Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hern Rizal Gobi
"[ABSTRAK
Kenaikan harga-harga properti hunian di Indonesia pada kurun waktu
2010-2012 telah menimbulkan kekhawatiran akan adanya bubble. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bubble di pasar properti hunian dengan menggunakan 5 (lima) indikator: perbandingan antara harga rumah aktual dengan
harga rumah berdasarkan predicted value-nya, perbandingan harga aktual dengan harga fundamentalnya berdasarkan ekspektasi rasional, mengukur price to income ratio dan price to rent ratio, menganalisis pertumbuhan kredit properti serta melibatkan control chart.
Hasil penelitian menunjukan bahwa properti jenis apartemen menunjukan adanya indikasi bubble, namun untuk tipe perumahan, walaupun mengalami kenaikan di tahun 2012, bukan merupakan indikasi bubble. Hal ini dibuktikan dari hasil regresi yang dibuat menunjukan bahwa kenaikan harga rumah lebih
disebabkan oleh perubahan faktor fundamental seperti peningkatan pendapatan penduduk, pertumbuhan populasi, tingkat inflasi yang stabil dan tingkat pengangguran yang cenderung turun, secara signifikan mempengaruhi kenaikan harga rumah.

ABSTRACT
The high increase of Indonesias property prices, particularly in the
residential sector, during 2010-2012 has created a concern that it would lead to a bubble. This study aims to investigate the potential housing bubble in Indonesia using a combination of five (5) quantitative indicators, namely: a comparison between actual and predicted housing value, a comparison between actual price and fundamental price based on rational expectation, the price-to-income ratio and the price-to-rent ratio, development of mortgage loans and control chart as a statistical tool to quantify housing / apartment bubbles.
The results suggest that the apartment sector was on its way of forming bubble in 2012, whereas the landed-house sector showed no indications of an impending bubble. Furthermore, based on the regression analysis, the rise of landed-house price was in line with fundamental factors such as increase in income, population growth, inflation and lower unemployment rate.;The high increase of Indonesia?s property prices, particularly in the
residential sector, during 2010 ? 2012 has created a concern that it would lead to a
bubble. This study aims to investigate the potential housing bubble in Indonesia
using a combination of five (5) quantitative indicators, namely: a comparison
between actual and predicted housing value, a comparison between actual price
and fundamental price based on rational expectation, the price-to-income ratio and
the price-to-rent ratio, development of mortgage loans and control chart as a
statistical tool to quantify housing / apartment bubbles.
The results suggest that the apartment sector was on its way of forming
bubble in 2012, whereas the landed-house sector showed no indications of an
impending bubble. Furthermore, based on the regression analysis, the rise of
landed-house price was in line with fundamental factors such as increase in
income, population growth, inflation and lower unemployment rate., The high increase of Indonesia’s property prices, particularly in the
residential sector, during 2010 – 2012 has created a concern that it would lead to a
bubble. This study aims to investigate the potential housing bubble in Indonesia
using a combination of five (5) quantitative indicators, namely: a comparison
between actual and predicted housing value, a comparison between actual price
and fundamental price based on rational expectation, the price-to-income ratio and
the price-to-rent ratio, development of mortgage loans and control chart as a
statistical tool to quantify housing / apartment bubbles.
The results suggest that the apartment sector was on its way of forming
bubble in 2012, whereas the landed-house sector showed no indications of an
impending bubble. Furthermore, based on the regression analysis, the rise of
landed-house price was in line with fundamental factors such as increase in
income, population growth, inflation and lower unemployment rate.]"
2015
T43249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilya Safarini
"Tingginya kebutuhan akan sarana perumahan dan terbatasnya lahan yang tersedia serta gaya hidup masyarakat perkotaan yang sudah menyamai masyarakat di kota-kota besar lainnya di dunia menyebabkan bisnis apartemen/kondominium merupakan lahan bare dalam bisnis properti yang mempunyai pangsa pasar yang baik. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan analisa terhadap harga pokok dan harga jual unit kondominium dari sudut pandang developer untuk mengetahui apakah harga jual yang ditetapkan dapat memberikan laba dan menciptakan insentif bagi para pembeli. Dalam melakukan pembahasan penulis menggunakan pendekatan studi kasus terhadap proyek kondominium Fr. XYZ, dan studi kepustakaan untuk mendapatkan dasar pemikiran dari topik yang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga jual unit apartemen/kondominium adalah antara lain: fasilitas yang ditawarkan, lokasi, capital gain yang diharapkaan dapat diraih dari investasi dalam bentuk unit apartemen/kondominium, dan status sosial yang melekat pada pemilik unit apartemen/kondominium. Dari hasil penelitian oleh suatu badan periset pasar dapat dilihat bahwa dalam kondisi pasar yang stabil tingkat pengembalian investasi (ROI) yang dapat diraih dari bisnis properti ini adalah cukup tinggi (sekitar 15-40 persen). Harga pokok apartemen/kondomimium PT XYZ ini terdiri dari biaya perizinan, biaya konstruksi gedung, biaya pembuatan fasilitas-fasilitas rekreasi, biaya tenaga ahli, pengeluaran pra konstruksi, biaya perolehan dan pematangan tanah, biaya pembuatan prasarana pendukung dan biaya pemasaran. Sedangkan sumber pendanaan proyek tersebut berasal dari beimacam sumber, yaitu : pinjaman dari bank, modal kerja dari penanam modal dan uang muka serta cicilannya dari para calon penghuni. ROI yang didapatkan dari proyek ini adalah sebesar 30,2 persen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan topik ini adalah bahwa bisnis properti dalam bidang apartemen/kondominium ini berbeda dengan bisnis properti dalam bentuk perumahan (real estate) karena pangsa pasar untuk penjualan unit-unit apartemen ini masih terbatas pada kalangan-kalangan tertentu seperti tenaga kerja asing atau penduduk lokal yang ingin menjadikannya sebagai sarana investasi, sehingga para developer sebelumnya harus melakukan studi pasar dengan cermat mengenai lokasi, fasilitas dan harga yang memang sesuai dengan keinginan target market. Penetapan harga jual yang umumnya ditetapkan per meter persegi memudahkan pengalokasian biaya-biaya konstruksi yang merupakan gabungan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung yang masing-masing terdiri dari upah langsung, bahan langsung dan subkontraktor untuk biaya langsung, dan untuk biaya tidak langsung mencakup bahan bakar, transportasi, personalia, umum dan lainnya. Sedangkan saran yang diajukan adalah melakukan penetapan harga jual unit apartemen/kondominium dengan berdasarkan pada tipe unit-unit yang ditawarkan, dimana biaya konstruksi bangunan apartemen dialokasikan berdasarkan luas unit-unit yang ada. Sedangkan untuk bagian-bagian apartemen yang dimiliki bersama, total biaya konstruksi dan biaya-biaya dikapitalisasikan atas bagian tersebut dibagi dengan jumlah unit yang ditawarkan. Dengan demikian pengalokasian biaya dapat lebih akurat dan dapat menghasilkan penghitungan biaya yang benar-benar mencerminkan harga pokok dari masing-masing tipe unit apartemen."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library