Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putra Tresna Linge
Abstrak :
Selama beberapa tahun terakhir, jumlah penyebaran informasi semakin meningkat terutama semenjak adanya media sosial. Diantara informasi yang beredar terdapat informasi yang termasuk konten negatif atau hoax yang memiliki dampak yang buruk seperti timbulnya perpecahan akibat informasi yang tidak benar. Berdasarkan laporan kinerja kominfo tahun 2018, media sosial twitter merupakan penyumbang terbanyak penyebaran hoax. Untuk mengurangi dampak dari penyebaran hoax, diperlukan suatu metode untuk mendeteksi hoax pada twitter sehingga dapat dilakukan pencegahan seperti melakukan “take down” pada tweet yang termasuk hoax. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengembangkan sebuah model yang mampu mendeteksi konten negatif (hoax) secara otomatis dan juga melihat korelasi antara konten yang berupa hoax dengan orientasi sentimennya. Hasil dari penelitian ini yaitu berupa model yang berbasis pembelajaran mesin dengan menggunakan algoritma decision tree dengan akurasi 97,2% dengan nilai precision 85,4, recall 81,4 dan f1-score 93 dan model. Selain itu hasil analisis menunjukkan bahwa tweet yang merupakan hoax hasil identifikasi model didominasi oleh orientasi sentimen positif yaitu 52,64% dari total keseluruhan data yang diidentifikasi sebagai hoax. Implikasi praktikal dari penelitian ini berupa model deteksi hoax yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses penurunan penyebaran hoax. Sedangkan implikasi teoritis dari penelitian ini berupa data set, alur pembuatan model serta model yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya khususnya dalam bidan analitika media sosial dan digital. ......Over the past few years, the amount of information dissemination has increased, especially since the advent of social media. Among the information circulating, there is information that includes negative content or hoax that have a bad impact such as the emergence of divisions due to incorrect information. Based on the 2018 Kominfo performance report, Twitter social media is the largest contributor to the spread of hoax. To reduce the impact of the spread of hoax, a method is needed to detect hoaxes on Twitter so that prevention can be done such as taking down tweets that are hoax. The purpose of this research is to develop a model that can detect negative content (hoax) automatically and also see the correlation between hoax content and sentiment orientation. The results of this study are a machine learning-based model using a decision tree algorithm with an accuracy of 97.2% with a precision value of 85.4, recall of 81.4, and f1-score 93 and the model. In addition, the results of the analysis show that tweets that are hoax as a result of model identification are dominated by positive sentiment orientation, which is 52.64% of the total data identified as hoax. The practical implication of this research is in the form of a hoax detection model that can be used as a tool in the process of reducing the spread of hoaxes. Meanwhile, the theoretical implications of this research are in the form of data sets, modeling flow and models that can be used for further research, especially in social and digital media analytics.
