Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junqueira, Luis C.
California : Lange Medical, 1986
611.018 JUN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Frederikus Fios
Abstrak :
ABSTRAK
Relasi antara manusia dengan lingkungan selalu mengristalisasikan fenomena kontradiksi etis. Manusia memposisikan diri sebagai subjek moral yang bernilai superior sehingga mengakibatkan pandangan inferior atas alam hanya sebatas objek eksploitasi. Tradisi berpikir antroposentrik berparadigma atomistikmekanistik seperti ini diletakkan secara meyakinkan oleh para filsuf modern seperti Francis Bacon, Rene Descartes, dan Emmanuel Kant. Segala sesuatu dalam alam direduksikan fungsinya hanya pada dimensi rasionalitas logisatomistik yang memarginalkan posisi nilai-nilai. Tradisi berpikir yang mempersepsikan alam sebagai objek empiris membuka eksploitasi besar-besaran mengejar gagasan materialisme dan bisnis-ekonomi untuk meraih target keuntungan maksimal. Manusia akhirnya menjadi pribadi Homo economicus materialis. Krisis lingkungan muncul secara sporadis di seluruh belahan dunia. Dibutuhkan strategi filsafat moral-etis baru sebagai alternatif untuk membenahi persoalan ini. Para pemikir etika lingkungan sebelumnya seperti Arne Naess, Fritjof Capra, Aldo Leopold, dan Karen J. Warren belum mampu menawarkan solusi yang ideal dalam mengatasi relasi disharmoni antara manusia dengan liyan (others). Kelemahan dasar pemikiran mereka terletak pada dilupakannya perspektif spiritual dalam konstruksi teori etika yang dibangun. Untuk itu disertasi ini memeriksa pemikiran humanisme ekologis Henryk Skolimowski untuk menemukan konsep baru berperspektif spiritual yang dapat menjadi solusi alternatif mengatasi kelemahan argumentasi etika sebelumnya. Penelitian ini menemukan adanya model manusia ekologis spiritual-etis (Homo ecologicus spiritual- etis) yang dapat dijadikan sebagai pilihan hidup dalam cara berada menjadi manusia (das sein) dalam relasi manusia dengan entitas alam. Menjadi Homo ecologicus spiritual-etis mengandaikan langkah politik lingkungan berbasiskan local indigenous sebagai konteks aktualisasi pengembangan konsep Homo ecologicus spiritual-etis. Kerangka teori utama yang digunakan yakni Etika Aristoteles yang menekankan dimensi karakter pribadi manusia yang berkeutamaan dalam relasi dengan entitas liyan. Metode penelitian menerapkan unsur refleksi etis versi Alasdair MacIntyre. Dengan menempuh prosedur berpikir metodis demikian, dicapai pemikiran etis bermakna untuk menyelesasikan krisis lingkungan global dan lokal serta memulihkan kontradiksi etis yang terjadi antara manusia dengan alam menuju kebaikan bersama (bonum commune) segala entitas komunitas ekologi alam.
ABSTRACT
The relationship between humans and the environment is always crystallizing ethical contradictions phenomenon. Human positioning himself/herself as a subject of moral worth superior resulting in inferior view of nature was limited to objects of exploitation. Anthropocentric thinking tradition and mechanisticatomistic paradigm like this laid convincingly by modern philosophers like Francis Bacon, Rene Descartes, and Emmanuel Kant. Everything in nature reduced function only on the atomistic and logical rationality dimension that marginalize the position of values. The tradition of thinking that perceives nature as an object of empirical opened massive operations to pursue the idea of materialism and business-economy to achieve the maximum profit target. Humans eventually become materialist Homo economicus person. The environmental crisis appeared sporadically throughout the world. It takes a strategy of moralethical philosophy as the new alternative to solve this problem. The previous environmental ethics thinkers such as Arne Naess, Fritjof Capra, Aldo Leopold, and Karen J. Warren not yet able to offer the ideal solution to overcome the disharmony relationship between human with others entity. The weakness of their argument forgotten spiritual perspective in the construction of ethical theory was built. This dissertation examines the ecological humanism thought of Henryk Skolimowski to find a new concept of the spiritual perspective that can be an alternative solution to overcome the weakness of the ethical arguments before. This study found an ecological model of spiritual-ethical of human being (Homo ecologicus spiritual-ethical) that can be used as an option to live in a way become a human being (das sein) in the human relationship with natural entity. Being a Homo ecological spiritual-ethical presupposes political measures based on local indigenous environment as a context for developing the concept of Homo ecologicus spiritual-ethical. The main theoretical framework used the Virtue Ethics of Aristotle that emphasizes the human dimension of personal character that is virtuous in relation to others entity. The research method applying ethical reflection element version of Alasdair MacIntyre. By using this methodical thinking procedure, achieved significant ethical thinking to solve global and local environmental crisis and restore the ethical contradictions that occur between humans and nature towards the common good of all entity in nature ecology community
