Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mustafa Kamal
Jakarta: Lembaga Kajian Budaya Nusantara, 2000
297.43 MUS k (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Agustin Nursyahbani
"Gaya hidup muslimah perkotaan melalui pilihan model berjilbabnya menjadi fokus kajian dari skripsi ini, khususnya yang dipraktekkan Hijabers Community, sebuah kelompok atau kumpulan muslimah muda berjilbab. Studi ini berupaya menggali bagaimana gaya berjilbab dan berbusana yang fashionable pada Hijabers Community dikonstruksikan dan kemudian digunakan sebagai simbol untuk merepresentasikan gaya hidup muslimah perkotaan. Penelitan ini dilakukan di Jakarta dengan metode kualitatif (studi kasus), yang didukung dengan data survey guna menggambarkan karakteristik maupun aktivitas gaya hidup anggota HC yang berjumlah 31 orang. Temuan penelitian menunjukkan bahwa di kalangan muslimah anggota komite HC terindikasi berkembang gaya hidup konsumtif yang melekat dengan budaya "leisure time‟ dilihat berdasar pilihan aktivitas, tempat dan strukturkonsumsinya. Kesamaan latar belakang sosial-ekonomi antar anggota komite HC berkontribusi pada kesamaan pilihan pola konsumsi, yang sekaligus jadi simbol status, serta gaya hidup anggota komite Hijabers Community. Pilihan ini juga berperan dalam pemaknaan anggota komite Hijabers Community terhadap gaya berbusana berjilbab yang fashionable, yang dibentuk oleh habitus prestise dan keislaman yang moderat. Nilai dan norma HC sebagai kelompok berperan dalam penanaman dan penyebarluasan nilai keislaman dalam berbusana, yang sekaligus menjadi modal simbolik Hijabers Community pada ranah kultur fashion muslimah perkotaan. Modal simbolik ini menjadi potensi berkembangnya modal ekonomi maupun sosial, bahkan kultural, karena gaya berjilbab dan berbusana HC yang fashionable dapat mengkonstruksi makna Islam dan Jilbab sekaligus merepresentasikan gaya hidup muslimah perkotaan.

This study concerns the lifestyle of urban Muslim women shown by their style of veil, especially in Hijabers Community as a community for young Muslim women wearing veil. The purpose is to dig into styles of hijab and the fashionable clothings of the members used as a symbol to represent the lifestyle of urban Muslim women. This study conduct in Jakarta uses qualitative method and supported by survey data to describe lifestyle of 31 Hijabers Community‟s comittee. The data collected showed a consumptive lifestyle that comes along with "leisure time" culture of the Hijabers Community members, shown by activity choice, place dan consumption structure. Their homogeneous social-economic condition shapes a common selection of consumption among the committee members of Hijabers Community at the same time become a status symbol and lifestyle of Hijabers Community‟s comittee. This selections have a role in meanings of the committee members of Hijabers Community towards lifestyle and fashionable style ,were shaped by the habitus of prestige and moderate Islam. Group‟s values and norms takes a role at socializing Islamic values relating to clothing style and become symbolic capital for Hijabers Community in field of urban muslim women‟s fashion. This symbolic capital potentials to brings advantages to in accumulating their own social, economic even cultural capitals. Because Hijabers Community veiling style and fashionable clothings can constructs Islamic meaning and also represents urban Muslim women‟s lifestyles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwita Fajardianie
"Penelitian ini membahas bagaimana kini jilbab yang telah menjadi gaya hidup di masyarakat muslim Indonesia dijadikan komoditas pada majalah Noor. Jilbab yang digunakan oleh perempuan muslim pada dasarnya untuk menutupi auratnya, namun kini ditampilkan sebagai jilbab yang fashionable dengan betbagai macam model. Maka penelitian ini mencoba mengkaji gambar-gambar jilbab yang ditampilkan oleh majalah Noor dengan menggunakan teknik analisis semiotika dari Roland Barthes.
