Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumeisey, Cleve
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan perkembangan perumahsakitan di Indonesia yang semakin kompleks namun harus tetap mengutamakan mutu pelayanan, efektifitas dan efisiensi. Obat-obatan sebagai alat utama penyembuhan pasien merupakan biaya rutin terbesar rumah sakit (40%-50%), disamping itu jenis, sediaan, dan harganya yang semakin banyak dan bervariasi (lebih kurang 7000 jenis) mengharuskan manajemen untuk mengendalikan persediaan obat dengan bijaksana. UGD RSU FK-UKI sebagai tempat penelitian belum menerapkan sistem pengendalian persediaan obat berbasis evidence.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persediaan obat di UGD RSU FK-UKI berdasarkan indeks kritis ABC agar dapat diambil langkah-langkah kebijaksanaan yang relevan dalam upaya pengendaliannya. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data persediaan obat dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan indeks kritis ABC, informasi mengenai kebijakan pengendalian persediaan obat diperoleh melalui interview mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian formal menimbulkan permasalahan dalam persediaan obat. Hal ini diakibatkan oleh makin bervariasinya sediaan obat, tingkat penggunaan, dan perilaku para dokter pengguna sediaan. Setiap sediaan mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan nilai inventory costasi, nilai pemakaian dan nilai kritisnya dalam pengobatan pasien. Ketiga faktor ini menjadi dasar pertimbangan manajemen dalam mengeluarkan kebijakan pengendalian obat secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perbedaan karakteristik setiap obat diatas menjadi dasar perlakuan manajemen terhadap masing-masing obat sesuai dengan pengelompokannya. Kebijakan pengendalian obat dalam perencanaan, pengadaan, distribusi dan penggunaan sesuai dengan pengelompokan diatas dapat menghindarkan dan meminimisasi pemborosan biaya persediaan obat dan meningkatkan mutu pelayanan.
......Policy of Drug Inventory Control Based on Analysis of Critical Indexes of ABC at Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia in the year 2001The background of the research was the fact that the development of hospital services in Indonesia was increasingly complex, however emphasized on quality, efficiency and effectiveness of the services. Drug as the main material of therapy was the biggest operational cost (40%-50%), beside that it was vary extremely in specificity (7000 spec.), packing and cost made the management has to control drug inventory wisely. Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia as the place of research was still not performing the drug inventory control system based on evidence.
The purpose of this research was to analyze drug inventory in Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia based on Critical Indexes of ABC in case of making the relevant policies to control them. This type of research was a case study with a quantitative and qualitative approach. Drug inventory data in the year of 2001, consisting of 138 drug items was analyzed and classified by ABC Critical Indexing. The information of inventory control policies was obtained from in-depth interviews.
The result from the research showed that the formal controlling makes many problems for drug inventory. It's happened because inventory variety, grade of utility, and behavior of the physicians use the medicine. Each item of inventory must be treated individuals in inventory planning. This treatment was varies by inventory cost value, utility value, and critical index of each drug. Three factors must be the basis of management to issue the policy of drug inventory in law of scientific and accountable.
The differences of drug characteristic could be basic of management to treat each drug depend on its classification. Policy of drug inventory in planning, purchasing, distribution and use refer to the classification in order to prevent and minimize unnecessary cost of drug inventory either to increase the quality of service."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Supartiasih
"Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa unit rawat inap merupakan salah satu unit di rumah sakit yang harus memberikan pelayanan komprehensif kepada pasien. Salah satu pelayanan yang ada di unit ini adalah pelayanan obat, melalui sistem distribusi obat kepada pasien yang dirawat. Dari analisa situasi di Rawat Inap RS Karya Husada ditemukan bahwa penyediaan obat/alkes di ruang rawat inap tidak memenuhi kebutuhan pasien rawat inap, dan sistem distribusi obat yang diterapkan adalah sistern peresepan individu. Hal ini sering menghambat penyampaian obat/alkes kepada pasien di ruangan dan terjadinya obat sisa . Pelayanan obat dilakukan oleh perawat ruangan yang pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan tidak tertulis di masing-masing ruangan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa penyediaan obat/alkes habis pakai, sistem distribusi obat/alkes di rawat inap dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaannya yang dikelompokkan sebagai masukan, proses dan keluaran. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif Data dan informasi diperoleh mclalui wawancara. observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih kurangnya saran dan ketenagaan yang kompeten di Instalasi farmasi dan Ruang Rawat Inap. Pelaksanaan sistem distribusi obat di rawat inap RS Karya Husada dikerjakan oleh perawat, belum berjalannya penyampaian informasi, pengawasan penggunaan obat, ketepatan waktu penyampaian dan pelaporan/adminstrasi obat/alkes yang ada di rawat inap. Dari instalasi farmasi juga didapat adanya obat sisa yang dikembalikan pasien rawat inap. Belum terlaksananya hal tersebut kemungkinan disebabkan belum adanya aturan baku tentang pelayanan farmasi di rawat inap dan rumah sakit serta belum ada peran dan koordinasi dengan pihak farmasi baik dalam hal administrasi maupun pelayanan farmasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab dan wewenangnya.
