Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sismai Herni
"Penelitian ini dilakukan berawal dari maraknya upaya pemerintah untuk meningkatkan sumberdaya manusia agar memperoleh manuasia yang unggul melalui sekolah unggulan yang hampir merata di setiap propinsi di Indonesia. Sementara itu negara kita sedang dilanda krisis moneter yang mengakibatkan banyak dari orang tua anak sekolah yang di PHK dan kehilangan pekerjaan, sehingga banyak diantara anak-anak mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan sewajarnya sesuai dengan UUD 1945 dan Undang-Undang Repoblik Indonesia no 2 tahun 1989. Menurut Wardiman Djojonegoro dalam Utami Munandar dan Conny Semiawan ( 1996) bahwa jumlah anak berbakat secara khusus tingkat pendidikan dasar adalah 2 % dari 30 juta anak ( 600.000) orang.
Anak-anak tersebut belum seluruhnya tertampung di kelas unggul/ sekolah unggul. Anak berbakat ini membutuhkan pelayanan pendidikan minimal sama dengan siswa unggul di SMU Unggulan. Disisi lain penulis melihat latar belakang orang tua ( ibu ) juga memberikan dukungan untuk menciptakan sumberdaya manusia yang unggul, terutama pada anak berbakat dikelas unggul tingkat SLTP. Faktor -- faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya dilihat dari budaya daerah, tingkat pendidikan ibu, status sosial ekonomi orang tua, peranan dan sikap orang tua terhadap pendidikan anak berbakat.
Penelitian ini diadakan di empat SLTP N Bukittinggi, sampel penelitian adalah anak berbakat di kelas dua unggul, dan orang tua mereka ( ibu). Anak berbakat dipilih dengan melakukan identifikasi anak berbakat dengan menggunakan tiga buah tes, TIKI - M Bentuk Pendek, TKV Paralel 1 dan Task Commitment. Siswa yang terpilih sebagai anak berbakat adalah yang memiliki IQ, CQ diatas rata-rata dan task Commitment tinggi. Pada anak berbakat juga diambil data pribadi melalui daftar isian, nilai rapor kelas I dan NEM ketika masuk SLIP.
Kemudian, kepada orang tua anak berbakat diberikan kuesioner Status Sosial Ekonomi, Skala peranan dan sikap orang tua, Daftar isian data orang tua. Sistem keluarga masyarakat di tempat penelitian ini , berbentuk matrilineal, dimana garis keturunan berdasarkan pada garis ibu, yang berbeda dengan suku lainnya di Indonesia dan satu - satunya sistem keluarga martrilineal yang ada di Indonesia. Keluarga di Bukitinggi (Minangkabau) ini sangat dipengaruhi oleh adat istiadat dimana dalam kehidupannya berdasarkan " Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah " yang masih dianut sampai saat ini.
Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai. Analisis butir dilakukan dengan metode skala Likert. Reliabelitas dan validitas setiap item, digunakan rumus Cronbach's Alpha. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara latar belakang ibu dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul SLTP N Bikittinggi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran anak berbakat sesuat karakteristik keluarga anak berbakat; melihat gambaran umum oarang tua (ibu) anak berbakat sesuai dengan karakteristik keluarga anak berbakat; melihat hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi anak berbakat; melihat hubungan SES orang tua dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul; melihat hubungan antara peranan ibu dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul,; melihat hubungan antara sikap ibu dengan prestasi belajar anak berbakat; melihat hubungan bersama antara pendidikan ibu, SES orang tua, peranan dan sikap ibu terhadap prestasi belajar anak berbakat; melihat sebereba besar sumbangan dari pendidikan ibu, SES orang tua, peranan dan sikap ibu pada prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, SES orang tua dan peranan orang tua dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul. Tetapi sikap ibu tidak berhubungan dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul. Bila dilihat besar sumbangan dari keempat variabel, maka peranan ibu memeberikan sumbangan yang besar sekali pada prestasi belajar anak berbakat, kemudian SES orang tua dan pendidikan ibu memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat. Tetapi sikap ibu, tidak memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat.