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Atmaka Rahadi
Abstrak :
Kasus hoaks terkait penistaan agama merupakan salah satu hoaks yang acap muncul. Pihak berwenang beberapa kali telah berhasil membongkar kasus serupa ini. Hoak menyangkut penistaan agama tentu perlu mendapat perhatian sebab apabila didiamkan berpotensi menyulut syak wasangka dan kemarahan serta mengadu domba masyarakat, lalu melahirkan intoleransi, bahkan kekerasan. Salah satu ciri hoaks adalah terdapat ketidaksesuaian antara judul dengan isi berita. Judul ditampilkan dengan bahasa bernada provokasi sehingga mengagitasi dan memancing masyarakat. Kebenaran isinya, selain tidak sesuai dengan judul, juga dibangun dengan struktur yang bersifat tendensius kepada kesimpulan yang seringkali bersifat bias, menyerang, dan memberi bingkai penilaian yang tidak berimbang. Dalam konteks membangun hubungan atau interaksi, media sosial telah berperan penting. Hubungan tersebut baik dalam konteks sosial, ekonomi ataupun politik. Hal ini lantas mendorong bertumbuhnya pelbagai cara-cara berwirausaha yang baru dan munculnya toko-tokoh online yang tidak semata mengandalkan toko fisi atau pertemuan pembeli dan penjual secara langsung. Penelitian ini berjenis kualitatif. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan data baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dengan melalukan wawancara dan observasi. dari tahanan Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya-Narapidana Cyber Crime hoax dan hate speech. Dan data yang kedua data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku dan situs-situs internet yang berisi tentang Hoax, Hate Speech, Media Sosial, dan Pola Pikir Tahanan.Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pelaku melakukan penyebaran berita Hoax dan Ujaran Kebencian didasari keisengan untuk hiburan dan kurang nya pengetahuan dampak dalam menyalahgunakan UU ITE. Pelaku memilih cara ini untuk membuat dirinya senang dan merasa terhibur, dengan adanya media sosial pelaku merasa membutuhkan hiburan dengan melakukan hal-hal aneh yang penuh dengan fantasi. Disisi lain pelaku berusaha untuk mencari perhatian atau sensasi para pengguna media sosial lainnya. Ingin memberikan kesalah pahaman, dalam hal ini ujaran kebencian yang di sebarkan untuk memberikan kesalahpahaman individu akan suatu informasi yang ia dapat.
The hoax case related to religious blasphemy is one of the hoaxes that often appears. The authorities have succeeded several times in uncovering such cases. Hoax regarding religious blasphemy certainly needs attention because if it is ignored, it has the potential to ignite suspicion and anger as well as pitting the public against each other, resulting in intolerance, even violence. One of the characteristics of hoaxes is that there is a mismatch between the title and the content of the news. The title is displayed in provocative language so that it agitates and provokes the public. The truth of the content, apart from not being in accordance with the title, is also built with a tendentious structure to conclusions that are often biased, offensive, and provide an unbalanced judgment frame. In the context of building relationships or interactions, social media has played an important role. This relationship is in a social, economic or political context. This has prompted the growth of new entrepreneurial ways and the emergence of online shops that do not rely solely on fission shops or direct meeting of buyers and sellers. This research is a qualitative type. This research uses descriptive research type. This study uses data both primary and secondary data. Primary data were obtained through interviews and observations. from the detention of the Special Criminal Directorate of Polda Metro Jaya-Cyber Crime inmates with hoaxes and hate speech. And the second data is secondary data, namely data obtained from books and internet sites containing Hoax, Hate Speech, Social Media, and Prisoners Mindset. The conclusion of this study is that the perpetrators spread hoax news and hate speech based on fun for entertainment and lack of knowledge of the impact of abusing the ITE Law. The perpetrator chooses this method to make himself happy and feel entertained, with the existence of social media the perpetrator feels he needs entertainment by doing strange things filled with fantasy. On the other hand, the perpetrator tries to seek attention or sensation from other social media users. Want to provide misunderstanding, in this case hate speech that is spread to give an individual misunderstanding of the information he / she gets.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanda Kinanti Suci Sekarhati
Abstrak :