Tujuan penelitian ini, untuk mencoba mengangkat mitos yang ada pada gambar-gambar tersebut. Mitos yang dihasilkan pada gambar tersebut menunjukkan bahwa perempuan haruslah cantik. Dari mitos tersebut kemudian peneliti menemukan bahwa jilbab dijadikan komoditas oleh media dengan menunjukkan bahwa setiap perempuan yang menggunakan jilbab dapat juga tampil cantik dan modis. Hal tersebut tentu tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi isis media seperti pekerja media, rutinitas, organisasi, ekstra media, dan ideology yang ada pada majalah Noor.

This inquiry is aimed to see how hijab has become a lifestyle for Indonesian Moslems, and holds its role as a commodity, exposed in Noor magazine. Hijab is knowingly used for Moslem women, basically, to cover their nakedness, but it is now commonly shown fashionably and comes in various styles. Using Roland Barthes‟ semiotic analysis, this inquiry tries to assess the images of hijab which are being presented by Noor magazine.
The aim of this inquiry is to find myths from the images in the magazine. The myth found from the images, signifies that women should look beautiful. This shows that hijab is being modified into a commodity by the media by showing that women that wear hijab can also look beautiful and stylish. This result is an outcome from several elements that affect the media contents, such as the media worker, the routines, the organization,extra media, and the ideology which existed in Noor magazine.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Dewi
"Jilbab dalam perkembangannya ternyata tidak hanya dimaknai sebagai simbol kepatuhan umat Muslim terhadap tuntunan agama. Jilbab juga dimaknai secara berbeda, yaitu sebagai simbol fashion, khususnya oleh anggota komunitas Hijabers di Jakarta. Perkembangan fashion di bidang jilbab telah membuat komunitas ini menyebarkan pemaknaan simbol baru mengenai jilbab.

Veil in its development was not only meant as a symbol of Muslim adherence to their religious beliefs. Veil is also interpreted differently, specifically as a symbol of fashion, especially by members of the Hijabers Community in Jakarta. The developments of fashion in hijab has made this community spread the meaning of the new symbol of the veil.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Amelita
"Artikel ini menggambarkan suatu bentuk negosiasi identitas spesifik untuk imigran Muslim wanita yang tinggal di Amerika Serikat, seperti yang digambarkan dalam film Amira and Sam (2014). Film ini menunjukkan bagaimana Amira menegosiasikan identitasnya sebagai seorang imigran Muslim wanita dari Irak di Amerika Serikat dengan bagaimana dia berpakaian dan berperilaku dalam masyarakat barat. Jilbab yang Amira pakai berbeda mempunyai arti yang berbeda berdasarkan pada bagaimana jilbab itu dipakai dan dipersepsikan. Artikel ini menggunakan studi analisis tekstual dalam menganalisis filmnya, dan teori negosiasi identitas dari Ting- Toomey (2005). Tujuan dari artikel ini adalah untuk menganalisis unsur-unsur film untuk menentukan negosiasi identitas oleh Amira yang digambarkan dalam produksi tersebut. Proses negosiasi identitasnya melibatkan faktor-faktor sosial, geografis, dan agama. Artikel ini menemukan bahwa Amira telah berhasil melakukan negosiasi identitasnya, yang memungkinkannya untuk menempatkan dirinya dalam budaya barat. Namun dalam melakukannya, Amira mengambil risiko dalam penerimaan sosial dan hubungan pribadi dalam upaya untuk menilai kembali nilai-nilai pada agama Islam-nya.
This article illustrates a form of identity negotiation specific to immigrant Muslim women who live in the United States, as depicted in the movie Amira & Sam (2014). This movie shows how Amira negotiates her identity as an immigrant Muslim woman from Iraq in the United States by the way she dresses and behaves in the western society. The hijab that Amira wears differs in meaning based on how it is worn and perceived. This article draws upon the movie using a textual analysis study, and the theory of identity negotiation by Ting- Toomey (2005). The intention of this article is to analyze the elements of the movie to determine Amira?s negotiated identity depicted in that production. The process of her negotiation involves social, geographic, and religious factors. This article finds that Amira has succeeded in negotiating her identity, which allows her to situate herself in western culture. However in doing so, Amira risks social acceptance and personal relationships in the attempt to reassess her Islamic values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Khairunnisa S.