2016
D2176
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ahliya Aryani Budi
Abstrak :
Latar Belakang: Indonesia merupakan negara kepulauan yang berlokasi diantara dua benua dan dua samudera. Selain itu, Indonesia juga memiliki 129 gunung berapi. Kondisi ini tidak hanya menjadikan Indonesia kaya akan sumber daya alam tetapi juga meningkatkan risiko terjadinya bencana alam. Bencana alam yang terjadi di Indonesia menyebabkan banyak korban yang harus diidentifikasi. Salah satu metode yang digunakan untuk identifikasi adalah analisis pada gigi geligi. Masing-masing gigi anterior dan posterior memiliki berbagai variasi morfologi yang dapat mengindikasikan apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan. Tujuan: penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dimorfisme seksual berdasarkan analisis variasi morfologi gigi anterior dan posterior dan untuk mengetahui variasi mana yang menjadi karakteristik ras Mongoloid terutama pada populasi di Indonesia. Metode: Sampel terdiri dari 50 cetakan rahang atas dan bawah laki-laki dan 50 cetakan rahang atas dan bawah perempuan. Variasi morfologi yang dianalisis adalah wingin, shoveling, double shoveling, bushmen canine, ridge aksesori distal pada gigi kaninus, metacone, hypocone, Cusp of carabelli, variasi cusp lingual pada gigi premolar, jumlah cusp, protostylid, hypoconulid, enteconulid, dan metaconulid. Arizona State University Dental Anthropology System (ASUDAS) digunakan sebagai referensi untuk membandingkan prevalensi variasi morfologi pada cetakan rahang. Hasil: Persentase winging adalah 36% yang terdiri dari 16 laki-laki dan 20 perempuan. Persentase shoveling adalah 84% yang terdiri dari 38 laki-laki dan 46 perempuan. Double shoveling memiliki prevalensi 67% yang terdiri dari 33 laki-laki dan 34 perempuan. Persentase Bushmen canine adalah 26% yang terdiri dari 14 laki-laki dan 12 perempuan. Prevalensi dari Ridge aksesori distal gigi kaninus berjumlah 46% yang terdiri dari 22 laki-laki dan 24 perempuan. Prevalensi metacone adalah sebanyak 20% yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan. Prevalensi hypocone berjumlah 90% yang terdiri dari 47 laki-laki dan 43 perempuan. Prevalensi metaconule kecil sekali yakni 3% yang terdiri dari 3 laki-laki. Prevalensi Cusp of carabelli sejumlah 12% yang terdiri dari 5 laki-laki dan 7 perempuan. Variasi cusp lingual pada gigi premolar sebanyak 18% yang terdiri dari 9 laki-laki dan 9 perempuan. Jumlah cusp memiliki tiga kategori: Prevalensi cusp berjumlah 4 pada laki-laki sebanyak 53,3% sedangkan pada perempuan sebanyak 46,7%. Prevalensi cusp berjumlah 5 pada laki-laki sebanyak 52,6% sedangkan pada perempuan sebanyak 47,4%. Prevalensi cusp berjumlah 6 pada laki-laki sebanyak 42,9% sedangkan pada perempuan sebanyak 57,1%. Frekuensi protostylid hanya sebanyak 6 yang terdiri dari 5 laki-laki dan 1 perempuan. Hypoconulid memiliki prevalensi 85% yang terdiri dari 42 laki-laki dan 43 perempuan. Prevalensi enteconulid sebanyak 27% yang terdiri dari 12 laki-laki dan 15 perempuan. Dan yang terakhir, metaconulid memiliki prevalensi sejumlah 22% yang terdiri dari 8 laki-laki dan 14 perempuan. Tes chi-square menggunakan SPSS 20 antara masing-masing variasi morfologi dan penentuan jenis kelamin menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan. Kesimpulan: Tidak ada variasi morfologi yang menunjukkan dimorfisme seksual dan variasi yang memiliki frekuensi paling tinggi pada ras mongoloid adalah hypocone dan hypoconulid. ......Background: Indonesia is an archipelagic country which located between two continents and two oceans. Beside that Indonesia also has 129 volcanoes. This condition not only made Indonesia rich of natural resources but also increase the risk of natural disaster. Natural disaster cause many victims to be identified. One of the methods used for identification is tooth analyzing. Each anterior and posterior tooth has some various traits which are able to indicate whether a person is male or female. Objectives: This study is conducted to identify sexual dimorphism based on analysis of anterior and posterior non-metric dental crown traits and to know which traits that become the characteristic of Mongoloid race especially in Indonesian population. Methods: Samples consist of 50 dental casts male and 50 dental casts