Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiman
Abstrak :
Penelitian mengkaji aspek subsistensi manusia yaitu dalam pemanfaatan sumber daya fauna dalam hal ini dari jenis moluska sebagai bahan makanan dan peralatan. Pemanfaatan fauna sebagai salah satu alternatif makanan manusia pada masa lalu tercermin dan banyaknya temuan arkeologis di situs arkeologi dan temuan lukisan gua yang menggambarkan jenis-jenis fauna dan aktivitas perburuan. Melimpahnya deposit sisa fauna, selain dapat menjelaskan pola makan manusia melalui sisa makanan, juga dapat memberikan keterangan tentang kondisi lingkungan, kebiasaan (habit), atau kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh manusia masa lalu, Selain sebagai bahan makanan, temuan sisa fauna sering ditemukan dalam bentuk perkakas atau peralatan. Sisa fauna yang ditemukan dalam suatu penelitian arkeologi dapat dikelompokan menjadi ; fauna-fauna kecil (micro fauna), seperti burung, ikan, serangga, tikus, ikan dan moluska ; dan fauna-fauna besar (macro fauna), seperti sapi, gajah, bison. Sisa fauna kecil (micro fauna) yang dominan yaitu moluska yang ditemukan dalam bentuk cangkangnya baik utuh maupun pecahan (fragmen). Melimpahnya deposit temuan sisa-sisa cangkang moluska di satu situs dapat menggambarkan strategi perolehan pangan yang tidak terbatas hanya pada hewan besar, hat tersebut terlihat dari sebaran temuan sisa-sisa cangkang moluska di situs Song Terus yang merupakan situs yang memiliki sejarah hunian yang panjang. Usaha untuk menginterpretasi adanya pemanfaatan moluska oleh penghuni Song Terus pada masa lalu dilakukan dengan beberapa tahap analisis. Tahapan analisis tersebut terdiri dari analisis faunal yang mengamati aspek fisik dari cangkang moluska yang ditemukan. Gambaran yang diperoleh dari analisis faunal yaitu tingkatan taksonomi dari cangkang-cangkang yang ditemukan, jumlah minimal individu dan jejak-jejak kerusakan kultural (wilayah pukul, jejak pemukulan, jejak pemotongan dan jejak hangus terbakar) melalui pengamatan fisik permukaan cangkang. Analisis artefaktual dilakukan melalui pengamatan morfologi cangkang yang mengamati jejak-jejak pembuatan dan pemakaian cangkang berdasarkan aspek bahan, bentuk, ukuran, jejak buat dan jejak pakai. Jejak yang diamati yaitu adanya kemunculan perimping, penghalusan, goresan, tajaman, dan kerusakan pada tajaman cangkang. Dari analisis ini dihasilkan tipe-tipe artefak dan perkiraan fungsi dari masing-masing tipe artefak. Analisis kontekstual dilakukan dengan mengamati keberadaan cangkang dalam lapisan tanah. Temuan cangkang moluska di Song Terus terdiri dari moluska dari tiga kelas, yaitu ; kelas gastropoda, pelecypoda dan cephalopoda, dan dari tiga habitat yang berbeda, yaitu ; darat, air tawar dan laut. Pemanfaatan moluska di Song Terus terdiri dari pemanfaatan sebagai makanan dan sebagai peralatan. Pemanfaatan sebagai makanan ditunjukan oleh temuan moluska dari kelas gastropoda, terutama dari habitat air tawar yang menunjukan adanya kerusakan pada bagian puncak (apex) cangkang dan bibir (lips) cangkang. Pemanfaatan sebagai peralatan dapat diamati dari temuan fragmen cangkang pelecypoda (habitat laut) yang menunjukan adanya modifikasi untuk tujuan tertentu. Jejak-jejak yang dapat diamati berupa perimping dan permukaan yang halus pada bagian margin, ujung yang runcing pada salah satu sisi cangkang (posterior dan atau anterior margin) dan kerusakan pada runcingan tersebut. Temuan moluska dari Song Terus menunjukkan adanya lima tipe artefak yang kemungkinan dapat diidentitikasi sebagai : 1) penyerut, 2) penyerut dan penusuk, 3) penggosok, 4) penggosok dan penusuk dan 5) mata panah. Kehadiran sisa-sisa cangkang moluska menandakan adanya keragaman pola makan dan penggunaan peralatan oleh manusia Song Terus. Hal ini dapat diasumsikan kerena temuan moluska yang dihasilkan dari ekskavasi tersebar di seluruh kotak gali dan berasosiasi dengan temuan lain. Temuan tersebut diantaranya sisa fauna vertebrata dari jenis ikan (Pisces), unggas (Gallus sp.), War (Boaidae), biawak (Varanidae), kura-kura (Testudinidae), tikus pohon (Soricidae), kelelawar (Chiropteridae), landak (Hyastricidae), tupai (Sciuridae), tikus (Muridae), anjing