"Berbagai alasan mengapa wanita di Indonesia menggunakan hijab saat ini, membuat
Penggunaan hijab sendiri memiliki berbagai makna dibalik penggunaan hijab. Sebagian wanita muslimah di Indonesia yang memakai jilbab mengartikan hijab itu bagian dari syariah, ketakwaan, identitas, penanda bagian, perlawanan, fashion, mengikuti modernitas, dan melindungi diri dari laki-laki. Proses berjilbab bagi wanita muslimah bukanlah tujuan, tetapi masih sebuah proses. Proses-proses ini ditinjau sehingga menimbulkan kebingungan dalam menafsirkan memakai hijab kembali. Hal ini menimbulkan fenomena baru yaitu trend melepas jilbab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mencari tahu mengapa melepas jilbab bisa dibentuk dan bagaimana wanita muslimah yang telah melepas hijab dalam memaknai hijab, serta bagaimana membentuk identitas identitas baru Wanita muslimah yang melepas jilbabnya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
(FISIP UI) sebagai salah satu fakultas yang dikenal sebagai fakultas sekuler dengan dinamika yang sangat tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambar Wanita muslimah yang telah melepas jilbabnya, bagi para informan difokuskan pada pada perilaku lahiriah dan pemeliharaan aturan berpakaian tertentu, bukan pada makna praktik berkerudung. Karena itu, menjauhkan diri dari model ketakwaan seseorang wanita muslimah. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa melepas jilbab menanamkan hubungan baru dengan tubuhnya, terkait dengan bagian-bagian tubuhnya yang terlihat dengan dengan cara baru, membentuk kembali kepekaannya terhadap pandangan dunia luar di beberapa bagian tubuh yang sampai saat itu tetap tertutup, sebagai bagian dari 'privasi' pribadinya.

The use of hijab itself has various meanings behind the use of hijab. Some Muslim women in Indonesia who wear the hijab interpret the hijab as part of sharia, piety, identity, part marker, resistance, fashion, following modernity, and protecting themselves from men. The process of veiling for Muslim women is not a goal, but still a process. These processes are reviewed so that it creates confusion in interpreting wearing the hijab again. This gives rise to a new phenomenon, namely the trend of removing the hijab. The purpose of this study is to examine and find out why removing the hijab can be formed and how Muslim women who have removed their hijab interpret the hijab, as well as how to form a new identity for Muslim women who take off their headscarves. This study uses an ethnographic method conducted at the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia
(FISIP UI) as one of the faculties known as a secular faculty with very high dynamics. The results of this study indicate that the image of Muslim women who have removed their headscarves, for the informants, is focused on outward behavior and the maintenance of certain dress codes, not on the meaning of veiling practices. Therefore, stay away from the model of piety of a Muslim woman. This research then found that removing the hijab instilled a new relationship with her body, related to the parts of her body that were seen in new ways, reshaping her sensitivity to the view of the outside world in some parts of the body that until then had remained closed, as part of 'privacy'. personal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Agustinus Alexander
"Sejarah panjang Islam dan budaya populer di Indonesia memunculkan fenomena baru yang disebut hijab cosplay pada awal tahun 2000. Diskursus mengenai apa itu hijab cosplay dan bagaimana hal tersebut mewakili identitas grup sebagai perempuan muslim dan pecinta J-Pop amsih menjadi perbincangan yang tabu dan kontroversial di kalangan publik. Bagaimana cosplayer menggunakan dan memodifikasi hijabnya agar sesuai dengan karakter yang diperankan bertentangan dengan autentisitas cosplay dan kesalehan perempuan muslim berhijab. Menggunakan metode penelitian etnografi, penelitian ini mengadakan FGD terhadap 10 cosplayer berhijab Indonesia yang didapat dari Facebook dan Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cosplayer berhijab mengartikan autentisitas dan persaingan identitas sebagai perempuan muslim yang berhijab dan sebagai cosplayers. Penelitian ini menunjukan bahwa autentistias hijab cosplay dapat diproduksi dan dinegosiasikan dengan mempertimbangkan konteks historitas dan budaya. Identitas mereka yang berkontestasi juga menempatkan mereka kedalam kategori “ruang antara” atau “ruang ketiga”, atau yang disebut dalam penelitian ini sebagai pertunjukan identitas yang “slippery” atau licin. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa identitas yang hijab cosplay yang “slippery” dapat dijelaskan menggunakan kerangka Pos-Islamisme dari Asef Bayat sebagai hasil dari negosiasi antara Islamisme dan modernitas dalam konteks Islam di Indoneisa.

