Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cut Hafiah Halidha Nilanda
Abstrak :
[ABSTRAK
Status hidrasi dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk usia. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia yaitu penurunan sensasi rasa haus, penurunan sekresi aldosteron, dan penurunan fungsi luhur dapat menyebabkan peningkatan risiko dehidrasi pada lansia. Penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang telah dilakukan di rumah binaan lansia Atmabrata, Cilincing Jakarta Utara, dengan tujuan untuk menilai status hidrasi pada lansia dan faktor-faktor yang berhubungan yaitu asupan cairan dan aktivitas fisik. Lima puluh sembilan subjek berhasil menyelesaikan protokol penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27,1% lansia mengalami dehidrasi dengan menggunakan indikator berat jenis urin dan 49,2% lansia tidak terhidrasi dengan baik dengan menggunakan indikator warna urin. Rerata asupan cairan subjek adalah 1327,97 ± 407,75 mL, dan terdapat 72,9% subjek dengan aktivitas fisik rendah. Tidak terdapat hubungan antara status hidrasi dengan asupan cairan (p>0,05), dan sebaliknya terdapat hubungan yang bermakna antara berat jenis urin dengan tingkat aktivitas fisik (p <0,001).
ABSTRACT
Hydration status can be affected among others by age. Dehydration risk is higher in the elderly. Physiological changes such as decreasing sensation of thirst, decreasing secretion of aldosterone and impaired cognitive fuction could be the causes of dehydration among elderly. Analytic observational by using cross sectional study design conducted in Atmabrata nursing home, Cilincing North Jakarta has been done to asses hydration status in the elderly and its related factors, i.e fluid intake and physical activity. Fifty nine subjects accomplished the study protocol. Based on the urine specific gravity measure, it shows that 27.1% elderly was dehydrated and by using urine color chart, it shows that 49.2% elderly was not hydrated properly. The fluid intake average of the subject was 1327.97 ± 407.75 mL, and there was 72.9% subject with low physical activity. There was no significant association between hydration status and fluid intake (p>0.05). There was significant association between urine specific gravity status and level physical activity (p<0.001)., Hydration status can be affected among others by age. Dehydration risk is higher in the elderly. Physiological changes such as decreasing sensation of thirst, decreasing secretion of aldosterone and impaired cognitive fuction could be the causes of dehydration among elderly. Analytic observational by using cross sectional study design conducted in Atmabrata nursing home, Cilincing North Jakarta has been done to asses hydration status in the elderly and its related factors, i.e fluid intake and physical activity. Fifty nine subjects accomplished the study protocol. Based on the urine specific gravity measure, it shows that 27.1% elderly was dehydrated and by using urine color chart, it shows that 49.2% elderly was not hydrated properly. The fluid intake average of the subject was 1327.97 ± 407.75 mL, and there was 72.9% subject with low physical activity. There was no significant association between hydration status and fluid intake (p>0.05). There was significant association between urine specific gravity status and level physical activity (p<0.001).]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tenny Octabervy Sutarto
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang: Lingkungan kerja yang panas dapat menimbulkan berbagai keluhan subjektif dan gangguan objektif pekerja. Selama aktivitas pada lingkungan panas, tubuh memberikan reaksi dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan cairan dari dalam tubuh. Tercapainya keseimbangan asupan dan pengeluaran cairan dalam tubuh disebut hidrasi. Status hidrasi buruk atau dehidrasi dapat menyebabkan berbagai perubahan fungsi fisiologis tubuh. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara pajanan panas dan status hidrasi pekerja bagian produksi di Pabrik Pengolahan Ikan Sawangan Depok. Metode: Penelitian cross sectional dengan jumlah sampel 88 orang diambil secara total sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2017 sampai dengan Januari 2018 di Pabrik Pengolahan Ikan Sawangan Depok. Variabel bebas adalah usia, jenis kelamin, status gizi, luas permukaan tubuh, asupan air minum, masa kerja dan suhu lingkungan kerja.Variable terikat adalah status hidrasi dengan indikator perubahan pada berat jenis urin responden sebelum dan sesudah kerja dan diukur dengan alat hand refractometer. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20.0. Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna antara berat jenis urin sebelum dan sesudah bekerja p=0,076 , 37,5 dari pekerja mengalami dehidrasi. Terdapat hubungan bermakna antara suhu lingkungan kerja dan status hidrasi p=0,002 dan juga antara asupan cairan dan status hidrasi p=0,013 . Suhu lingkungan kerja merupakan faktor risiko yang paling dominan dalam mempengaruhi terjadinya dehidrasi p=0.000; OR= 9,305; 95 CI=2,727-31,748. Kesimpulan: Hipotesis penelitian diterima dengan terbukti adanya hubungan lingkungan kerja dengan status hidrasi pekerja. Terdapat hubungan bermakna antara pajanan panas dan status hidrasi pekerja p=0,000;OR=9,305 . Pekerja yang mengalami dehidrasi 33 orang 37,5 . Faktor individu yang mempengaruhi status hidrasi pada pekerja adalah asupan air minum. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi status hidrasi pekerja adalah suhu lingkungan kerja.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Wahyudin
Abstrak :
Air merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang. Ketika tubuh kekurangan cairan efek yang ditimbulkan adalah tubuh mengalami dehidrasi. Dehidrasi yang terjadi pada mahasiswa program profesi ners dapat menyebabkan penurunan performa selama melaksanakan praktik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status hidrasi mahasiswa program profesi ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2018/2019 berdasarkan peminatan stase KKMP. Penelitian ini dilakukan pada responden usia dewasa dengan usia minumum m 21 tahun dan usia maksimum 33 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukan 17,2 % mahasiswa program profesi ners mengalami dehidrasi selama melaksanakan praktik. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan status dehidrasi antara lain adalah usia (p-value : 0,015) dan asupan air (p-value : 0,023). Sedangkan variabel yang tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status dehidrasi adalah peminatan stase KKMP (p-value : 0,434), jenis kelamin (p-value : 0,691), suhu tubuh (p-value : 0,667) dan status gizi (IMT) (p-value : 0,322). ......Water is essential for the health of one's body. The lack of fluids will result in dehydration. Dehydration that occurs in nursing profession students can cause a decrease in performance during the practicum. This study aims to determine the factors related to hydration status of professional phase undergraduate nursing student in Faculty of Nursing Universitas Indonesia, 2018/2019, based on KKMP stase specialization. Using cross-sectional design, this study investigates 64 respondent of adult male and female with a minimum age of 21 years and a maximum age of 33 years. The findings disclose that 17.2% respondents was dehydrated while carrying out the practicum. Variables that have a significant association with dehydration status include age (p-value: 0.015) and water intake (p-value: 0.023). Meanwhile, variables that did not have a significant association with dehydration status are specialization of KKMP stase (p-value: 0.434), gender (p-value: 0.691), body temperature (p-value: 0.667) and nutritional status (BMI) (p-value: 0.322).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Prasaja
Abstrak :
Penggunaan cisplatin masih merupakan lini pertama penanganan tumor padat walaupun dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Salah satu penanganan nefrotoksisitas cisplatin adalah pemberian hidrasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi ginjal serta mengevaluasi penggunaan volume hidrasi pada pasien yang mendapatkan regimen cisplatin di RS Dharmais. Desain penelitian adalah potong lintang dengan menggunakan data rekam medik pasien. Sampel adalah seluruh pasien kanker dewasa yang mendapatkan cisplatin dosis 60mg/m2 minimal selama empat siklus periode Agustus 2011-November 2013. Klirens kreatinin digunakan sebagai parameter penurunan fungsi ginjal. Pasien yang mendapatkan cisplatin selama empat siklus sebanyak 88 orang, sedangkan pasien yang mendapatkan cisplatin selama enam siklus sebanyak 56 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi nefrotoksisitas cisplatin setelah enam siklus kemoterapi sebesar 92,90% dengan rata-rata persentase penurunan fungsi ginjal sebesar 40,97±17,34% (n=56). Prevalensi nefrotoksisitas cisplatin setelah empat siklus kemoterapi sebesar 75,00% dengan rata-rata persentase penurunan fungsi ginjal sebesar 26,52±19,43% (n=88). Volume hidrasi rata-rata per siklus selama enam siklus kemoterapi cisplatin adalah 6168,46±2866,84 ml tapi ternyata tidak mempengaruhi penurunan fungsi ginjal. Faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi ginjal pasien dalam penelitian ini adalah usia (p<0,05). Nefrotoksisitas cisplatin terjadi sejak siklus pertama kemoterapi. Tingkat kerusakan ginjal semakin tinggi seiring dengan penggunaan berulang cisplatin pada siklus-siklus berikutnya.
