Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sembiring, Hizrah Harianto
"ABSTRAK
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas dengan prevalensi
yang cukup tinggi. Asma dapat terjadi pada semua usia, diperkirakan 300 juta
orang menderita asma diseluruh dunia dan tahun 2025 diperkirakan mencapai 400
juta pasien asma. Prevalensi asma di Provinsi Kalimantan Tengah melebihi angka
nasional dan kota Palangkaraya termasuk daerah dengan prevalensi asma
tertinggi. Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan serta
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat
kepadatan kecoa di rumah tangga dan faktor risiko lainnya yang dapat memicu
asma. Penelitian menggunakan desain Case control. Sampel terdiri dari 58
sampel untuk kasus dan 58 sampel untuk kontrol berusia 12-45 tahun. Hasil
penelitian menunjukkan variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian
asma adalah kepadatan kecoa, riwayat atopi, sensitifitas terhadap makanan, polusi
udara, kondisi cuaca, kondisi sanitasi rumah tangga, jarak rumah dari jalan raya
dan memiliki hewan peliharaan. Sedangkan karakteristik individu seperti
pendidikan, pekerjaan serta jenis bahan bakar memasak tidak berhubungan
dengan kejadian asma. Kesimpulannya tingkat kepadatan kecoa berhubungan
dengan kejadian asma setelah dikontrol variabel karakteristik individu dan faktor
lingkungan. Penderita agar menjaga kebersihan dan sanitasi rumah yang baik,
sehingga tidak menjadi habitat perkembangbiakan vektor kecoa dan sedapat
mungkin menghindari faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya asma.

ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammatory disease in the airways with highly prevalence.
Asthma can occur at any age, 300 million people estimated suffering asthma in
the world and by 2025 there will be 400 million. Asthma prevalence in Central
Kalimantan Province exceeds the national number. Furthermore, Palangkaraya is
the highest one. The prevalence of asthma is influenced by many factors such as
heredity and the environment. This research aimed to analyze the relationship of
cockroach density in households and other risk factors that can trigger asthma.
This research is using Case control design which consisted of 58 samples for the
cases and 58 samples for the controls aged 12-45 years. Results showed cockroach
density, atopy history, food sensitivity, air pollution, weather, household
sanitation conditions, home distance from highways and pet ownership were
associated with the incidence of asthma. While education, occupation and types of
cooking fuel were not associated. In conclusion, the cockroach density is related
to the incidence of asthma after controlled by variable characteristics of
individuals and environmental factors. Patient is sugessted to maintain good
hygiene and sanitation, so would not become the habitat of cockroach and avoid
risk factors that can trigger asthma."
2017
T47778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Qurrota Ayun
"Hemoroid merupakan pembengkakan vena rektoanal yang menyebabkan peradangan, nyeri, dan pendarahan. Tanaman dengan senyawa fenolik diketahui memperbaiki tonus vena dan antiinflamasi. Daun sirsak mengandung senyawa fenolik, alkaloid, acetogenin dan megastigmanes. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa parameter spesifik, nonspesifik, kadar fenol total, flavonoid total dan antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (EEDS), juga melihat efek EEDS terhadap gambaran histopatologi dan ekspresi COX-2 dan TNFα pada jaringan rektoanal mencit Swiss berusia 20 minggu yang diinduksi dengan kroton oil 12% melalui anus. EEDS dosis 100, 200, dan 400mg/KgBB diberikan peroral selama 7 hari.
Hasilnya menunjukkan EEDS memenuhi standar mutu ekstrak spesifik dan nonspesifik, kadar total fenol 22,85% atau 228,5 mgGAE/g ekstrak, kadar total flavonoid 5,36% atau 53,6 mgQE/g ekstrak, dan memiliki aktivitas antioksidan sedang (IC50 123,325 μg/mL). Pemeriksaan histopatologi pada jaringan rektoanal mencit dinilai dengan menskor lesi nekrosis, inflamasi, vasodilatasi, dan oedema yang diwarnai Hematoksilin-Eosin. Pemberian EEDS pada semua dosis menunjukkan perbedaan pada jaringan inflamasi, nekrosis, vasodilatasi dan oedema P<0.00. Sel positif mengekspresikan COX-2 dan TNFα dihitung pada sel epitel terinflamasi. Hasil menunjukkan EEDS dosis 200, 400 mg/KgBB signifikan menurunkan COX-2 P<0,002 dibandingkan dengan kontrol negatif, dan EEDS dosis 100, 200, dan 400 mg/KgBB signifikan menurunkan TNFα P< 0,010 dibandingkan dengan kontrol negatif.