Pihak rumah sakit harus menetapkan kebijakan yang mengatur sistem distribusi obat di rawat inap sebagai pedoman pclaksanaan kegiatan, dan memperbaiki sarana serta kualitas ketenagaan yang berperan di dalamnya. Selain itu Rawat Inap RS Karya Husada perlu mengadakan kordinasi dcngan Instalasi Farmasi dan Bagian Gizi agar dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam pelayanan obat.
......Analysis of Drug Distribution System of Inpatient Care Unit at Karya Husada Hospital in Cikampek, April 2002The background of the research was that Inpatient The Care Unit is an important service unit in hospital which has to be able to deliver a comprehensive service. One of the service is drug distribution for the patient. From the situational analysis, it was foumd that the Inpatient Care Unit's drugs availability haven't enough for inpatient need and applies The Individual Prescription Order System. Its sometimes cause delayed drug using for patient and amount of unused drugs remain. This activity was done by nurse and based on approval from Chief Nurse in every Inpatient Care Unit.
Therefore the purpose of this research is to analyze Drug Availability, Drug Distribution System to Inpatient Care Unit at Karya Husada Hospital and the factors which related. The analysis is through a system approach which has three component : Input, Process and Out put. The design of this research was a case study with a qualitative approach. Data was obtained by using interview, observation and documentation study.
The result, of this research shows that there are limited facilities and competence employees in Pharmacy Installation and Inpatient Care Unit of Karya Husada Hospital. Drug Distribution System to inpatient is worked by nurse. Drug information, controlling of drug usage, appropriate drug using as doctor's instruction, and reporting/administration of drug usage in this unit arc not being done well. There was found drugs remain which was returned to Pharmacy Installation. That facts may be due to inavailability of regulation and standar Operation Procedure. There are no function and coordination of Pharmacy Installation for Pharmaceuthical Services of inpatient treatment.
The researcher suggest that Karya Husada Hospital should make Regulation and Standar Operation Procedure of Pharmaceuthical Services, especially Drug Distribution System to Inpatient; improve facility and human resources of Pharmacy Installation/Inpatient Care Unit; improve Pharmacy Installation's function for Inpatient phamaceuthical services; improve coordination between Pharmacy Installation, Inpatient Care Unit and Dietary Installation in order to give optimal treatment effect. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herni Budiyanti
"Kegiatan logistik di rumah sakit mempunyai peran yang sangat besar karena berkaitan dengan semua unit pelayanan di rumah sakit. Pembelanjaan terbesar rumah sakit setiap bulannya adalah untuk pembelian obat-obatan dan bahan habis pakai. Banyak dan beragamnya item obat yang harus disiapkan untuk pelayanan sehingga mempunyai nilai investasi yang paling besar dengan persediaan lainnya, di Rumah Sakit Risa Sentra medika sekitar 49-56% pembelanjaan obat dalam trimester pertama tahun 2012 dibandingkan dengan total biaya operasional Rumah Sakit Risa Sentra Medika. Gudang farmasi RS Risa Sentra Medika belum melakukan perhitungan safety stock yang sesuai sehingga sering terjadi kekosongan stock. Oleh karena itu, maka untuk menjaga agar stock selalu tersedia saat dibutuhkan maka perlu di adakan sistem pengendalian persediaan obat yang sesuai seperti pengendalian persediaan dengan safety stock.
Jenis penelitian ini adalah analitik kualitatif untuk melihat perhitungan safety stock di Rumah Sakit Risa Sentra Medika selama periode Januari hingga Maret 2012. Obat antibiotik yang fast moving di bulan januari dengan jumlah 84 item dengan nilai persediaan sebesar Rp 126.889.911, pada bulan februari sebanyak 93 item dengan nilai persediaan Rp 135.524.014 dan pada bulan maret 2012 di dapatkan 85 item antibiotik yng tergolong fast moving dengan nilai persediaan Rp 117.021.085 berarti jumlah total pembelian dalam tiga bulan adalah Rp 379.435.010 sehingga didapatkan rata-rata pembelian perbulan adalah Rp 126.478.337. Data penjualan ini diolah menjadi rencana anggaran pembelian obat-obatan khususnya golongan antibiotika yang fast moving.
