Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johannes Salim
Abstrak :
Virus influenza A subtipe H1N1 menjadi perhatian kesehatan global karena memiliki patogenisitas yang tinggi disebabkan gen penyusunnya berupa RNA yang mudah mengalami mutasi. Pengobatan dengan antiviral (oseltamivir dan zanamivir) adalah salah satu upaya untuk mencegah pandemik influenza, namun terjadi resistansi terhadap obat antiviral tersebut. Resistansi ini sudah diatasi dengan penemuan laninamivir. Laninamivir terbukti mampu menginhibisi aktivitas neuraminidase virus influenza A dan B, termasuk subtipe N1 sampai N9 dan virus yang resistan terhadap oseltamivir. Penelitian ini akan dilakukan drug design berbasis laninamivir, hal ini disebabkan laninamivir dapat menghambat kerja neuraminidase secara efektif, sehingga hasil modifikasi dari laninamivir dapat menghambat kerja neuraminidase lebih efektif daripada laninamivir itu sendiri. Proses molecular docking dilakukan untuk mendapatkan 3 ligan terbaik dari 336 ligan modifikasi. Hasil molecular docking menunjukkan bahwa AM3G1, CA3G1 dan F1G2 memiliki energi bebas ikatan dan interaksi yang lebih baik daripada standar. Selanjutnya dari hasil analisis toxicological properties secara keseluruhan ligan AM3G1, CA3G1, dan F1G2 tidak bersifat carcinogen dan mutagen. ......Influenza A virus subtype H1N1 becomes a global concern because it has high pathogenicity, due to the constituent genes of the virus is RNA. Treatment with antiviral (oseltamivir and zanamivir) is the way to prevent pandemic influenza, but influenza virus resistance to antiviral drugs. This resistance has been overcome by laninamivir. Laninamivir proved able to inhibit neuraminidase activity of influenza A and B viruses, including subtypes N1 to N9 and viruses resistant to oseltamivir. This research was conducted to modify laninamivir-based drug design, so that results of modified laninamivir can inhibit neuraminidase more effective than laninamivir itself. Molecular docking was conducted to get 3 best ligand modifications from 336 modifications. Results of molecular docking indicated that AM3G1, CA3G1 and F1G2 have interaction and free binding energy better than standards. Furthermore, the analysis of toxicological properties of the ligand AM3G1, CA3G1, and F1G2 shown that the ligands have noncarcinogen and non-mutagen.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S147
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdhan
Abstrak :
Salah satu faktor yang berperan dalam infeksi virus influenza A adalah adanya kecocokan antara Hemagglutinin (HA) dari virus dengan reseptor permukaan sel clari host. Permukaan sel host mengandung gugus terminal sialyl-galactosyl [Sia(oi2-3)Gal] atau [Sia(oi2-6)Gal]. Virus Influenza A yang berasal dari unggas cenderung berikatan clengan Sia(oi2-3)Gal sedangkan yang berasal dari isolat manusia cenderung berikatan dengan Sia(oi2-6)Gal. Hasil Alignment subtipe H1 N1 menunjukan banwa diperlukan mutasi asam amino pada posisi 190 clan 225 menjacli Asam Aspartat pacla Hemagglutinin untuk mengenali reseptor Sia(oi2-6)Gal sedangkan pada subtipe H2N2 dan H3N2 memerlukan mutasi asam amino pada posisi 226 dan 228 menjadi Leusin dan Serin. Berdasarkan analisis mutasi terhadap HA subtipe H1 N1, H2N2, clan H3N2 yang telah menjadi pandemik, dapat diperkirakan banwa Hernagg/utinnin subtipe H5N1 memerlukan mutasi pada posisi 190 dan 225 menjadi Asam Aspartat pada HA untuk mengenali reseptor Sia(oi2-6)Gal. Kemungkinan lain adalah memerlukan mutasi asam amino pada posisi 226 dan 228 menjacli Leusin dan Serin. Metode simulasi molecular docking mampu membentuk kompleks antara Hemagglutinin dengan Reseptor Sia(oi2-6)Gal dan Sia(oi2-3)Gal. Berdasarkan nasil kompleks yang terbentuk metode simulasi molecular docking berhasil mengidentifikasi spesifitas Hemagglutinin terhadap Sia(oi2-3)Gal atau Sia(oi2-6)Gal
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30488
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Harganingtyas
Abstrak :
Pada tahun 2009, flu babi kembali menyerang berbagai negara di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah virus influenza A H1N1 sebagai pandemi global pada 11 Juni 2009. Setidaknya ada sekitar 18.449 orang di seluruh dunia yang meninggal akibat serangan virus ini. Kemudian pada tanggal 10 Agustus 2010 Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengumumkan pandemi flu babi di dunia telah berakhir dan berganti menjadi fase post pandemic Fase post pandemic ini fase paling tepat untuk menemukan antiviral yang dapat mengatasi infeksi virus ini. Salah satu antiviral yang telah ada yaitu amantadine dan rimantadine dilaporkan telah mengalami resistansi. Oleh karena itu perlu ditemukan antiviral baru untuk menggantikan amantadine dan rimantadine sebagai inhibitor protein M2 channel virus influenza A H1N1. Belakangan dilaporkan bahwa senyawa (1R,2R,3R,5S)-(-)-isopinocampheylamine memiliki kemampuan untuk menginhibisi protein M2 channel virus influenza A H1N1. Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi (1R,2R,3R,5S)-(-)-isopinocampheylamine secara in silico untuk mendapatkan inhibitor yang lebih baik. Terhadap protein M2 channel, dilakukan docking dengan tiga inhibitor standar dan 52 inhibitor modifikasi, serta dilakukan drug scan terhadap modifikasi inhibitor. Hasil docking didapatkan 3 inhibitor modifikasi terbaik yang mempunyai afinitas ikatan dan potensi inhibisi yang lebih baik dibanding ligan standar. Berdasarkan analisa drug scan, inhibitor modifikasi mempunyai sifat farmakologi yang baik, ditunjukkan oleh nilai drug likeness, drug score, bioavailabilitas oral, dan toksisitas. ......In 2009, swine flu attacked various countries in the world. World Organization (WHO) set a pandemic of influenza A H1N1 virus as a global pandemic on June 11, 2009. At least there are approximately 18,449 people worldwide who die from this virus attack. Then on August 10, 2010 World Health Organization (WHO) officially announced the swine flu pandemic in the world has ended and changed into post-pandemic phase. Post-pandemic phase is the most appropriate phase to find antiviral that can overcome the infection with this virus. One of the existing antivirals amantadine and rimantadine are reported to have experienced resistance. Therefore it is necessary to find new antiviral to replace amantadine and rimantadine as the M2 channel protein inhibitor of influenza A H1N1 virus. Later it was reported that compound (1R, 2R, 3R, 5S )-(-)- isopinocampheylamine have the ability to inhibit channel M2 protein of influenza A H1N1 virus. This research will be modified (1R, 2R, 3R, 5S )-(-)-isopinocampheylamine in silico to obtain better inhibitors. Against the M2 protein channel, performed three inhibitor docking with standard and 52 inhibitors modifications, and also done a drug scan for modifications inhibitor. Docking results obtained three best binding affinity of modifications inhibitor and its potency of inhibition is much better than standard ligands. Based on drug analysis scan, the inhibitor of modification has a good pharmacological properties, indicated by the value of drug-likeness, drug score, oral bioavailability, and toxicity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S49
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trisna Vidia Putri
Abstrak :
Avian flu dan swine flu merupakan penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang hidung, tenggorokan, bronkus, dan terkadang paru-paru. Infeksi yang disebabkan mulai dari penyakit ringan, berat, dan bahkan kematian. Peristiwa genetic reassortment dapat membentuk suatu virus baru yang merupakan gabungan kemampuan dari virus avian flu dan swine flu yang disebut mutant-type flu. Pengobatan dengan obat antiviral digunakan untuk proses penyembuhan ketiga penyakit tersebut. Untuk mengetahui model penyebaran penyakit tersebut, digunakan model epidemi SIR beserta analisa titik keseimbangan, kestabilan, dan basic reproduction number R0 dengan metode pendekatan Next Generation Matrix NGM. Pendekatan pada model menggunakan model deterministik dengan sistem persamaan diferensial berdimensi tujuh. Kajian analitik dan numerik digunakan untuk interpretasi pada hasil yang diberikan oleh model. Dari hasil kajian tersebut, diperoleh 3 nilai basic reproduction number yang menjadi faktor penentu bertahannya penyakit avian flu dan swine flu di lingkungan. ......Avian flu and swine flu are respiratory infectious diseases caused by influenza viruses that attack the nose, throat, bronchus, and sometimes the lungs. Infections caused from mild, severe, and even death. The genetic reassortment can produce a new virus that is a combination of avian flu and swine flu viruses called mutant type flu. Treatment with antiviral drugs is used for the healing process of these diseases. To find out the model of the spread disease, SIR epidemic model used with the analysis of the equilibrium point, stability, and basic reproduction number R0 with the Next Generatin Matrix NGM approach. The model approach uses a deterministic model with a seven dimensional differential equation system. Analytic and numerical studies are used for the interpretation of the results provided by the model. From the result of the study, we get 3 values of basic reproduction number which becomes the determinant factor for the survival of avian flu and swine flu diseases in the environtment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library