Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tony Suharsono
"Penurunan toleransi latihan dan sesak nafas merupakan manifestasi klinis utama gagal jantung. Kondisi ini menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional dan kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak HBET terhadap kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien gagal jantung. Desain penelitian ini adalah quasi experiment, pre-post with control group. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling, didapatkan 23 responden yang terbagi menjadi 11 responden kelompok kontrol dan 12 responden kelompok intervensi. Pengumpulan data kapasitas fungsional dilakukan dengan 6MWT dan kualitas hidup menggunakan MLHFQ.
Hasil pengukuran didapatkan perbedaan yang signifikan kapasitas fungsional dan kualitas hidup sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok. Hasil analisis kapasitas fungsional dan kualitas hidup setelah perlakuan antara kelompok kontrol dan intervensi tidak didapatkan perbedaan yang signifikan, walaupun kelompok intervensi mempunyai mean kapasitas fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, HBET dapat digunakan sebagai modalitas keperawatan bagi pasien gagal jantung. HBET hendaknya dijadikan bagian integral dari management gagal jantung setelah keluar dari rumah sakit.

A reduced exercise tolerance and shortness of breathing are the main clinical manifestations in patient with heart failure. These conditions cause patient's inability to do their daily activities and lead to reduce functional capacity and quality of life. The aim of this study was to identify the impact of the home based exercise training to functional capacity and quality of life of heart failure patient. It used quasy experimental study design pre-post with control group, recruited 23 respondents with purposive sampling technique. They were divided into two groups, 11 respondents as control group and 12 respondents as experimental group. Functional capacity was obtain through observation of six minute walk test, quality of life data were collected by Minessota Living with Heart Failure Questionaire.
The result showed that there was a significant difference of functional capacity and quality of life before and after intervention in both groups. Statistically, the result of functional capacity and quality of life data analysis after intervention showed that there wasn't significant difference in both groups, although the experimental group has a higher mean data of functional capacity and quality of life. Based on this study, HBET could be used as nursing modality for patient with heart failure. HBET should be integrated with heart failure management after discharging from hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Budiyarti
"Gagal jantung kongestif merupakan suatu kondisi ketidakedukuatan jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh. Faktor penyebab berasal dari faktor intrinsik dan ektrinsik dimana salah satu faktor ektrinsik adalah gaya hidup tidak sehat yang banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan. Manifestasi klinis gagal jantung salah satunya adalah sesak nafas dan kelelahan ketika beraktivitas. Karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menganalisis implementasi latihan aktivitas pada pasien dengan gagal jantung yang dikemas dalam home based exercise training dalam mengatasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas. Implementasi ini dilakukan pada Tn. Mu (77 th) yang dirawat selama tujuh hari di ruang rawat penyakit dalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Evaluasi tindakan keperawatan home based exercise training menunjukkan bahwa level toleransi pasien meningkat setiap harinya dan keluhan pusing, sesak nafas, serta kelelahan selama beraktivitas berkurang.

Congestive heart failure is a condition when heart can not pump the blood adequately throughout the body. The etiology of congestive heart failure comes from intrinsic and extrinsic factors where one of extrinsic factors is the unhealthy lifestyle which is found in many urban communities. One of clinical manifestations of CHF is shortness of breath and fatigue while doing activity. The aim of this paper was to analyze the implementation of home based exercise training as alternative training to resolve activity intolerance in patient with heart failure. The exercise were implemented during a week in internal disease treatment room, Melati Atas RSUP Persahabatan. The nursing evaluation of home based exercise training showed that the patient's tolerance level increasing every day and no symptom of dizziness, shortness of breath, and reduced fatigue during exercise.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astutiningrum PD
"Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gaya hidup kurang sehat yang sering ditemukan pada masyarakat perkotaan dapat menjadi penyebab gagal jantung kongestif. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien gagal jantung kongestif di ruang rawat penyakit dalam lantai 7 Zona A gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pengenalan latihan napas lambat dalam untuk meningkatkan sensitivitas baroreflek arteri perlu diberikan pada perawat dan pasien.