Peneliti menyarankan untuk perhitungan safety stocknya menggunakan metode pemakaian maksimum dikurangi pemakaian rata-rata dikalikan dengan lead time. Metode ini sederhana namun bisa diterapkan. Peneliti juga menyarankan untuk membuat rencana anggaran berdasarkan omset.
......Logistics activities in hospitals have a very big role as it pertains to all service units in hospitals. Largest expenditure is the hospital every month for the purchase of medicines and consumables. Many and varied items that drugs should be prepared for the ministry which has the largest value of investments with other supplies, in Risa Sentra Medika Hospital of approximately 49-56% drug spending in the first trimester of 2012 compared to the total operational cost of Risa Sentra Medika Hospital. Risa Sentra Medika Hospital pharmacy logistic has not made the appropriate safety stock calculations that are common stock blanks. Therefore, it is to keep the stock is always available when needed it is necessary to invent a drug inventory control system such as inventory control in accordance with safety stock.
This type of qualitative research is to see the analytic calculation of safety stock in Risa Sentra Medika Hospital from January to March 2012. Antibiotic drugs are fast moving in January to 84 the number of inventory items with a value of Rp 126 889 911, in February a total of 93 items with a value of Rp 135 524 014 inventories in March 2012 and get 85 items in yng antibiotic belonging to the fast moving supply of Rp 117 021 085 the total number of purchases within three months is Rp 379 435 010 so we get the average purchase per month is Rp 126 478 337. Sales data is processed into the budget plan the procurement of medicines particularly fast moving class of antibiotics.
Researchers suggest stocknya safety calculations using the maximum use of reduced consumption multiplied by the average lead time. The method is simple but can be applied. Researchers also suggested creating a budget plan based on turnover."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31291
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Uswatun Hasanah
"Proses pendistribusian obat oleh Pedagang Besar Farmasi harus mematuhi prinsip CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik). Berdasarkan Pedoman CDOB untuk mempertahankan sistem mutu harus memastikan bahwa setiap penyimpangan atau ketidaksesuaian terhadap prosedur yang telah ditetapkan harus didokumentasikan dan diselidiki penyebabnya serta tindakan perbaikan dan pencegahan yang tepat perlu diambil untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan sesuai dengan prinsip manajemen risiko. Di PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL) setiap ketidaksesuaian yang terjadi dari semua cabang APL akan dilaporkan ke dalam suatu portal untuk selanjutnya ditinjau secara periodik untuk mengevaluasi dan melihat trend dari quality near miss. Analisis kejadian near-miss dilakukan untuk mengetahui kejadian Near miss yang sering terjadi di APL dengan melakukan analisis trend data near miss tahun 2022. Trend kejadian near miss berdasarkan kategori kejadian pada tahun 2022 banyak terjadi pada kategori Building & Facility, Cleanliness, Inventory Issue, dan Equipment dengan persentase masing-masing berturut turut adalah 20,90%, 18,33%, 9,50% dan 7,47%.