The rise of Hijab Cosplay since the early 2000s should be contextualized within the long history of Islam and and pop culture in Indonesia. The discourse about what Hijab Cosplay is and how it represents young muslim women’s identity as well as fans of J-Pop, remain taboo and controversial in public discussions. The way cosplayers use hijab and modify their costumes to fit into a character has also also been considered to be in contrast with the notion of authenticity of cosplay performance as well as the identity of pious hijabi muslim women. The main method of data collection is through ethnography, in which the researcher conducted FGDs with 10 Indonesian hijabi cosplayers from social media such as Facebook and Instagram. This study aims to understand how they define authenticity and what the Hijab Cosplay Community is trying to say about their contesting identity as young hijabi Muslim women and cosplayers. The study shows that the authenticity of hijab cosplay is produced and negotiated by considering the cultural and historical context. Their contesting identities also put them in an in-between or third space, which could also be read as “slippery” performance of identity. This study also shows that such Hijab Cosplay’s slippery identity could be explained through the framework of Asef Bayat’s Post-Islamism as the result of negotiation between Islamism and modernity in the context of Islam in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zola Dwiwantika
"Sumatera Barat memberlakukan Peraturan Daerah Busana Muslim yang mewajibkan perempuan mengenakan jilbab. Peraturan itu mewajibkan penggunaan jilbab bagi Pegawai Negeri Sipil perempuan dan para siswi SD sampai tingkat SMA, padahal tidak semua warga Sumatera Barat beragama Islam. Penggunaan jilbab ini tetap dipraktikkan meski pemakainya tidak lagi berada di wilayah administratif Sumatera Barat. Di Depok misalnya, mahasiswi Universitas Indonesia asal Sumatera Barat masih mengenakan jilbabnya. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan makna jilbab bagi perempuan Sumatera Barat. Saya melakukan wawancara mendalam terhadap empat informan yang merupakan mahasiswi asal Minang. Selain itu saya juga melakukan observasi untuk melihat interaksi para informan di kehidupan sosialnya. Skripsi ini menggunakan pendekatan prosesual untuk melihat makna jilbab bagi mereka melalui pengalamannya mengenakan jilbab. Dari penelitian ini ditemukan bahwa ternyata makna jilbab mengalami dinamika pada setiap diri individu sesuai dengan pengalaman mereka masing-masing. Selain itu para pemakai jilbab ini menemukan sendiri jalannya untuk mengenakan jilbab. Meskipun tidak ada Perda, mereka tetap akan menggunakan jilbab karena berbagai alasan sesuai dengan pengalaman mereka masing-masing.

West Sumatera applies a Peraturan Daerah which requires muslim women to wear a jilbab. The regulation requires all female public officials and female students from elementary school to high school to wear a jilbab, while in fact not all West Sumatera residents are muslim. The use of jilbab then is still practiced even though these women are no longer in West Sumatera region. In Depok, for example, female students of Universitas Indonesia from West Sumatera still wear their jilbab. To describe the meaning of jilbab for West Sumatera women, I conducted indepth interview and observation to four UI students who came from the region. This writing uses processual approach to see the meaning of jilbab for its wearer. Despite the Peraturan Daerah, it turns out that the wearers’ use jilbab on their own reason. Their life experience plays important role in their experience of a jilbab.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Iza Yurista
"[ABSTRAK
Tulisan ini membahas berbagai perspektif tentang hijab antara akademisi, masyarakat barat, feminis, politisi dan perempuan berhijab. Mereka memiliki interpretasi yang berbeda mengenai hijab. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis alasan perempuan Muslim menggunakan hijab yang bertolak belakang dengan penyataanpernyataan
dari orang-orang yang yang mendukung pelarangan penggunaan burqa. Penelitian ini diurai dengan
penjelasan singkat tentang hijab dan dilanjutkan dengan analisis tentang isu pelarangan penggunaan niqab atau
burqa dan alasan perempuan menggunakan hijab. Data diperoleh dari tinjauan pustaka dan video. Hasil dari
penelitian ini adalah perdebatan terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang Islam dari pihak-pihak yang
melarang penggunaan burqa dan mereka mengabaikan alasan perempuan-perempuan Muslim menggunakan hijab.