Haemorrhoids are rectoanal swelling that causes inflammation, pain, and bleeding. Plants with phenolic compounds are known to improve venous tone and anti-inflammation. Soursop leaves contain phenolic compounds, alkaloids, acetogenin and megastigmanes. This study aims to examine specific, nonspecific parameters, and total phenol levels, total flavonoids and antioxidants of Soursop Leaf Ethanol Extract (SLEE), also see the effect of SLEE on the histopathological features and expression of COX-2 and TNFα in rectoanal tissue of 20-week Swiss mice that are induced with 12% croton oil through the anus. SLEE doses of 100, 200, and 400mg/Kg were given orally for 7 days.
The results show SLEE meets the quality standards of specific and nonspecific extracts, total phenol levels of 22.85% or 228.5 mgGAE/g extracts, total flavonoid levels of 5.36% or 53.6 mgQE/g extracts, and have moderate antioxidant activity (IC50 123,325 μg/mL). Histopathological examination of the rectoanal tissue of mice was assessed by scoring necrotizing, inflammatory, vasodilatation, and oedema lesions hematoxylin-eosin. Administration of SLEE at all doses showed differences in inflammatory tissue, necrosis, vasodilation and oedema P<0.00. Positive cells expressing COX-2 and TNFα were counted on inflammatory epithelial cells. The results showed SLEE dosages of 200, 400 mg/Kg significantly decreased COX-2 P<0.002 compared to negative controls, and SLEE doses of 100, 200, and 400 mg/Kg significantly reduced TNFα P<0.010 compared with negative controls.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Haryanti
"Jerawat adalah penyakit radang kronis. Patogenesis jerawat adalah multifaktorial, salah satunya akibat pertumbuhan berlebih mikroba seperti S. aureus dan P. acnes. Klindamisin merupakan antibiotik yang direkomendasikan untuk terapi jerawat tetapi penggunaannya menyebabkan berbagai efek samping seperti perubahan flora usus, kolitis pseudomembran dan meningkatkan risiko resistensi. Nanopartikel perak adalah antimikroba kuat, memiliki aktivitas spektrum luas dan memiliki kemampuan untuk mengurangi perkembangan resistensi, akan tetapi penggunaan jangka panjang dilaporkan mengakibatkan efek samping argyria. Penggunaan kombinasi antimikroba adalah strategi untuk mengurangi efek samping, meningkatkan efektivitas terapi dan menurunkan resiko resistensi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan sifat sinergisitas antibakteri kombinasi nanopartikel perak dan klindamisin terhadap S. aureus dan P. acnes dilanjutkan formulasi, dan studi stabilitas sediaan gel. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) nanopartikel perak, klindamisin dan uji sinergisme dilakukan secara mikrodilusi menggunakan 96-well microplate. Uji sinergi dilakukan menggunakan metode Checkerboard dengan menghitung nilai Fractional Index Concentration (FIC). Hasil penelitian menunjukkan nilai KHM nanopartikel perak dan klindamisin pada S. aureus berturut-turut 16 μg/ml dan 64 μg/ml sedangkan nilai KHM nanopartikel perak dan klindamisin pada P. acnes berturut-turut 0,5 μg/ml dan 32 μg/ml. Uji sinergisitas kombinasi nanopartikel perak dan klindamisin terhadap S. aureus dan P.acnes menghasilkan nilai FIC 0,75 dan 0,63 (sinergi parsial). Hasil uji sinergisitas selanjutnya dibuat formulasi gel menjadi gel formula FI, FII dan FIII. Hasil uji karakterisasi ketiga formula didapatkan gel yang memenuhi syarat farmakope dengan pemerian gel berwarna kuning pucat hingga kekuningan, homogen, memiliki nilai pH (FI = 5,95; FII = 5,81; FIII = 5,67), kandungan kadar klindamisin (FI=97,69+0,068%; FII=97,54+0,072%; FIII=94,93+1,69%) dan nanopartikel perak (FI=98,39+0,025%; FII=98,33+0,00%; FIII=102,78+0,79%) sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan serta stabil baik secara fisik dan kimia pada suhu 5oC+3oC dan 250C ± 20C selama 11 minggu
