Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
Cerf, Bennett A.
New York: Modern Library, 1944
823.08 CER f
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Dickens, Charles, 1812-1870
Jakarta: Mediakita, 2012
823.08 DIC g
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Anisah Hazimah Fithriyyah
"Film merupakan salah satu media yang dapat menyampaikan pesan atau merepresentasikan sesuatu. Film horor menjadi film yang menampilkan hal-hal yang ditakuti oleh manusia yang salah satunya yaitu makhluk supernatural atau gaib. Dalam mayarakat Uni Emirat Arab, jin dikenal sebagai makhluk supernatural atau gaib yang memiliki kekuatan dan banyak cerita tersendiri. Kemunculan film Djinn (2013) buatan Uni Emirat Arab menjadi salah satu upaya pereprsentasian dari sosok jin berdasarkan kepercayaan maupun cerita yang ada di masyarakat Uni Emirat Arab. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu elaborasi yang didukung dengan teori representasi dari John Fiske yang terdiri dari tiga level kode yaitu realitas, representasi, dan ideologi. Tujuannya adalah untuk menampilkan bagaimana representasi jin yang ada di dalam film serta alasan pemberian judul Djinn pada film tersebut. Hasil tulisan ini menunjukkan bahwa perepresentasian sosok jin yang ada di dalam film dibuat berdasarkan kepercayaan maupun urband legend atau cerita yang ada di masyarakat Uni Emirat Arab, demikian pula penamaan Djinn dalam judul yang sesuai berdasarkan dengan alur cerita yang ada di dalam film dan kepercayaan agama Islam terhadap jin selaku agama mayoritas di Uni Emirat Arab.
Film is one of the media that can convey a message or represent something. Horror films are films that display things that are feared by humans, one of which is supernatural or supernatural beings. In the United Arab Emirates society, jinn are known as supernatural or supernatural beings who have powers and many stories of their own. The appearance of the film Djinn (2013) made by the United Arab Emirates is one of the efforts to represent the figure of a genie based on beliefs and stories that exist in the people of the United Arab Emirates. The method used in this research is elaboration which is supported by the representation theory of John Fiske which consists of three levels of code, namely reality, representation, and ideology. The aim is to show how the representation of the genie in the film and the reason for giving the title Djinn to the film. The results of this paper indicate that the representation of the genie figure in the film is made based on beliefs or urban legends or stories that exist in the people of the United Arab Emirates, as well as the naming of Djinn in the appropriate title based on the storyline in the film and Islamic religious beliefs. against the jinn as the majority religion in the United Arab Emirates."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ahmad Sulton Ghozali
"Kesusastraan yang menggambarkan latar atau yang ditulis oleh pengarang dari Indonesia timur menjadi semakin penting seiring dengan kesadaran masyarakat mengenai kesenjangan di daerah tersebut. Tulisan ini memenuhi kebutuhan tersebut dengan membahas novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga karya Erni Aladjai. Novel tersebut menggambarkan masyarakat dalam lingkungan pertanian cengkih di Maluku yang hidup dalam toleransi dan terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan narasi pengucilan dan pemilihan tokoh hantu dalam novel tersebut, termasuk perannya dalam mediasi konflik ketika terbatas dengan kehadirannya sendiri. Penelitian ini menggunakan teori pendekatan sosiologi sastra dan teori konflik yang dilakukan dengan metode kualitatif dan berbasis studi pustaka. Penelitian ini menemukan bahwa tokoh hantu dalam novel tersebut digunakan untuk memberikan petunjuk terkait konflik, mendukung keefektifan cerita, memicu kesan emosional, dan menggambarkan sejarah penindasan pada masa kolonial. Meskipun dinilai sebagai pilihan yang abnormal, kehadiran hantu dalam narasi pengucilan membangun hubungan paralel untuk menyiratkan gagasan pengarang tentang kritik sosial atas sikap represif masyarakat dalam menyuarakan kebenaran dan terobsesi dengan mistikisme.