Perkembangan web khususnya media sosial sudah melaju dengan cepat dan sudah menjadi tempat penyebaran informasi dan ilmu pengetahuan. Namun, informasi yang tersebar juga ada yang berupa hoaks dan informasi palsu seperti misinformasi, disinformasi, dan bullshit. Hal ini pun terjadi di Indonesia dimana jumlah dari situs penyebar hoaks sendiri sudah mencapai 800,000 dengan 75,19% dari 2032 koresponden berdasarkan survey DailySocial sering mendapatkan dan sulit mendeteksi hoaks. Penelitian dan proses deteksi hoaks dan informasi palsu di Indonesia pun masih dalam tahap awal pengembangan dan mempunyai banyak tantangan. Karena hal tersebut, karya akhir ini akan membahas penelitian-penelitian terdahulu menggunakan metode tinjauan pustaka sistematik menurut Guideline EBSE untuk menghasilkan best practice dari penelitian saat ini dan melakukan perbandingan dengan kondisi media sosial Indonesia saat ini untuk mendapatkan rekomendasi yang dapat diimplementasikan di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah Indonesia masih mempunyai beberapa hal yang harus dibenahi dan dapat melakukan rekomendasi seperti melakukan dan mendalami pemahaman definisi, pembaruan literasi, pendetailan hasil evaluasi, pengembangan dataset, metode deteksi, crowdsourcing, serta chatbot sesuai kapabilitas dan kondisi. ......The development of the web, especially social media has been going fast and has become a place of dissemination of information and science. However, there is also scattered information in the form of hoax and false information. This also happened in Indonesia, where the number of hoax distribution sites alone had reached 800,000, with 75.19% of the 2032 correspondents based on the DailySocial survey often getting and finding it challenging to detect hoax. Research and the hoax detection process and false information in Indonesia are still in the early stages of development and have many challenges. This final paper will discuss previous studies using a systematic literature review method according to the EBSE Guidelines to produce best practices from current research and make comparisons with current conditions of Indonesian social media to obtain recommendations that can be implemented in Indonesia. The results of this study are that Indonesia still has several things that need to be addressed and recommended to conducting and deepening understanding of definitions, literacy updates, detailed evaluation results, dataset development, detection methods, crowdsourcing, and chatbots according to capabilities and conditions.

Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Giftson Ramos Daniel
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peredaran informasi hoax melalui media sosial serta langkah dari Kemkominfo untuk mengatasi informasi hoax tersebut, pada Pilkada DKI Jakarta 2017 serta Pilpres 2019. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi massa, teori normatif teori new media, serta teori intelijen untuk membahas langkah deteksi dini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara pengumpulan data melalui studi literature dan studi lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah informasi hoax di media sosial pada momentum Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019, mayoritas berisi tentang konten propaganda dalam bidang politik dan SARA. Mitigasinya masih mengandalkan pelaporan dari masyarakat tentang adanya informasi hoax terutama di media sosial. Kemkominfo juga bekerjasama dengan beberapa pihak terkait seperti Dewan Pers, Kepolisian serta Bawaslu DKI Jakarta dan Bawaslu RI. Upaya preventif atau deteksi dini oleh Kemkominfo semakin berkembang dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence berupa Mesin AIS. Mesin ini mampu melakukan penapisan terhadap informasi-informasi hoax baik di media sosial maupun situs. Pengoperasian mesin ini semakin rutin menjelang momentum Pilpres 2019. Selain menggunakan teknologi AI, upaya deteksi dini yang dilakukan sebagai langkah terakhir adalah dengan melakukan pembatasan akses internet, seperti yang terealisasi pada pengumuman hasil Pilpres 2019 yaitu 22 Mei 2019. Upaya deteksi dini melalui Mesin AIS sudah cukup efektif meski belum mampu mengendalikan secara penuh informasi hoax yang beredar. Upaya pembatasan akses internet memang cukup efektif menurunkan angka hoax, namun pelaksanaannya masih menuai pro dan kontra, sehingga perlu kajian lebih mendalam dalam pengaplikasian metode ini. ......This thesis research aims to determine the hoax diaspora through social media and preventive solution of Ministry of Communication and Information to overcome hoax information, in the DKI Jakarta 2017 Election and Presidential Election in 2019. This research uses mass communication theory, normative theory, new media theory and intelligence theory. This research uses qualitative methods by collecting data through literature and field observation. The result are the hoax information in social media especially in DKI Jakarta 2017 Election, contains political and ethnicity propaganda. The problem solving of The Ministry of Communication and Information, still relief on reporting act from the public about hoax information. The Ministry of Communication and Information cooperate with several stakeholders such as Dewan Pers, Police Department and Bawaslu. Artificial Intelligence Technology, is able to filter hoax information in social media and websites. This technology is used to filter hoax information in Presidential Election 2019. Moreover, The Ministry of Communication and Information, have an early detection effort besides the Artificial Intelligence Technology. The last step is to limit the internet access. This purpose is to reducing hoax information. Key Words : Hoax, Social Media, Early Detection