Congestive heart failure is inability of the heart to pump blood adequately to meet the need of body metabolism. Unhealthy lifestyle which is often found in urban communities can be the cause of congestive heart failure. This final clinical nursing report aimed to analyze nursing care for patient with congestive heart failure in an Internal Medicine Ward, 7th Floor Zone A, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Introducing of Slow Deep Breathing Exercise to increase arterial baroreflex sensitivity is required both for nurses and patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Muthmainah
"Masyarakat perkotaan memiliki risiko relatif lebih tinggi untuk mengalamipenyakit kardiovaskuler termasuk penyakit gagal jantung dibandingkan denganmasyarakat rural. Intervensi edukasi pada pasien rawat inap diharapkan dapat meningkatkan kondisi klinis pasien gagal jantung kongestif. Karya ilmiah akhirini bertujuan untuk menganalisa asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gagaljantung kongestif menurut konsep kesehatan masyarakat perkotaan dan intervensiedukasi berdasarkan evidence base. Intervensi edukasi diberikan saat pasien pulihdan saat akan pulang. Edukasi dapat meningkatkan kondisi klinis, meningkatkanketaatan terhadap self-care dan dapat menurunkan biaya perawatan pada pasiengagal jantung.

Urban community have a higher risk factor of cardiovascular heart diseaseinclude heart failure than rural community. Patient health education interventionis expected to improve clinical outcomes in patient with congestif heart failure.This final clinical nursing report aimed to analyze nursing care for patient Mr. Swith congestive heart failure based on urban health concepts and inpatienteducation intervention based on existing evidence based. Patient health educationcould improve clinical outcomes, increase self care adherence, and reducehospitalization cost."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Hasanah
"Congestive heart failure merupakan suatu sindrom kompleks yang disebabkan karena gangguan dari struktur maupun fungsi jantung sehingga mengakibatkan gangguan fungsi pompa jantung sebagai pendukung sirkulasi fisiologi manusia. Sindrom heart failure dapat ditandai dengan adanya keluhan sesak nafas, kelelahan, dan terjadinya retensi cairan. Pasien congestive heart failure dengan keluhan sesak nafas akan mengalami perburukan kondisi yang cepat dan tak terkira jika tidak segera ditangani.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh pemberian posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien congestive heart failure.
Metode: Studi kasus dilakukan dengan pendekatan evidence based practice. Implementasi dilakukan selama pasien mengeluhkan adanya sesak.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan keluhan sesak yang dilaporkan oleh pasien selama pemberian posisi semi fowler.
Kesimpulan: Pemberian posisi semi fowler mampu menurunkan keluhan sesak pada pasien yang ditunjukan dengan adanya perubahan laju pernafasan menjadi mendekati nilai normal (20-24 x/menit).

Congestive heart failure is a complex syndrome that can result from any structural or fuctional cardiac disorder that impairs the ability of the heart to function as a pump to support a physiological circulation. The syndrome of heart failure is characterized by symptoms such as breathlessness, fatigue, and fluid retention. Patients who have congestive heart failure with breathlessness, they may worsen rapidly and unpredictably if they not have quick treatment.
Purpose: Aim of study is to analyzing the effect of semi fowler position to reduce breathlessness from patients who have congestive heart failure.
Methode: The case study conducted by evidence based practice approach. Implementation is done for patients with breathlessness.
Result: The results showed that the decrease of breathlessness were report by the patient during administration of semi fowler position.
Conclusion: Giving semi fowler position can reduce breathlessness of the patients indicated by change in respiratory rate to near normal value (20-24 x/minute).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Riyani
"Gaya hidup masyarakat perkotaan serta meningkatnya angka harapan hidup menyebabkan masyarakat perkotaan rentan terhadap penyakit kronis, termasuk kegagalan jantung kongestif. Adanya masalah fisik ini dapat menyebabkan masalah psikososial, salah satunya ansietas. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan psikososial pada klien dengan penyakit gagal jantung kongestif yang mengalami ansietas. Metode yang digunakan yaitu studi kasus, dengan memberikan asuhan keperawatan terhadap satu orang klien dengan gagal jantung kongestif yang mengalami ansietas. Intervensi diberikan meliputi tarik nafas dalam, hypnosis lima jari, dan pemberian informasi terkait tindakan dan kondisi klien. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang tindakan dan kondisi klien memberikan dampak yang lebih signifikan dalam menurunkan kecemasan dibandingkan tarik nafas dalam dan hypnosis lima jari. Studi kasus ini menekankan pentingnya pemberian informasi mengenai tindakan dan kondisi klien untuk menurunkan ansietas.

