Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Ajeng Sasha Sepasthika Suryometaram
"Perburuan dan perdagangan merupakan salah satu ancaman yang dihadapi oleh owa jawa. Solusi untuk melestarikan owa jawa yang diperdagangkan dan dijadikan peliharaan adalah dengan rehabilitasi dan reintroduksi. Reintroduksi jarang terjadi sehingga informasi mengenai adaptasi pasangan owa jawa yang lahir di alam tetapi dibesarkan di luar habitat masih sedikit. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui ikatan pasangan (pair-bond) dan area jelajah pasangan owa jawa yang telah direhabilitasi dalam upaya adaptasi di alam liar. Ikatan pasangan dan area jelajah dapat dijadikan parameter kesuksesan reintroduksi. Data ikatan pasangan diambil menggunakan metode focal-animal sampling, sedangkan area jelajah ditentukan berdasarkan koordinat GPS. Pembentukan ikatan pasangan (pair-bonding) dapat diketahui berdasarkan intensitas perilaku sosial dan seksual antar pasangan. Berdasarkan pengamatan selama penelitian ini, ikatan pasangan (pair-bond) merenggang setelah pelepasliaran berlangsung sehingga pasangan berpisah. Jarak jelajah harian Sadewa (jantan) dan Kiki (betina) berbeda, yaitu Sadewa berkisar 0,86--2,13 km, sedangkan Kiki antara 0,95--1,86 km. Area jelajah Sadewa dan Kiki berbeda yaitu Sadewa 16,386 hektare, sedangkan Kiki 7,309 hektare. Perbedaan inidapat disebabkan oleh pengaruh kedekatan jarak dengan manusia dan kecepatan gerak individu

Hunting and trafficking are major threats for javan gibbons existance. Effective strategies to conserve this species are through rehabilitation and reintroduction, especially for traded and kept as pets javan gibbons. However, it was rarely conducted, thus the information of wild-born captive-raised javan gibbon adaptation in the wild is still limited. The aim of this study was to determine the rehabilitant javan gibbon’s pair-bond and ranging area during their adaptation in the wild. Pair-bond and ranging area could be used to estimate the success of failure of a reintroduction program. Pair-bond activities was recorded using focalanimal sampling method and ranging area was calculated based on recorded GPS coordinates. Pair-bonding was determined based on the intensity of the pair’s social and sexual behavior. Pair-bond was observed to be weakened after the release took place, resulted in the pair split up. The daily path range of Sadewa (male) and Kiki (female) were different, Sadewa traveled between 0.86--2.13 km daily, while Kiki traveled 0.95--1.86 km. The ranging area of Sadewa and Kiki were also different, Sadewa 16.386 ha and Kiki 7.309 ha. The differences in both daily path range and ranging area might be influenced by the proximity to humans and the individual’s agility."
Universitas Indonesia, 2014
S54341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitryana Rahayu
"Program rehabilitasi owa jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Javan Gibbon Center (JGC) bertujuan untuk memulihkan kondisi kesehatan dan perilaku sebelum direintroduksi ke alam liar. JGC telah mereintroduksi pasangan owa jawa Sadewa dan Kiki pada Juni 2013 di Gunung Puntang, Pegunungan Malabar, Bandung Selatan. Akan tetapi, Sadewa dan Kiki berpisah setelah direintroduksi. Berpisahnya pasangan yang telah direintroduksi diduga karena kurang kuatnya pair bonding antarpasangan. Penelitian mengenai perilaku pasangan owa jawa telah dilakukan di JGC dengan menggunakan metode scan sampling dan ad libitum sampling terhadap 10 owa jawa. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober--November 2013 sejak pukul 06.00--16.00 wib dengan interval pengambilan data 5 menit. Perilaku pasangan yang diamati meliputi perilaku sosial (afiliatif dan agonistik), proximity, vokalisasi, dan perilaku harian (locomotion, makan, istirahat, stereotypic behavior, dan perilaku lainnya). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa P2 memiliki perilaku sosial tertinggi (9,03% ± 0,29), kemudian P1 (4,16% ± 0,19), P3 (0,97% ± 0,09), dan Adhy-Cika (0,83% ± 0,09), namun P1 memiliki pair bonding yang lebih kuat karena telah berhasil melakukan kopulasi dan memiliki anak. P1 dan P2 memiliki persentase aktivitas harian dan sosial yang tidak jauh berbeda dengan Sadewa- Kiki dan Septa-Echi yang sudah direintroduksi, sehingga penyebab berpisahnya Sadewa-Kiki bukan karena tidak memiliki pair bonding.