......The drug distribution process by Pharmaceutical Wholesalers must comply with the principles of CDOB (Good Drug Distribution Method). Based on the CDOB Guidelines, maintaining a quality system must ensure that any deviations or non-compliance with established procedures must be documented and the causes investigated and appropriate corrective and preventive actions need to be taken to correct and prevent deviations in accordance with risk management principles. At PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL) any discrepancies that occur in all APL branches will be reported to a portal for further periodic review to evaluate and see trends for quality near misses. Analysis of near-miss events was carried out to find out the near-miss events that often occur in APL by analyzing trend data for near misses in 2022. The trend of near-miss events based on event categories in 2022 occurs mostly in the Building & Facility, Cleanliness, Inventory Issue, and Equipment categories with the respective percentages being 20.90%, 18.33%, 9.50% and 7.47%, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniatul Hasanah
"ABSTRAK
Rekonsiliasi diperlukan untuk mendapatkan terapi pengobatan yang rasional. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kelengkapan pengisian formulir rekonsiliasi pasien yang membawa obat sendiri dan penggunaan obat rasional di RSU X Bekasi. Rancangan penelitian menggunakan studi komparatif potong lintang yang membandingkan antara 56 formulir rekonsiliasi pasien yang diisi lengkap dan 133 formulir yang tidak diisi lengkap. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 189 formulir 40,6 dari semua formulir rekonsiliasi pasien rawat inap bulan November 2015 sampai dengan April 2016 466 formulir . Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Formulir rekonsiliasi pasien yang membawa obat sendiri sebagian besar tidak diisi lengkap 70,4 . Persentase petugas kesehatan yang paling banyak melakukan interview dan berkontribusi terhadap kelengkapan pengisian formulir rekonsiliasi pasien yang membawa obat sendiri adalah apoteker yang masing-masing berjumlah 56,1 dan 86,2 . Sebagian besar formulir rekonsiliasi pasien yang membawa obat sendiri tidak ditanda tangani oleh dokter 63,5 . Penggunaan obat tepat diagnosis dan tepat indikasi masing-masing 53,4 , tepat pemilihan obat 33,9 , tepat dosis 8,5 , tepat cara pemberian 37,6 , tepat interval waktu pemberian 13,8 dan tepat lama pemberian 14,8 . Penggunaan obat rasional berdasarkan pedoman klinis sebesar 7,9 . Rendahnya penggunaan obat rasional tidak dipengaruhi oleh kelengkapan pengisian formulir rekonsiliasi, kualifikasi petugas interview dan adanya tanda tangan dokter p > 0,05 .

ABSTRACT
Medication reconciliation was needed to gain rational medication use. The aim of the study was to analyze relationship between completeness filling of reconciliation form of in patient who take his own medicine and rational medicine use in Hermina Bekasi General Hospital. Study design using cross sectional comparative study that comparing 56 complete and 133 incomplete filling of reconciliation forms. Sample gained by total sampling method. Sample of study which is fulfill inclusion criteria was 189 forms 40.6 from the whole of in patient reconciliation forms gained from November 2015 to April 2016 466 forms . Data analysis using Chi square analysis. Most of the reconciliation form of in patient who take his own medicine were incomplete 70,4 . Pharmacist was the most medical staff who was done patient interview 56.1 and has the majority of contribution to make reconciliation form completed 86.2 . Most of reconciliation form of in patient who take his own medicine were unsigned by the doctor 63.5 . Rational medicine use which is appropriate to patient rsquo s diagnose and to medicine rsquo s indication was 53.4 for each, appropriate medicine choices was 33.9 , appropriate dosages was 8.5 , appropriate route of administration was 37.6 , adequate administration time interval and periode of time were 13.8 and 14.8 for each. Rational medicine use was only 7.9 and was not related to completeness filling of reconciliation forms, qualification of interviewer and doctor rsquo s sign p 0,05 ."
2016
T51287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Andriani
"Pengelolaan obat adalah salah satu aspek manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam usaha pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukitinggi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan proses pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan selama ini belum berjalan dengan baik terlihat dari masih tingginya angka kekosongan obat pada tahun 2017 yaitu 7,6% dari 421 jenis obat setiap bulannya dan jumlah obat kadaluwarsa yaitu sebesar 10,45% yang seharusnya 0%. Perencanaan dengan memprioritaskan pembelian kelompok VA, EA dan NA perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekosongan obat.
Untuk mencegah tingginya jumlah obat kadaluwarsa adalah dengan penghitungan jumlah obat yang dipesan berdasarkan penghitungan ROP dan Safety Stock. Kelompok VA merupakan kelompok dengan prioritas utama dalam pengadaan terdiri dari 10 macam obat dengan NS 500cc infus sebagai obat terpenting dalam kelompok. NS 500 cc infus membutuhkan Safety Stock 23.400 sebesar dengan nilai ROP 34.860.
......
Drug management is one important aspect of hospital management. This study is aiming at analysing drug management in pharmacy unit National Stroke Hospital Bukittinggi. This case study was using qualitative approach.
The study revealed that drug management and monitoring controlling were not well performed. A high percentage of drug stock out in 2017 was found 7,6% out of 421 drugs item each month, while number of expired drugs was high, reaching 10,45% compared to 0% as target. Planning to prioritize purchasing of drugs using VA, EA and NA drug need to implement in order to prevent stock out.
To avoid expired drug, hospital need to purchased based on ROP and Safety Stock. VA group is the highest priority that include 10 drug item where NS 500 cc infusion fluid is the top one in the group. NS 500 cc infusion fluid would need Safety Stock as much as 23.400 number as Safety Stock and ROP 34.860."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library