Cisplatin had been using as the first line for solid tumor although its nephrotocixity. Hydration is one of strategies to handle cisplatin nephrotoxicity. The goals of this research were to evaluate the factors that affect the decrease of renal function and to evaluate hydration volume on patients treated with cisplatin in Dharmais Cancer Hospital. The design was cross-sectional by using patients medical record. Subjects were all adult cancer patients who treated with cisplatin dose 60mg/m2 minimum for four chemotherapy cycles from August 2011 to November 2013. Creatinine clearance was used as a renal function parameter. Patients who treated with cisplatin for four chemotherapy cycles were 88 persons and for six cycles were 56 persons. The prevalence of cisplatin nephrotoxicity after six cycles of chemotherapy was 92.90% with average decrease of renal function was 40.97±17.34 % (n=56). The prevalence of cisplatin nephrotoxicity after four cycles of chemotherapy was 75.00% with average decrease of renal function was 26.52 ± 19.43% (n=88). The average of hydration volume per cycle after six chemotherapy cycles was 6168.46 ± 2866.84 ml but it did not affect cisplatin nephrotoxicity. The only factor that affects this toxicity was patient?s age (p<0.05). Nephrotoxicity could be observed after the first cycle of chemotherapy. The degree of nephrotoxicity was higher after repeated use of cisplatin in the next cycles.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T39340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Jati Nur Ananda
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas proses pengembangan aplikasi ponsel berbasis android bernama Kuala24 untuk menghitung asupan harian gula tambahan pada anak usia sekolah di Jakarta Timur dan evaluasi penerimaan terhadap aplikasi tersebut. Penelitian menggunakan rancangan penelitian potong lintang, dengan pendekatan kualitatif pada tahap analisis kebutuhan dan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui evaluasi penerimaan dalam aspek content, grapich, dan design. Hasil penelitian ini yaitu sebuah aplikasi bernama Kuala24 untuk menghitung asupan gula tambahan yang berisi database makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan dan gambar makanan. Aplikasi Kuala24 mendapatkan penerimaan dengan kategori baik pada anak usia usia sekolah di Jakarta Timur
ABSTRACT
This study provides step-step how to develop application for calculating added sugar intake. The present study aims to develop and assess the acceptance of added sugar intake calculator application (Kuala24 app) in East Jakarta. Data collection was done by qualitative approach using Delphi technique to experts (n=15) in need assessment phase for developing Kuala24 app. Acceptance of Kuala24 was obtained from school aged children (n=59). Kuala24 app is a mobile application software for calculating added sugar intake that contain food databases, food picture and food grouping. The result of acceptance assessment is 55.9% school aged children having good acceptance.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Utami Ambarsari
Abstrak :
ABSTRAK
Status hidrasi merupakan komponen yang berperan penting dalam menjaga fungsi sistem tubuh. Memori merupakan salah satu domain fungsi kognitif otak yang dimiliki oleh manusia. Daya ingat memungkinkan manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan optimal. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 152 siswa yang ditentukan dengan teknik simple random sampling. Pengukuran status hidrasi diperoleh dari penghitungan berat jenis urin menggunakan urinometer. Sedangkan pengukuran memori dilakukan dengan instrumen Everyday Memory Questionnaire (EMQ). Penelitian ini menggunakan uji T tidak berpasangan atau uji T independen untuk mengidentifikasi hubungan antara status hidrasi dan memori. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor daya ingat pada kelompok siswa yang tidak mengalami dehidrasi dengan kelompok siswa yang mengalami dehidrasi (p = 0,003; t = 3,040). Oleh karena itu keseimbangan hidrasi harus dijaga agar memori dapat bekerja secara maksimal.