Perempuan Muslim di negara-negara barat melihat hijab sebagai bentuk kebebasan bagi mereka dan ekspresi diri
untuk mendekatkan kepada Sang Pencipta tanpa paksaan.;Muslim women who wear hijab.ABSTRACT All of them have their own interpretation regarding hijab. The purpose of this
research is to analyze Muslim women?s reasons in donning hijab which contradicts with the statements of people
whom support burqa ban. The research sets out with brief explanation of hijab, and then it is followed by an
analysis of niqab or burqa ban issue and women?s reasons of wearing hijab. Data are obtained from literature
reviews and watching videos. The result is the debate occurs because people, who support the burqa ban, have
poor knowledge about Islam and they ignore Muslim women?s reasons of wearing hijab. Muslim women in
Western countries find hijab as their liberation and their self-expressions in order to be closer to God without
being forced., Muslim women who wear hijab. All of them have their own interpretation regarding hijab. The purpose of this
research is to analyze Muslim women’s reasons in donning hijab which contradicts with the statements of people
whom support burqa ban. The research sets out with brief explanation of hijab, and then it is followed by an
analysis of niqab or burqa ban issue and women’s reasons of wearing hijab. Data are obtained from literature
reviews and watching videos. The result is the debate occurs because people, who support the burqa ban, have
poor knowledge about Islam and they ignore Muslim women’s reasons of wearing hijab. Muslim women in
Western countries find hijab as their liberation and their self-expressions in order to be closer to God without
being forced.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lidyana Arifah
"Sebagaimana disebutkan di dalam Alquran kitab suci bagi umat Islam, bahwa seorang wanita Muslim diharuskan menggunakan jilbab atau hijab. Namun tidak semua wanita muslim menggunakannya. Pada tahun 1980-an penggunaan jilbab atau hijab mayoritas berada di lingkungan pesantren yang memiliki religiusitas tinggi. Namun beberapa tahun belakangan ini wanita Muslim pengguna hijab mengalami peningkatan yang sangat besar dalam aktivitasnya sehari-hari. Fenomena ini didukung oleh adanya berbagai modifikasi dalam hijab fashion. Hijab telah bertransformasi dari model-model tradisional menjadi terlihat lebih modern dan fashionable. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh religiositas, subjective norm SN dan perceived behavioral control PBC terhadap keputusan wanita muslim berhijab berdasarkan Theory of Planned Behavior TPB. Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner dengan pertanyaan tertutup mengenai religiosity, subjective norms dan perceived behavioral control kepada lebih dari 200 wanita muslim di 3 provinsi di Indonesia. Analisis data menggunakan metode analisis faktor dan regresi logit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan berhijab. Religiosity berkorelasi positif dengan SN dan PBC. SN dan PBC berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan wanita berhijab. Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan informasi kepada produsen untuk memahami konsumennya.

As stated inside the Al Quran, the holy book for Muslims, a Muslim woman is obligated to wear jilbab a veil. In 1980s, the use of the veil or hijab located majority in the pesantren Islamic boarding school which relatively has a high religiosity. However, several years recently, the hijab users Muslim women experienced a significant increase. This phenomenon is supported by the various modifications in the fashion of hijab. Hijab has transformed from the traditional designs into the more modern and fashionable ones. Therefore, this research aims to observe the influence of religiosity, the Subjective Norm SN , and the Perceived Behavioral Control PBC against the decision of Muslim women to wear hijab according to the Theory of Planned Behavior TPB. This research is undertaken by spreading the questionnaires with closed questions about religiosity, SN, and PBC to 270 Muslim women in three provinces in Indonesia. Data analysis used factor analysis and logit regression. The outcome of this research illustrates that religiosity indirectly connected to the decision of wearing hijab. Religiosity has a positive correlation with SN and PBS. Furthermore, SN and PBC produce a significant impact to the decision of Muslim women to use hijab. This study also attempts to give information for hijab producers to understand their consumers."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>