The sedentary lifestyle of urban community and the increasing life expectancy causes the urban community vulnerable to chronic illness, including congestive heart failure. The presence of this physical illness may cause psychosocial problems, one of those is anxiety. The aim of this report is to describe the psychosocial aspect of nursing care to elderly patient with congestive heart failure experiencing anxiety. The method of this study is case study, by applying nursing care to an elderly patient with congestive heart failure experiencing anxiety. The interventions given are deep breathing relaxation, five fingers hypnosis and providing information about the intervention and current condition of the patient. The result shows that the information given to the patient give significant impact to reduce anxiety compared to deep breathing and five fingers hypnosis. This case study emphasizes the importance of information to reduce the level of anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Febtrina
"Manfaat pengaturan posisi lateral kanan pada pasien gagal jantung sudah banyak diteliti, tetapi masih belum jelas efek posisi lateral kanan pada hemodinamik pasien gagal jantung. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efek posisi istirahat lateral kanan terhadap hemodinamik dan tingkat kenyamanan pasien gagal jantung. Metode yang digunakan yaitu randomized controlled trial (RCT) dengan disain cross - over.
Dua puluh orang sabjek gagal jantung derajat II dan III (15 laki - laki dan 5 perempuan) di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) telah berpartisipasi. Tekanan darah, Mean Arterial Pressure (MAP), denyut jantung, frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen diukur sebelum dan setelah pengaturan posisi menggunakan bedsite monitor sedangkan tingkat kenyamanan menggunakan Verbal Rating Scale Questionnaire. Pengukuran dilakukan pada pagi hari (09.00 - 11.00 WIB) dan sore hari (16.00 - 18.00 WIB).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat efek yang signifikan pada TDS (Pagi: p value 0.000; Sore: p value 0.017), TDD (Pagi: p value 0.004), MAP (Pagi: p value 0.001), denyut jantung (Sore: p value 0.008) sebelum dan setelah dilakukan pengaturan posisi lateral kanan. Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kenyamanan antara kelompok (Sore: p value 0.041). Pengaturan posisi lateral kanan dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan yang digunakan untuk mempertahankan hemodinamik dan kenyamanan pasien gagal jantung.

Benefits of right lateral position on patients with heart failure has been widely studied, but it is still unclear the effects of right lateral position on hemodynamics of patients with heart failure. This study aimed to identify the effect of right lateral resting position on hemodynamic and level of comfort heart failure patients. The method of this research was a randomized controlled trial (RCT) with a cross - over design.
Twenty subject patients with heart failure stage II and III (15 men and 5 women) at Harapan Kita Cardiac Hospital were participated. Blood pressure, Mean Arterial Pressure (MAP), heart rate, respiratory rate and oxygen saturation (SaO2) were measured pre and post setting the position used bedsite monitor where as the level of comfort used the Verbal Rating Scale Questionnaire. Measurements were taken in the morning (09:00 to 11:00 AM) and evening (04:00 to 06:00 PM).
The results of this study showed there are significant effects on the SBP (Morning: p value 0.000; Evening: p value: 0.017), DBP (Morning: p value 0.004), MAP (Morning: p value 0.001), heart rate (Evening: p value 0.008) pre and post setting the right lateral position. There is a significant difference between group on level of comfort (Evening: p value 0.041). Recommendation is directed to include right lateral position as in the nursing intervention in order to maintain hemodynamic and level of comfort on patients with heart failure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Yuliana Kusaeri
"Keempat kasus serial yang dipaparkan ini bertujuan untuk menganalisis dukungan nutrisi yang optimal dalam komposisi dan cara pemberian yang tepat. Pengambilan keempat kasus serial ini dilakukan berdasarkan karakteristik pasien gagal jantung anak yang berusia 5?17 tahun di rawat salah satu RS. Dukungan nutrisi menggunakan perhitungan rumus Schoefield (BB?TB) dikalikan faktor stress, dengan komposisi protein 2?2,5 gr/kg BB/hari, lipid 25?30%, karbohidrat 55?65%.
Hasil analisis dari keempat kasus didapatkan rerata pencapaian asupan lebih dari 90% kebutuhan energi basal pada hari perawatan ke-3, dan saat pulang (hari ke-7) dengan rerata asupan dapat mencapai > 80% kebutuhan energi total, meskipun dua pasien terdapat penurunan asupan akibat syok. Keempat kasus tidak mendapatkan suplementasi berupa mikronutrien dan nutrien spesifik yang seharusnya. Monitoring dan evaluasi yang diberikan meliputi klinis, balans cairan, toleransi asupan, dan analisis asupan. Dukungan nutrisi yang optimal disertai cara pemberian yang tepat memberikan toleransi asupan yang baik disertai perbaikan klinis pasien gagal jantung anak.