ABSTRACT
Hydration status is a component that plays an important role in maintaining the function of the body's systems. Memory is one of the cognitive function domains of the brain owned by humans. Memory enables humans to be able to perform daily activities optimally. This study used a comparative analytic method with a cross sectional approach. The number of samples in this study were 152 students who were determined by simple random sampling technique. Measurement of hydration status was obtained from calculating the specific gravity of urine using a urinometer. Meanwhile, memory measurements were carried out using the Everyday Memory Questionnaire (EMQ) instrument. This study used an unpaired T test or an independent T test to identify an association between hydration status and memory. The results of the research that have been conducted indicate that there is a significant difference between the mean memory score of the group of students who are not dehydrated and the group of students who are dehydrated (p = 0.003; t = 3.040). Therefore, the balance of hydration must be maintained so that the memory can work optimally.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status hidrasi, perubahan nilai total serum bilirubin, dan perbedaan durasi fototerapi bayi yang mendapat fototerapi dengan diberi ASI dan susu formula Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, observasional, dan prospektif terhadap 34 bayi cukup bulan yang sehat di sebuah rumah sakit di Jakarta. Responden dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu; kelompok bayi yang hanya diberi susu formula, kelompok bayi yang hanya diberi ASI, dan kelompok bayi yang diberi ASI dan susu formula. Hasil penelitian, menggunakan analisa data univariat dan bivariat dengan tes statistik Chi-square, ANOVA dan Mann-Whitney, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan status hidrasi dan perbedaan perubahan nilai total serum bilirubin (p= 0,76; α= 0,05), tetapi ada perbedaan durasi fototerapi antara ke tiga kelompok (p= 0,001; α= 0,05). Kelompok yang diberi ASI mempunyai durasi fototerapi tersingkat. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat memastikan keefektifan breastfeeding selama fototerapi.
PSIK FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Scorlice Okfadi Mangori
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang : Bagi para pekerja yang beraktivitas diluar ruangan dan siang hari tentu akan rentan terhadap keadaan yang disebut Heat Stress akibat pajanan panas. Jika kemampuan tubuh berkurang dalam rangka menurunkan suhu inti tubuh, maka akan membuat beberapa gangguan kesehatan bagi para pekerja. Asupan cairan yang cukup akan membuat pekerja lebih tahan terhadap dampak Heat Stress. Salah satu cara melihat kecukupan cairan tubuh adalah dengan melihat Status Hidrasi. Status Hidrasi dapat dilihat dengan mengukur Berat Jenis Urin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Status Hidrasi pada pekerja Land Seismic serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Status Hidrasi serta ketaatan pekerja terhadap kebijakan perusahaan mengenai konsumsi air selama bekerja. Metode : Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang yang dipilih berdasarkan total sampel (1unit pekerja). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner, pemeriksaan fisik (Tinggi dan Berat Badan), pengukuran suhu lingkungan, dan pengukuran Berat Jenis Urin di akhir shift kerja. Pengukuran Berat Jenis Urin dilakukan dengan menggunakan Hand Refractometer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Chi Square. Hasil : Prevalensi Status Hidrasi yang TIDAK BAIK pada pekerja di akhir shift sebesar 42%. Faktor-faktor yang mempengaruhi status hidrasi (Umur, Indeks Masa Tubuh, Asupan Cairan, Lama Kerja) yang diteliti tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Status Hidrasi. Selain itu, tingkat kepatuhan pekerja terhadap kebijakan perusahaan sangat rendah yaitu hanya 1,2% pekerja yang patuh terhadap kebijakan perusahaan.
