRACT
Regensburg merupakan sebuah kota di Bavaria dengan masyarakat mayoritas
Katolik Roma yang dikenal dengan pandangannya yang konservatif, khususnya
terhadap isu queer. Meski demikian, setiap tahunnya Christopher Street Day (CSD)
yang merupakan festival utama komunitas queer berhasil diselenggarakan di kota
ini sebagai sebuah aksi politis. Dalam skripsi ini dibahas bagaimana pesan-pesan
politis disampaikan oleh organisator melalui berbagai bentuk representasi yang
tampak dalam lokasi, dekorasi, program maupun partisipan acara. Analisis dengan
menggunakan teori representasi dan encoding-decoding Stuart Hall (1997)
menunjukkan bahwa dalam CSD Regensburg, identitas queer direpresentasikan
sebagai kelompok subordinat yang menuntut hak-hak mereka sebagai masyarakat
dan warga negara. Selain itu, metode wawancara etnografis juga digunakan dalam
skripsi ini untuk melihat pentingnya CSD bagi masyarakat queer Bavaria dan
bagaimana pesan-pesan di dalamnya ditangkap dan dimaknai oleh para
pengunjung dari berbagai latar belakang

ABSTRACT
Regensburg is a city located in Bavaria with Roman Catholic majority which is
famous for the church?s conservative views particularly on queer issues. However,
the main queer festival Christopher Street Day (CSD) is held annually in this
place as a form of a political action. This thesis placed its focus on how the
organizer encoded the political messages using various forms of representations as
shown in the festival?s selected location, decoration, programs and participants.
The analysis using Stuart Hall?s Representation and Encoding-Decoding (1997)
theories has shown that in Regensburg CSD, queer identity is represented as the
subordinated minorities who fight for their equal rights as the part of society and
German citizen. Furthermore, the ethnographic interview method was used in this
research in order to find out the importance of this yearly event for Bavarian queer
and how the messages of CSD were decoded by festival guests of different
backgrounds."
2016
S66498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadissa Fadhila
"Penelitian ini membahas bagaimana seorang seniman gay di Indonesia dalam mengekspresikan identitasnya yang beragam melalui media sosial Instagram untuk melepaskan diri dari gambaran yang seringkali negatif dan salah yang telah terbentuk di masyarakat. Fokus penelitian ini adalah praktik mengunggah di media sosial Instagram yang dilakukan oleh seniman di Indonesia bernama Magistus Miftah dengan menggunakan simbol-simbol sebagai cara ia menyampaikan pesan dan opininya.  Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dan metode analisis semiotika sosial. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekspresi gender yang dilakukan oleh Magistus Miftah pada akun media sosial Instagram-nya digunakan  untuk beberapa hal. Hal yang paling menonjol terlihat adalah bagaimana Magistus Miftah yang berlatar belakang sebagai seorang seniman melalui unggahannya menunjukkan identitasnya secara total dengan menggunakan berbagai macam simbol. Dari analisis semiotika, ditemukan proses negosiasi identitas yang dilakukan Magistus Miftah. Selain itu dengan mengekspresikan dirinya di Instagram, Magistus Miftah mampu memperkuat identitasnya. Praktik menggunggah juga menjadi bentuk perlawanan stereotipe gay yang ada di Indonesia.