The four cases serial presented is aimed to analyze support optimal nutrients in composition and the way of administering proper. Retrieval the four cases serial was made based on characteristic patient heart failure children ages 5?17 years treated one of the hospital. Nutrition support using the calculation formula of the Schoefield (WH) multiplied factor stress, with the composition of protein 2? 2,5 gr / kg BW/d, lipid 25?30 %, carbohydrates 55?65 %.
The results of the analysis of the four cases it brings average achievement of intake of more than 90% basal energy needs on the day of treatment, and at home (7th day) with average intake can reach > 80% of the total energy needs, although two patients there is a decrease in intake due to shock. The four cases did not get the nutrients and micronutrients supplementation in the form of specific that should. Monitoring and evaluation provided include clinical, fluid balance, tolerance intake, analysis of intake. The optimal nutritional support with the right way of giving tolerance a good intake is accompanied by clinical heart failure patient improvement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiji Lestari
"Malnutrisi merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit gagal jantung kronik. Perubahan neurohormonal dan reaksi inflamasi yang terjadi menyebabkan serangkaian perubahan metabolisme. Kondisi ini jika tidak diimbangi asupan nutrisi yang adekuat akan terjadi kaheksia kardiak. Adanya kaheksia kardiak terbukti meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Laporan serial kasus ini memaparkan empat kasus pasien gagal jantung kongestif dengan etiologi penyakit jantung hipertensi disertai berbagai kondisi penyerta. Semua pasien telah mengalami kaheksia kardiak sehingga memerlukan dukungan nutrisi selama perawatan.
Masalah yang turut menyertai dan berkaitan erat dengan nutrisi pada keempat pasien adalah infeksi, anemia, hipoalbuminemia, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, keseimbangan cairan dan elektrolit serta defisiensi mikronutrien tertentu serta nutrien spesifik. Penentuan kebutuhan energi total dihitung berdasarkan rumus Harris Benedict disesuaikan dengan faktor stres tergantung beratnya kasus dan kondisi penyerta. Pemberian protein disesuaikan dengan fungsi ginjal pada masing-masing pasien. Restriksi cairan dan natrium disesuaikan dengan keadaan retensi cairan, keadaan hiponatremia dan respon terhadap diuretik yang diberikan. Pemberian mikronutrien tertentu dan nutrien spesifik belum sepenuhnya dapat dilaksanakan pada keempat kasus.
Monitoring dan evaluasi yang diberikan meliputi klinis, antropometri terutama perubahan berat badan akibat retensi cairan, toleransi asupan, keseimbangan cairan dan kapasitas fungsional. Selama pemantauan didapatkan peningkatan asupan nutrisi dengan toleransi yang baik disertai dengan perbaikan klinis, kapasitas fungsional dan kondisi metabolik. Tata laksana penyakit primer yang adekuat disertai dukungan nutrisi yang optimal menghasilkan outcome yang baik selama perawatan. Perlu penatalaksanaan nutrisi berkelanjutan untuk mempertahankan status nutrisi, membantu mengontrol progresifitas penyakit dan mengendalikan komplikasi.