Saran yang dikemukakan dalam penelitian lanjutan : Penempatan siswa di kelas unggul tingkat SLTP N, perlu diidentifikasikan dengan menggunakan tes TIKI-M, Betuk Pendek, TKV, dan Task Commitment, agar diperoleh anak-anak yang betul-betul berbakat / unggul ; Perlu memberikan informasi pada anak berbakat tentang keberbakatnya, agar mereka dapat mengembangkan motif intrinsik dan merealisasikan bakat mereka ; Para orang tua perlu diberitahukan tentang keberbakatan dan prestasi anak berbakat di sekolah agar mereka dapat memahami dan memberikan bimbingan untuk mengembangkan bakat dan prestasi anak berbakat. ;Antara ibu dan sekolah perlu menciptakan kerjasama yang baik untuk membantu perkembangan bakat dan prestasi anak berbakat; Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas tentang anak berbakat, untuk mengembangkan potensi anak berbakat agar berkembang secara maksimal."
Lengkap +
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Gifted visual-spatial laearners is one of categories of gifted children that has been ovelooked and under diagnosed. Linda Kreger Silverman (1995;2002) defined Gifted Visual spatial learner as those highly intelligence children (gifted) with special developmental pattern and characteristics. Their strenghts are the visual - spatial ability and gestalt cognitive style. They learn better visually that auditory. They learn all-at-once, and when they got the concept, the learning is permanent. Gifted children with visual-spatial learning style often have asynchronous developmental pattern and tend to have speech and language expressive disorder, or more commonly known as a specific Language Impairment (SLI) or Pure Dysphasic Development. These unique developmental characteristic often cause problems generally worsen without proper assistance and strategies of intervention. They also often misdiagnosed under the label of high function autism, ADHD and / or learning disabilities. A collaborative diagnostic with a long term continual observation and special approach is needed to help this population."
Lengkap +
150 PJIP 1:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Zahdi Sjaaf
Depok: Universitas Indonesia, 1980
S2086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fivianty Wijaya
"ABSTRAK
Perhatian pada sumber daya manusia mendukung dan mendorong diberikannya
perhatian khusus bagi anak-anak yang berbakat. Anak berbakat adalah mereka yang
karena kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi.
Namun tidak semua anak berbakat dapat berprestasi setara dengan potensinya. Mereka
disebut anak berbakat yang berprestasi kurang (ABPK) atau underachiever, yaitu
seseorang yang berprestasi dibawah taraf kemampuannya. Bahkan di antara mereka
ada yang putus sekolah.
Faktor-faktor penyebab seseorang menjadi ABPK dapat ditinjau dari keadaan
kelas di sekolah, latar belakang lingkungan keluarga, dan kepribadiannya. Pada
karakteristik kepribadiannya, yang paling sering ditemukan adalah anak yang
mempunyai harga diri (self-esteem) yang rendah (Fine & Pitts, 1980, Rimm, 1983,
Whitmore, 1980 dalam Davis & Rimm, 1985). ABPK tidak percaya bahwa dirinya
mampu melaksanakan apa yang diharapkan orang tua dau guru mereka. Berkaitan
dengan hal ini, mereka mempunyai kontrol terhadap diri yang rendah. Bila gagal,
mereka akan menyalahkan kurangnya kemampuan mereka., dan bila berhasil mereka
akan mengatribusikannya sebagai keberuntungan. Berbeda dengan anak berbakat yang
berprestasi (ABP), mereka mempunyai kontrol terhadap diri secara internal. Mereka merasa bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan mereka dan merasa
mampu mengontrol nasib sendiri (Milgrain & Milgram, 1976; Weiner, 1980 dalam
Utami Munandar, 1995).
Weiner dkk (1979) menjelaskan adanya tiga dimensi atribusi kausal yaitu
dimensi fokus (internal-eksternal), dimensi stabilitas (stabil-tidak stabil) dan dimensi
kontrolabilitas (terkontrol-tidak terkontrol). Ia juga menyatakan bahwa harapan
seseorang tentang keadaan yang akan datang dapat ditentukan oleh bagaimana
kestabilan dari atribusi kausal seseorang. Misalnya seseorang gagal dalam suatu ujian.
Bila ia mengatribusikan kegagalannya stabil, maka untuk ujian berikutnya ia akan
memperkirakan gagal lagi. Tetapi bila ia mengatribusikannya kegagalannya tidak stabil,
maka untuk ujian berikutnya ia akan mengharapkan berhasil.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah ?Bagaimana gambaran atribusi kausal
atas keberhasilan dan kegagalan dari anak berbakat yang berprestasi (ABP) dan yang
berprestasi kurang (ABPK) pada SMU Unggulan?"