Literature that describes the setting or written by authors from eastern Indonesia is becoming increasingly important as there is public awareness of the gaps in this region. This paper fulfills this need by discussing the novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga by Erni Aladjai. The novel describes the people in the clove farming environment in Maluku who live in tolerance and openness. This study aims to describe the narrative of excommunication and selection of the ghost character in the novel, including its role in conflict mediation when limited by its presence. This research uses a sociological approach to literature and conflict theory which is carried out using qualitative methods and based on library studies. This study found that the ghost character in the novel used to provide clues regarding the conflict, deliver the story more effectively, trigger emotional impressions, and describe the history of oppression in the colonial period. Even as an abnormal choice, the presence of ghosts in the excommunication narrative builds a parallel relationship to implying the author's idea of social criticism about society's repressive attitude towards speaking the truth and obsessed with mysticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Winona Alma Della
"Pembahasan tentang hantu merupakan salah satu topik yang dapat diperbincangkan di mana saja dan kapan saja. Hantu dalam masyarakat dikenal sebagai suatu entitas yang memiliki nama dan karakteristik tertentu. Salah satu yang menarik untuk diteliti adalah pemaknaan dari nama hantu Jawa. Nama hantu Jawa dalam penelitian ini didapatkan dari artikel Alaming Lelembut dalam Majalah Panjebar Semangat tahun 2017-2019. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna nama hantu Jawa. Pemaknaan nama hantu Jawa didapatkan dengan menggunakan metode kualitatif dan teori analisis wacana Dijk (1980) dalam Renkema (2004) melalui 3 kaidah yaitu kaidah penghapusan, generalisasi, dan konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6 nama hantu Jawa yang dikenal yaitu, Banaspati, Sundel Bolong, Peri, Bajang Kerek, Gendruwo, dan Wewe Gombel. Dari keenam nama tersebut, ditemukan sebanyak 23 makna yang berbeda-beda dari satu hantu ke hantu yang lainnya dan 6 makna bersifat umum. Perbedaan makna pada nama-nama hantu Jawa tersebut disebabkan oleh pengaruh dari ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran masyarakat Jawa yang detil dan teliti.
The discussion of ghosts is one of the topics that can be discussed anywhere and anytime. Ghosts in society are known as entities that have certain names and characteristics. One of the interesting things to research is the meaning of the Javanese ghost name. The name of Javanese ghost in this study was obtained from the article Alaming Lelembut in Panjebar Semangat Magazine in 2017-2019. This research aims to describe the meaning of Javanese ghost names. The meaning of Javanese ghost names was obtained using qualitative methods and Dijk’s (1980) theories of discourse analysis in Renkema (2004) through 3 rules, namely the rules of elimination, generalization, and construction. The results showed that there are 6 known Javanese ghost names, namely, Banaspati, Sundel Bolong, Peri, Bajang Kerek, Gendruwo, and Wewe Gombel. From those 6 names, there are 23 different meanings from one ghost to another and 6 meanings are general. The difference in meaning in the names of Javanese ghosts is caused by the influence of ideas or ideas contained in the minds of Javanese people who are detailed and meticulous."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Schwartz, Alvin
New York: Harper Trophy, 1991
813.54 SCH s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Widi Yarmto
Jakarta: Andal Krida Nusantara, 2005
813 WID p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Anisa Umairah
"Jurnal ini membahas mengenai upacara pernikahan arwah yang terjadi dalam masyarakat Cina tradisional. Mempelai dari prosesi pernikahan ini adalah orang yang sama-sama sudah meninggal atau orang yang sudah meninggal menikah dengan orang yang masih hidup.Dalam konsep kehidupan masyarakat Cina, Yin dan Yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Setiap orang memiliki jiwa yang baik dan buruk, jiwa-jiwa tersebut setelah meninggal memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia yang masih hidup, maka keluarga yang masih hidup akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan leluhur atau kerabat yang meninggal terdahulu. Salah satunya adalah dengan melaksanakan pernikahan arwah. Peneltian ini secara khusus membahas apa saja yang menjadi latar belakang terjadinya pernikahan arwah dan bagaimana pernikahan ini dilaksanakan dalam masyarakat Cina.
This journal talks about the ghost marriage that occurs in traditional Chinese society. The bride and the groom of this marriage is a person who is both dead or in some cases, a deceased person married to a living person. In the concept of Chinese society life, Yin and Yang is closely related to human life. Everyone has a good and bad soul, the dead souls have the same needs as the living souls, hence the family of the dead souls will try to fulfill the needs of ancestor or relatives who died earlier. One of them is to carry out the ghost marriage. This research is focuses on the background of the ghost marriage and how this marriage is done in Chinese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Stroud, Jonathan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016
823.92 STR s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sara Wijayanto
Jakarta: Elex Media Komputindo , 2022
899.221 SAR w
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library