Malnutrition is the one of the most important problem which is frequently occurred in chronic heart disease patients. Neurohormonal changes and inflammatory reactions which developed will cascading metabolism shifts. If this condition is not followed by adequately nutrition intake, patients will have cardiac cachexia. The present of cardiac cachexia is evidenced in increasing the morbidity and mortality. This case series described four congestive heart failure patients which caused by hypertensive heart disease with various morbid conditions. All of the patients had cardiac cachexia and require nutritional support during the inward.
Several problems accompany and strongly relate with nutritional aspect in this cese series were infection, anemia, hypoalbuminemia, renal dysfunction, hepatic dysfunction, water and electrolyte imbalance, and specific micronutrient and nutrient deficiency. Total energy needs based on Harris Benedict formula and stress factors depend on case severity and other morbid conditions. Protein requirement adjusted to renal function for every patient. Water and sodium restriction adjusted to water retention, hyponatremia, and given diuretic responses conditions. Specific micronutrient and nutrient were not fully maintained in those four cases.
Monitoring and evaluation of this case series including clinical, antropometry especially weight changes due to water resistance, tolerance of intake, water balance and functional capacity conditions. During follow up, the improvement of nutrition intake and tolerance were developed as good as improving clinical, functional capacity, and metabolic condition. Adequate treatment for primary disease accompanied by optimal nutritional support resulted great outcome during inward. Further nutritional support are required to maintain nutritional status, help controlling disease progression, and control complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri
"Latar belakang: Di Indonesia gagal jantung telah menjadi masalah utama komunitas karena tingginya biaya perawatan, kualitas hidup yang rendah, dan kematian prematur. Hingga saat ini loop diuretic masih merupakan terapi utama pada pasien gagal jantung dekompensasi akut (GJDA) dengan klinis kongesti. Respon diuresis dapat diukur secara objektif melalui pengukuran natrium urin. Natrium urin yang rendah atau tetap rendah setelah pemberian loop diuretic dapat menunjukkan derajat gagal jantung yang lebih berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon natriuresis 2 jam paska pemberian loop diuretic serta hubungannya terhadap lama masa rawat dan rawat ulang dalam 30 hari.
Metode: Dilakukan pengukuran kadar natrium dalam urin sebelum dan 2 jam paska pemberian loop diuretic pada pasien gagal jantung dekompensasi akut, lalu diobservasi lama masa rawat dan kejadian rawat ulang dalam 30 hari paska rawat pada masing-masing kelompok kadar natrium urin rendah dan kadar natrium urin tinggi.
Hasil: Dari 51 pasien yang diuji, rerata usia adalah 52.62 ± 13.72 tahun, mayoritas laki-laki (78.4%). Mayoritas sampel juga menerima obat-obatan gagal jantung selama perawatan. Sebanyak 40 (78,4%) orang menerima obat gagal jantung golongan ACE inhibitor/ARB dan 36 (70,4%) orang menerima obat golongan beta-blocker. Kadar natrium urin 2 jam pasca pemberian loop diuretic berkorelasi moderat dengan lama masa rawat yang semakin singkat (p< 0.05), ditemukan perbedaan signifikan dengan median lama masa rawat pada kelompok tingkat natrium rendah selama 7 (IQR 4 – 11) hari dan pada kelompok natrium tinggi selama 5 (IQR 2,25 – 6) hari. Sedangkan hubungan tingkat kadar natrium urin 2 jam pasca pemberian loop diuretic dengan rawat ulang dalam 30 hari tidak ditemukan perbedaan hubungan bermakna antara kedua variabel ini. Terdapat hubungan bermakna (p < 0,05) antara pengobatan beta-blocker dan ACE inhibitor/ARB rawat ulang dalam 30 hari. Pengobatan beta-blocker dan ACE inhibitor/ARB mengurangi risiko rawat ulang.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar natrium urin 2 jam paska loop diuretic dengan lama masa rawat, dimana kadar natrium rendah memiliki lama masa rawat lebih panjang. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berhubungan dengan kejadian rawat ulang dalam 30 hari.

Background: In Indonesia, heart failure has become a major community problem because of the high cost of care, low quality of life, and premature death. Until now, loop diuretics are still the main therapy in patients with acute decompensated heart failure (ADHF) with clinical congestion. Diuresis responsiveness can be measured objectively by measuring sodium urine. Low sodium urine or remains low after loop diuretic administration may indicate a more severe degree of heart failure.This study aims to determine the response of natriuresis 2 hours after loop diuretic administration and its relationship to length of stay and readmission in 30 days.
Result: Among the 51 patients tested, the mean age was 52.62 ± 13.72 years, the majority were men (78.4%). The majority of the samples received heart failure drugs during treatment. A total of 40 (78.4%) people received ACE inhibitors/ARB and 36 (70.4%) received beta-blockers. Urinary sodium level 2 hours after loop diuretic administration was moderately correlated with shorter length of stay (p < 0.05), a significant difference was found with the median length of stay in the low sodium level group for 7 (IQR 4 – 11) days and in the sodium group. high for 5 (IQR 2.25 – 6) days. Meanwhile, the relationship between urinary sodium levels 2 hours after loop diuretic administration and hospitalization within 30 days was not found to be significantly different between these two variables. There was a significant relationship (p < 0.05) between beta-blocker and ACE inhibitors/ARB treatment and re-admission within 30 days. Beta-blocker and ACE inhibitors/ARB treatment reduced the risk of readmission.
Conclusion: There is a relationship between urinary sodium levels 2 hours after loop diuretic and length of stay, where low sodium levels have a longer length of stay. However, it is not related to the readmission incidence within 30 days
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>