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Kusumah Alamsyah
Abstrak :
Penelitian ini menelaah perbandingan liputan dalam dua media daring yakni detik.com dan republika.co.id terkait pemberitaan hoax penganiayaan Ratna Sarumpaet pada awal Oktober 2018. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis framing dari Pan dan Kosicki untuk membuktikan bahwa meskipun memberitakan peristiwa yang sama, namun ada perbedaan dalam artikel berita di kedua media daring tersebut, baik dari dimensi sintaksis, skrip, tematis dan retoris. Peristiwa penganiayaan Ratna Sarumpaet termasuk dalam kategori berita developing news. Dalam penelitian ini pemberitaan hoax dibagi dalam enam seri artikel pemberitaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada saat peristiwa penganiayaan belum terbukti hoax, framing dari kedua media daring cenderung sama. Namun pada saat peristiwa tersebut terbukti sebaliknya, framing dari kedua media berbeda, baik dari aspek yang dilihat maupun dari pemilihan narasumber. ......This research examine comparison of coverage in two online media which is detik.com and republika.co.id related to hoax news about Ratna Sarumpaets persecution in the early October of 2018. This reseach use qualitative method with framing analysis by Pan and Kosicki to prove that despite the two online media cover the same event, but there is difference in their news article, whether in dimension of syntactical, script, thematic, and rhetorical. Ratna Sarumpaets persecution incident was included as developing news. In this research, hoax coverage divided in six series of coverage. Result of this research shows that framing on both media tend to be the same when the incident has not been proven hoax. But at the time the incident proven to be hoax, both media shows a different framing, either from the aspects seen or from the selection of speakers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T52364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Gunawan
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2018
001.95 BUD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Subagja
Abstrak :

Studi mengenai media massa, khususnya teori penentuan agenda, menjadi lebih dinamis dan menarik sejak kemunculan internet. Perubahan ini memprediksi bahwa era penentuan agenda mungkin akan segera berakhir karena setiap individu memiliki agenda media eksternal masing-masing yang lebih terfragmentasi. Fenomena ini melahirkan teori penentuan agenda terbalik yang mengatakan bahwa isu atau agenda publik yang muncul dalam media sosial bisa memengaruhi agenda media massa tradisional dalam waktu yang singkat. penelitian ini bertujuan untuk melihat proses yang terjadi di Indonesia dalam konteks pemilihan umum 2019. Studi kasus digunakan dalam penelitian ini, dan teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi dan studi literatur. Sedangkan teknik analisis yang dipakai ialah teknik pembangunan penjelasan. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi terhadap dua aktor politik dalam akun twitternya. Hasil penelitian menunjukan proses penentuan agenda terbalik yang terjadi melewati tiga tahapan penentuan agenda terbalik. Namun, terdapat beberapa temuan berbeda dengan studi-studi sebelumnya.


The study of mass media, especially agenda-setting theory, has become more dynamic and interesting since the advent of the internet. This change predicts that the agenda-setting era will probably end because everyone now has their own more fragmented external media agenda. This phenomenon evokes the emergence of reversed agenda-setting theory, which states that public issues or agendas that appear on social media can affect the agenda of traditional mass media in a short time. This research aims to look at the reversed agenda-setting process that occurs in Indonesia in the context of the 2019 general election. Case studies are used in this study, and the data collection techniques used are observation and literature studies. Moreover, the analytical technique used is explanation building technique. This research was conducted by observing two political actors in their twitter accounts. The results of the study show that the process of reversed agenda-setting occurred throught three stages of reversed agenda-setting. However, there are several different findings from previous studies.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library