Acne is a chronic inflammatory disease. The pathogenesis of acne is multifactorial, one of them is caused by microbial overgrowth such as S. aureus and P. acne. Clindamycin is the recommended antibiotics for acne therapy but the use of clindamycin causes various side effects such as changes in intestinal flora, pseudomembranous colitis and increased risk of resistance. Silver nanoparticles are potent antimicrobials, have broad spectrum activity and have the ability to reduce the development of resistance. Despite having potent activity, the long-term use of silver nanoparticles was reported to have argyria side effects. The use of antimicrobial combinations is a strategy to reduce side effects, increase the effectiveness of therapy and reduce risk of resistance. The purpose of this study was to determine the antibacterial synergy characteristics of the combination of silver nanoparticles and clindamycin against S. aureus and P. acnes, formulations and stability study in gel dosage form. Determination of the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of silver nanoparticles, clindamycin and synergism tests were carried out by microdilution using 96-well microplate. Synergy test is carried out using the Checkerboard method by calculating the value of the Fractional Index Concentration (FIC). The results showed the MIC values of silver nanoparticles and clindamycin against S. aureus were 16 μg/ml and 64 μg/ml, respectively, while the MIC values of silver nanoparticles and clindamycin in P. acnes were 0.5 μg/ml and 32 μg/ml, respectively. The synergicity test of the combination of silver nanoparticles and clindamycin against S. aureus produced FIC values of 0,75 and 0,63 (partial synergy). The synergicity test results were then made into a gels combination of silver nanoparticles and clindamycin as formula FI, FII and FIII. The results of characterization tests for the three formulas found that gels were meet the specifications, with pale yellow to yellow colored gel, homogeneous, pH value (FI=5,95; FII=5,81; FIII=5,67), clindamycin content (FI=97,69+0,068%; FII=97,54+0,072%; FIII=94,93+1,69%) and silver nanoparticles (FI=98,39+0,025%; FII=98,33+0,00%; FIII=102,78+0,79%) and physically and chemically stable at temperature of 5oC+3oC and 250C±20C for 11 weeks."
2019
T54995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sari
"Peritonitis tuberkulosis adalah peradangan peritoneum parietal atau visceral yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Efusi pleura terjadi karena komplikasi dari penyakit yang menyertai maupun proses infeksi yang mengenai rongga pleura. Masalah keperawatan yang dapat ditegakkan yaitu gangguan pertukaran gas dan intoleransi aktivitas. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan pemberian intervensi pursed lip breathing dan graded exercise therapy. Metode yang digunakan berupa laporan kasus yang dikelola selama 4 hari berdasarkan tinjauan literatur. Hasil analisis kombinasi intervensi mengenai efektifitas pemberian intervensi pursed lip breathing dan graded exercise therapy terbukti efektif dalam mengatasi masalah gangguan pertukaran gas dan intoleransi aktivitas. Dibuktikan dengan perubahan tanda-tanda vital menjadi lebih stabil, frekuensi pernapasan dan frekuensi nadi membaik, serta keluhan sesak pasien berkurang. Toleransi aktivitas pasien menjadi lebih meningkat dengan kemampuan self care yang meningkat. Pemberian intervensi pursed lip breathing dan graded exercise therapy direkomendasikan dalam mengatasi gangguan pertukaran gas dan intoleransi aktivitas.