The research examine how an artists gay man in Indonesia try to express his diverse identities through social media Instragram and how  he try to unattached from a negative profiling and imagery of being a gay man that exist in society in Indonesia. The focus of this research is the practice of posting and uploading content in Instagram from Magistus Miftah, an Indonesian artist through symbols. This research is a qualitative research with descriptive design and social semiotics analysis. The result of this research conclude that gender expression that Magistus Miftah does through his social media, works as several things. The most standout is, he with background as an artist shows his identity in maximum way with using all kind of symbols. From semiotics analysis, researcher found that there is a process of identity negotiation. Also, as he expresses himself in Instagram, Magistus Miftah strengthen his identity. The practice of posting also became a way to fight the gay stereotype and negative image in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erzsalinda Ari
"Penulisan Tugas Karya Akhir ini bertujuan memberikan penggambaran tentang sejauh mana pengaruh kelompok teman sebaya atau peer group menyebabkan individu menjadi homoseksual. Gambaran diperoleh dengan mengetahui kehidupan individu melalui pembentukan diri dari masa kecil hingga dewasa. Dilihat juga kehidupan individu dalam keluarga dan pergaulan di dalam kelompok peer groupnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif terhadap dua orang informan yang memilih homoseksual sebagai jalan hidupnya. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam dan disertai pengamatan langsung terhadap kehidupan informan. Penulis menemukan bahwa faktor penyebab seseorang menjadi homoseksual sebagian besar dipengaruhi oleh kelompok sebaya atau peer group. Peer group merupakan pemicu timbulnya perilaku homoseksual yang tersembunyi dalam diri seseorang dengan memberikan pengalaman homoseksual terlebih dahulu. Pengalaman pertama tersebut yang mengantarkan laki-laki normal untuk mencari pengalaman homoseksual berikutnya. Aturan-aturan dan nilai-nilai yang tercipta di dalam kelompok sebaya ini dapat mempengaruhi individu di dalamnya untuk berperilaku sesuai dengan nilai kelompoknya. Begitu pula lingkungan yang homoseksual dapat dijadikan model atau contoh dari individu untuk menjadi seorang homoseksual."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S10602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilton-Morrow, Wendy
London: Routledge, 2015
306.76 HIL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ramirez-Valles, Jesus
"The aging of gay men is as revolutionary as the movements for gay liberation and AIDS. With the aging of the Baby Boomer generation, we are witnessing a new phenomenon: gay men entering old age. This event is transforming our views of old age; the composition of lesbian, gay, bisexual, and transgender communities; and the field of gerontology. Queer Aging addresses the timely question: What is like to be an older gay man? It brings the stories and the voices of a diverse group of men-black, Latino, and white-to uncover the aging experience and examine how race, AIDS, and age together are shaping the lives of these men.
"
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470460
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Isabella Sasqia Mulya
"Individu dengan orientasi homoseksual seringkali mendapatkan prasangka, diskriminasi, dan kekerasan berkenaan dengan orientasi seksual yang dimilikinya. Oleh karena itu, individu homoseksual mengalami salah satu stressor spesifik yaitu stres minoritas dalam bentuk stigma consciousness. Stigma consciousnessdan dukungan sosial secara konsisten berkaitan dengan kesehatan mental. Penelitian kali ini dilakukan untuk melihat efek mediasi dari persepsi terhadap dukungan sosial pada hubungan antara stigma consciousnessdan gejala depresi. Terdapat 295 partisipan dalam penelitian ini dengan kriteria; memiliki orientasi homoseksual, berusia minimal 18 tahun, dan warga negara Indonesia.
Analisis regresi berganda menggunakan PROCESS for SPSS model 4 menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini didukung data yaitu persepsi terhadap dukungan sosial memediasi secara penuh hubungan antara stigma consciousnessdan gejala depresi. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi indvidu homoseksual maupun masyarakat untuk memahami stres minoritas serta mengidentifikasi dukungan sosial yang dapat diberikan kepada individu homoseksual.

Homosexuals often get prejudice, discrimination, and violence regarding their sexual orientation. Therefore, homosexuals experience one specific stressor namely minority stress in the form of a stigma consciousness. Stigma consciousness and social support are consistently related to mental health. This research was conducted to investigate the mediating effects of perceived social support on the relationship between the stigma consciousness and depressive symptoms.There were 295 participants in this study with criteria; have a homosexual orientation, at least 18 years old, and an Indonesian.
Multiple regression analysis using PROCESS for SPSS model 4 shows that the hypothesis of this study is supported by data, that is perceived social support is fully mediated the relationship between the stigma consciousness and depressive symptoms. Based on the results of this study, it is important for homosexuals and community to understand the minority stress and identify social support that can be given to homosexuals.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>