Rehabilitation program in Javan Gibbon Center (JGC) aims to restore physical and behavior condition before release. JGC has reintroduced Sadewa and Kiki on June 2013 in Puntang, Malabar, South Bandung, but they split after reintroduced. Separation of the pair of gibbon after release occurred due to lack of pair bonding. Study about behavioral and pair bonding of javan gibbon in rehabilitation center was conduct on October--November 2013 at the JGC. Data were collected from 06 am to 04 pm using 5-min scan sampling to record social behavior (positive affiliation and agonistic), proximity, vocalization, and daily activities (locomotion, feeding, resting, & stereotypic behavior). The result from this observation indicate that P2 has a higher social activities than P1, but P1 have a strong pair bonding, because they succeeded copulation and give birth an offspring. From this study I conclude that P1 and P2 have a similar percentage of social behavior and daily activities with Sadewa-Kiki and Septa-Echi, pair bonding is not the cause of the split."
2014
S54456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adistia Nurmalasari
"Owa kelawat (Hylobates muelleri Martin, 1841) merupakan spesies endemik Kalimantan yang tergolong sebagai spesies terancam punah. Spesies ini hidup dalam kelompok kecil beranggotakan empat individu dengan sistem monogami sosial yang mendukung pola pengasuhan biparental. Keluarga owa kelawat di Gembira Loka Zoo ditempatkan dalam kandang terpisah karena adanya barrier fisik antarkandang. Penelitian sebelumnya terhadap spesies ini pernah dilakukan pada individu betina. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian untuk melengkapi informasi mengenai strategi keluarga owa kelawat dalam kondisi kandang terpisah, dengan fokus pada perilaku individu jantan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku sosial individu jantan owa kelawat terhadap betina dan anak yang dipisahkan oleh barrier fisik di Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. Subjek penelitian ini terdiri atas individu jantan sebagai subjek utama yang dikandangkan secara terpisah dari individu betina dan anak yang dikandangkan bersama. Metode yang digunakan adalah focal animal sampling dan ad libitum sampling, dengan total 30 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu jantan memperlihatkan perilaku sosial terhadap betina dan anak sebagai bentuk strategi dalam mempertahankan hubungan sosial. Perilaku sosial afiliatif yang teramati meliputi positive approach, proximity, allogrooming, dan body contact. Proximity merupakan perilaku dengan durasi tertinggi di antara keempat perilaku yang teramati, dengan alokasi 66,11% terhadap anak dan 33,89% terhadap betina. Perilaku vocalization dan aggression tidak ditemukan selama pengamatan. Adapun perilaku pengasuhan oleh induk jantan terhadap anak meliputi playing (88,72%) dan following (11,28%). Perilaku food sharing tidak teramati selama pengamatan. Seluruh hasil yang diperoleh merupakan akibat dari inisiatif individu jantan.

Muller’s gibbon (Hylobates muelleri Martin, 1841) is an endemic species of Kalimantan and is classified as endangered. This species lives in small family groups of around four individuals and exhibits a social monogamy system supporting biparental care. The Muller’s gibbon family at Gembira Loka Zoo is housed in separate enclosures due to physical barriers between the cages. Previous studies on this species have focused on female individual. Therefore, this research was conducted to complement existing information by examining the behavioral strategies of a Muller’s gibbon family in a separated enclosure, focusing on the male. The research aimed to analyze the social behavior of the male Muller’s gibbon toward the female and offspring, separated by a physical barrier at Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. The subjects of this research consisted of a male gibbon as the primary subject housed separately from a female and offspring housed together. The observation methods used were focal animal sampling and ad libitum sampling, with 30 repetitions. The results showed that the male exhibited social behavior toward the female and offspring as a strategy to maintain social bonds. Observed affiliative behaviors included positive approach, proximity, allogrooming, and body contact. Among these, proximity had the highest duration, with 66.11% directed toward the offspring and 33.89% toward the female. Vocalization and aggression were not observed. As for paternal care, the male exhibited playing (88.72%) and following (11.28%). Food sharing was not recorded. All observed results were initiated by the male."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library