Peritoneal tuberculosis is an inflammation of the parietal or visceral peritoneum caused by mycobacterium tuberculosis. Pleural effusion occurs due to complications from the accompanying disease as well as infectious processes that affect the pleural cavity. Enforceable nursing problems are gas exchange disorders and activity intolerance. This study aims to analyze nursing care by providing pursed lip breathing and graded exercise therapy   interventions. The method that used is a case report that is managed for four days based on a literature review. The results of the combination analysis of interventions regarding the effectiveness of giving pursed lip breathing and graded exercise therapy interventions have been shown to be effective in overcoming the problems of gas exchange disorders and activity intolerance. Evidenced by the change of vital signs to become more stable, the frequency of breathing and the frequency of the pulse improve, as well as dyspnea of the patient are reduced. The tolerance of patient activity improved with the increaseasing self-care ability. Intervention of pursed lip breathing and graded exercise therapy is recommended in overcoming gas exchange disorders and activity intolerance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jain, Poonam
London: Sterling Publishers Pvt. Ltd, 2003
616.5 JAI a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ullman, Dana
New York: J.P. Tarcher/Perigee, 1992
615.532 ULL h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Handley, Rima
London: Thorsons, 1993
615.532 HAN h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amira Diana
"ABSTRAK
Penyakit difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacteirum diphteriae yang menyerang bagian selaput bagian dalam saluran pernapasan bagian atas, hidung, dan kulit. Penyakit difteri merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Pada skripsi ini dibahas model SVIR dengan pengobatan. Model ini menggunakan sistem persamaan diferensial biasa berdimensi 8. Dalam skripsi ini, untuk menjelaskan keberadaan titik keseimbangan, kestabilan pada titik keseimbangan, dan Basic Reproduction Number (R0) dilakukan kajian analitik dan numerik. Adapun titik keseimbangan bebas penyakit atau Disease Free Equilibrium (DFE), kestabilan pada titik keseimbangan bebas penyakit, dan R0 didapat dengan kajian analitik. Melakukan simulasi numerik untuk mencari titik keseimbangan endemik (EE), dan kestabilan pada titik keseimbangan endemik (EE). Melakukan kajian numerik saat R0 < 1 untuk menunjukkan titik keseimbangan bebas penyakit stabil asimtotik dan pada saat R0 > 1 untuk menentukan titik keseimbangan endemik yang stabil asimtotik dengan beberapa titik awal serta dinamika populasi dengan perubahan nilai parameter. Sensitivitas R0 dilakukan simulasi dengan parameter proporsi individu bayi yang menerima antitoksin difteri pada saat kelahiran (CV ), dan laju penularan penyakit ( 0. Pengurangan laju penularan penyakit ( 0 dan
penambahan proporsi individu bayi yang menerima antitoksin difteri pada saat kelahiran (CV ) efektif dalam pencegaahan penyebaran penyakit difteri.

ABSTRACT
Diphtheria is a disease caused by bacteria Corynebacteirum diphteriae which attacks the inner membranes of the upper respiratory tract, nose, and skin. Diphtheria is a disease that can be prevented by immunization. In this thesis, are constructed SVIR model with treatment. This model are using ordinary differential equation system with 8 dimensions. In this thesis, to explain the existence of a balance point, stability at the equilibrium point, and textit Basic Reproduction Number (R0) are using analytical and numerical
analysis. The Disease Free Equilibrium (DFE), the stability at DFE, and R0 are done explain by analytical analysis. Do numerical simulations to find endemic equilibrium (EE), and stability at endemic equilibrium (EE). A Numerical analysis is done explain when R0 < 1 to denote asymptotically stable disease-free equilibrium points and at R0 >
1 to determine asymptotically stable endemic balance points with some starting points and population dynamics with changes in parameter values. The sensitivity of R0 is simulated by parameters of the proportion of individuals receiving diphtheria antitoxin at birth (CV), and disease transmission rate of ( 0. Decreasing disease transmission rate 0 and an increasing proportion of individuals receiving diphtheria antitoxin at the time of birth (CV ) effective in prevention of the transmission of diphtheria"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
MacEoin, Beth
London: Headway , 1994
615.532 MAC h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>