Dari penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab
permasalahan yaitu Gambaran atribusi kausal atas keberhasilan dari ABP adalah
internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi kausal atas keberhasilan dari
ABPK adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi kausal atas
kegagalan dari ABP adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi
kausal atas kegagalan dari ABPK adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Bila
dilihat kemungkinan penyebab yang dikemukakan Weiner, adalah usaha yang
dilakukan untuk tugas-tugas tertentu. Misalnya, tugas untuk nilai rapor, guru yang
memberi tugas pemarah, ada hukuman yang diberikan dan sebagainya."
Lengkap +
1996
S2562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Freyani Hawadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan skala identifikasi anak berbakat yang bisa digunakan oleh orang bukan psikolog di Sekolah Dasar serta melihat ketepatan peramalan dari skala identifikasi anak berbakat dalam membedakan kelompok anak berbakat dengan kelompok anak tidak berbakat. Keberadaan anak berbakat tidak saja diakui oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara namun juga oleh Undang-Undang No.2 Tahun1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pengertian anak berbakat yang digunakan adalah mengacu pada definisi anak berbakat dari United States Office of Education (USOE) dan konsep keberbakatan dari Renzulli.
Melalui definisi anak berbakat dari USOE diperoleh pemahaman adanya berbagai pengertian "berbakat" dan salah satunya yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbakat dalam bidang intelektual. Sedangkan dari konsep keberbakatan Renzulli diperoleh pemahaman bahwa yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang memenuhi persyaratan pada tiga aspek yaitu aspek inteligensi umum di atas rata-rata, kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas.
Proses awal identifikasi yang lazim digunakan adalah menggunakan tes inteligensi namun cara ini dianggap memakan biaya, waktu dan tenaga. Untuk itu ada cara lain yang dianjurkan adalah cara metode majemuk yang merupakan kombinasi dari penggunaan tes inteligensi dengan observasi dan studi kasus yang diperoleh dari sumber-sumber di sekitar anak. Melalui cara metode majemuk diharapkan bahwa proses identifikasi bagi anak berbakat di Indonesia akan menjadi lebih mudah. Alat identifikasi yang dikembangkan dan disusun dalam penelitian ini meliputi Skala Nominasi oleh Guru, Skala Nominasi oleh Teman Sebaya dan Skala Nominasi oleh Diri Sendiri.
Sampel penelitian terdiri dari 1975 murid Sekolah Dasar kelas 4,5 dan kelas 6 Sekolah Dasar negeri maupun Sekolah Dasar Swasta yang ada di Wilayah DKI Jakarta. Melalui penjaringan yang dilakukan dengan tes inteligensi CFIT Skala 2B dan diikuti oleh tes yang mengukur keberbakatan Renzulli yaitu tes inteligensi WISC-Adapatasi Indonesia, tes kreativitas TKF dan Skala Pengikatan diri terhadap tugas diperoleh sebanyak 67 anak berbakat. Kriteria keberbakatan yang ditetapkan adalah taraf inteligensi 120 ke atas, taraf kreativitas 110 ke atas dan taraf pengikatan diri terhadap tugas 132 ke atas.
Hipotesis penelitian yang ditegakan mencakup adanya hubungan yang positif dan bermakna antara masing-masing skala identifikasi anak berbakat dengan variabel keberbakatan dan adanya nilai rata-rata pada masing-masing skala identifikasi anak berbakat dari kelompok anak berbakat secara bermakna lebih tinggi dari pada kelompok anak tidak berbakat.
Disamping hipotesis, penelitian juga ingin menjawab pertanyaan deskriptif yang menyangkut besarnya ketepatan peramalan dari ketiga skala identifikasi anak berbakat di atas dan alat identifikasi anak berbakat manakah yang mempunyai bobot yang besar dalam membedakan kelompok anak berbakat dengan kelompok anak tidak berbakat."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1993
D101
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarni Catur Utami Munandar
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999
153.35 MUN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Trini S. Soemarko
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Conny R. Semiawan
Jakarta: Kencana Prenada Media Graoup, 2010
371.9 CON k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
JPK 16(1-3)2010 ed.khusus
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>