liar (Canidae), kucing (lelidae), musang (Viverridae), kerbau (Bovidae), rusa (Cervidae), babi (Suidae), badak (Rhinoceritidae), dan gajah (Elephantidae). Temuan lain yaitu artefak dari tulang, artefak litik, material litik, fragrnen tembikar, sisa flora, lapisan tanah dan rangka manusia. Interpretasi terhadap keadaan lingkungan purba di sekitar wilayah gua dapat diamati dari sebaran moluska darat, selain jenis hewan lain. Kehadiran moluska darat pada satu daerah menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat kelembaban yang tinggi. Keragaman jenis fauna dan sumber daya alam lain inilah yang menjadi salah satu faktor keidealan hunian, sehingga manusia memiliki banyak alternatif bahan makanan dan peralatan, selain sumber lain seperti air dan morfologi tempat hunian tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Yulita Masjhur
Abstrak :
Cangkang Mollusca, khususnya dari kelas Gastropoda dan Pelecypoda, sering ditemukan di situs-situs arkeologi. Cangkang yang terbuat dari kapur ini tidak mudah hancur, suatu hal yang menguntungkan bagi interpretasi arkeologi. Situs Saentis yang berada di pantai Timur Pulau Sumatra bagian Utara yang merupakan situs sampah dapur (kjokkenmoddinger) berupa cangkang Mollusca, diakui keberadaannya sebagai sampah dapur adalah dengan adanya temuan-temuan artefak. Mollusca dari kelas Gastropoda dan Pelecypoda yang cangkangnya ditemukan di situs Saentis, merupakan Mollusca yang hidup di laut, air payau, air tawar dan di darat. Dengan habitat-habitat seperti daerah pasang surut, muara sungai, hutan bakau, sungai, danau (bagi Mollusca yang hidup bukan di darat); dengan media seperti terumbu karang, pasir, lumpur, batu atau campuran antara pasir dan lumpur. Mollusca yang hidup di darat, media hidupnya adalah tumbuhan. Tidak semua Mollusca dari situs Saentis tersebut merupakan Mollusca pangan. Mollusca yang merupakan Mollusca pangan, ada yang beracun atau mengandung bisa yang mematikan. Sehingga perlu pengolahan khusus seperti masih yang dilakukan oleh masyarakat Irian. Umumnya Mollusca pangan sebelum dimakan dimatangkan terlebih dahulu dengan perebusan atau pembakaran seperti yang dilakukan oleh masyarakat Gindjingali yang hidup di tepi pantai Benua Australia bagian Utara. Tetapi ada yang dimakan tanpa dimatangkan dahulu; ada pula yang sebelum dimatangkan harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan racunnya. Dari situs Saentis ditemukan pula alat-alat batu yang mungkin ada hubungannya dengan penggunaan Mollusca sebagai pangan. Misalnya untuk melepaskan Mollusca dari media tempatnya hidup untuk mengeluarkan isinya (dengan memecahkan cangkangnya). Selain alat batu, ada kemungkinan digunakannya peralatan lain seperti lancipan atau sudip untuk membantu dalam perolehan dan pengolahan Mollusca. Meskipun peralatan yang terakhir ini tidak ditemukan di situs Saentis. Dalam akhir kajian dapat diperkirakan bagaimana lingkungan situs Saentis pada masa situs tersebut masih dihuni, yang merupakan sumber perolehan Mollusca pangan; dan bagaimana manusia masa lalu menggunakan lingkungan tersebut sebagai sumber pangan (hubungan antara lingkungan sebagai sumber pangan dengan situs sebagai sisa pangan).
1987
S11971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezwin Budiman Rosyadi
Abstrak :
Moluska merupakan jenis hewan invertebrate yang terdiri dari tujuh kelas. Dua kelas diantaranya adalah Gastropoda dan Pelecypoda. Kemunculan moluska (khususnya dari habitat air laut) dalam jumlah besar di satu situs ceruk/ gua yang terletak di wilayah yang cukup jauh dari pantai menunjukkan adanya proses transformasi yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya oleh manusia. Pada masalalu kemungkinan manusia mencari dan memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka bertahan hidup, salah satunya adalah memanfaatan moluska sebagai salah satu sumber pangan pada masalalu ataupun sebagai bahan baku artefak. Beberapa jenis artefak yang terdapatdisitus ini antara lain: alat serut, penesuk, dan ornamen dari cangkang moluska. Habitat moluska yang ada di situs Song Gentong II adalah darat, air tawar, dan laut...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library