female. Dental crown traits being analyzed were winging, shoveling, double shoveling, bushmen canine, canine distal accessory ridge, metacone, hypocone, metaconule, Cusp of carabelli, lingual cusp variation, cusp number, protostylid, hypoconulid, enteconulid, and metaconulid. The Arizona State University Dental Anthropology System (ASUDAS) was used as reference to compare the prevalence of dental traits in dental casts. Results: The percentage of winging if 36% which consists of 16 males and 20 females. Shoveling percentage is 84% which consists of 38 males and 46 females. Double shoveling has 67% prevalence which consists of 33 males and 34 females. The percentage of Canine Mesial Ridge (Busmen Canine) is 26% which consists of 14 males and 12 females. The prevalence of Canine Distal Accessory Ridge is 46%, which consists of 22 males and 24 females. Metacone has 20% prevalence which consists of 10 males and 10 females. Hypocone has 90 % prevalence which consists of 47 males and 43 females. The prevalence of metaconule is 3% which consists of only dental cast male. Cusp perempuan. Prevalensi hypocone berjumlah 90% yang terdiri dari 47 laki-laki dan 43 perempuan. Prevalensi metaconule kecil sekali yakni 3% yang terdiri dari 3 laki-laki. Prevalensi Cusp of carabelli sejumlah 12% yang terdiri dari 5 laki-laki dan 7 perempuan. Variasi cusp lingual pada gigi premolar sebanyak 18% yang terdiri dari 9 laki-laki dan 9 perempuan. Jumlah cusp memiliki tiga kategori: Prevalensi cusp berjumlah 4 pada laki-laki sebanyak 53,3% sedangkan pada perempuan sebanyak 46,7%. Prevalensi cusp berjumlah 5 pada laki-laki sebanyak 52,6% sedangkan pada perempuan sebanyak 47,4%. Prevalensi cusp berjumlah 6 pada laki-laki sebanyak 42,9% sedangkan pada perempuan sebanyak 57,1%. Frekuensi protostylid hanya sebanyak 6 yang terdiri dari 5 laki-laki dan 1 perempuan. Hypoconulid memiliki prevalensi 85% yang terdiri dari 42 laki-laki dan 43 perempuan. Prevalensi enteconulid sebanyak 27% yang terdiri dari 12 laki-laki dan 15 perempuan. Dan yang terakhir, metaconulid memiliki prevalensi sejumlah 22% yang terdiri dari 8 laki-laki dan 14 perempuan. Tes chi-square menggunakan SPSS 20 antara masing-masing variasi morfologi dan penentuan jenis kelamin menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan. Kesimpulan: Tidak ada variasi morfologi yang menunjukkan dimorfisme seksual dan variasi yang memiliki frekuensi paling tinggi pada ras mongoloid adalah hypocone dan hypoconulid.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Parasites Without Borders, Inc, 2017
616.96 PAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Karnen Garna Baratawidjaja
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
616.079 KAR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiudin Munasir
Jakarta : Kompas Media Nusantara , 2016
618.970 75 ZAK m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lough, Mary E.
St. Louis: Elsevier Mosby, 2016
612.140 28 LOU h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Karnen Garna Baratawidjaja
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2018
616.079 KAR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Mike
Abstrak :
As a broadcaster and medical columnist, Dr Smith receives many letters each year, asking questions about coping with stress, and in this book he sets out to answer the most common ones. In doing so, he offers advice, information and reassurance.
New York: Kyle Cathie, 1993
155.904 2 SMI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Konsep “human agency” pada umumnya dikaitkan kemampuan otonom manusia untuk menentukan pilihan dan tindakannya sendiri, kemampuan manusia untuk memberikan perlawanan terhadap kemapanan, atau ketertundukan diri manusia terhadap suatu otoritas atau aturan tertentu. Dalam konteks tradisi pemikiran hukum Islam, human agency ternyata tidak hanya terdapat dalam bentuk ketertundukan diri terhadap otoritas teks al-Qur’an dan hadis, tapi juga ada bentuk-bentuk yang lainnya. Tulisan saya ini berusaha untuk menunjukkan bahwa dalam tradisi uṣūl fiqh terdapat kaidah-kaidah hukum yang memberikan ruang bagi berkembangnya teori human agency tidak hanya berorientasi pada keniscayaan manusia untuk tunduk terhadap otoritas teks keagamaan, tapi juga konsep human agency yang berbasis pada otonomi dan semangat anti kamapanan dalam diri manusia. Dengan mengupas konsep-konsep dalam usul fiqih seperti qiyās, istiḥsān, istiṣlāḥ, dan istiṣḥāb, kita akan mengetahui bahwa tindakan etik seseorang dalam Islam tidak semata bersumber dari teks keagamaan tetapi juga berdasarkan pemikiran otonom manusia yang pada ujungnya melahirkan konsep-konsep human agency yang lebih kontekstual, bukan tekstual.
297 KANZ 4:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>