ABSTRACT Background : For workers who work outdoors and during the day would be prone to a condition called Heat stress due to heat exposure. If the ability of the body is reduced in order to lower the body's core temperature, it will create some health problems for workers. Adequate fluid intake will make workers more resistant to the effects of Heat Stress. One way to look at the adequacy of body fluids is to look Hydration Status. Hydration status can be seen by measuring Urine Specific Gravity. This study aims to look at Land seismic workers' hydration status and look at factors that affect the hydration status and also want to see workers adherences against company policy regarding the consumption of water during work. Methode : This research using Cross Sectional design with 68 samples (total samples) . Data collected by interview, quesioners, physical check (body weight and Height), working enviroment temperature measurement, and Urin specific gravity measurement. Measurement of urine specific gravity using Hand- refractometer. Data analysed using Chi Square. Result : The prevalence of hydration status is that classified as NOT GOOD (≥1.020) at end of shift at 42%. Factors that affect the hydration status (age, body mass index, intake of liquids, work time status) studied did not have a significant relation with the hydration status. In addition, the level of compliance of workers against company policy is very low at only 1.2% of workers who adhere to company policies.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Lusiana
Abstrak :
ABSTRAK Panas merupakan faktor fisik yang sering ditemui di dunia industri. Panas kerap membuat pekerja kehilangan cairan karena berkeringat. Pajanan pestisida dapat membuat seorang pekerja mengeluarkan cairan tubuh berlebih karena keringat. Kedua hal ini yaitu pajanan panas dan pestisida dapat mempengaruhi status hidrasi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pajanan panas dan pestisida terhadap status hidrasi pekerja di PT.X. Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 75 orang. Pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali lewat pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan urin. Status hidrasi dinilai berdasarkan pengukuran berat jenis urin sebelum dan sesudah bekerja. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara faktor demografi dan faktor pekerjaan dengan status hidrasi, kecuali faktor umur menunjukkan hubungan yang bermakna dengan status hidrasi (p=0,007) setelah bekerja. Tidak terdapat hubungan antara pajanan panas dan pestisida dengan status hidrasi (p>0,05). Responden yang dehidrasi sebelum bekerja ditemukan 69,3%. Tidak didapatkan hubungan antara faktor demografi dan faktor pekerjaan dengan status hidrasi pekerja, kecuali umur berhubungan secara bermakna dengan status hidrasi setelah bekerja. Tidak didapatkan hubungan pajanan panas dan pestisida dengan status hidrasi. Hal ini dikarenakan karakteristik dari karbamat yang non lipophilic dan cepat dimetabolisme dari tubuh sehingga tidak didapat akumulasi kronik. Sebelum bekerja responden telah mengalami dehidrasi sebesar 69,3%. Hal ini dikarenakan tidak cukupnya asupan air minum selama bekerja akibat terpajan panas (kriteria NIOSH). Pekerja disarankan untuk minum air sebanyak 200 ml setiap 20 menit untuk mencegah terjadinya dehidrasi, dan menggunakan APD selama bekerja.
ABSTRACT Heat stress is a physical hazard that is often to find in industry. It cause a worker loss their body fluid through sweating. Pesticide exposure make a worker produce more sweat. Both heat stress and pesticide exposure influence hydration status. This study is intended to know the association between heat stress and pesticide exposure with hydration status among workers in PT.X. Design of this study is cross sectional with a number of respondent are 75 worker. Data collection was done two times by completing questionnaire, physical examination and urine specific gravity test. Hydration status was determined by measuring urine specific gravity before and after working. The results showed that there is no association between heat stress and pesticide exposure with hydration status before and after working (p>0,05). There is no association between demography and working factor with hydration status, except age (p=0,007). Dehydration before working was found 69,3%. This study gets no association between demography and working factor with hydration status, except age. Heat stress and pesticide exposure did not show association with hydration status. Characteristic of carbamate which is fast metabolized and non lipophilic cause the body has no chronic accumulation. Respondent have had dehydrated before working as many 69,3%. Lack of water consumption is the main reason (NIOSH criteria). It is recommended to take 200 ml water in every 20 minutes to prevent dehydration, and to use PPE while working.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Hustrini
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Hidrasi optimal merupakan hidrasi yang mencukupi untuk menggantikan kehilangan cairan, menjamin produksi urin cukup untuk mengurangi risiko urolitiasis dan penurunan fungsi ginjal, serta mencegah keluarnya arginin vasopresin AVP . Osmolalitas urin 24 jam diketahui dapat mengukur status hidrasi seseorang, namun dirasakan memberatkan karena kemungkinan urin tercecer dan membatasi aktivitas kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang lebih sederhana untuk menggantikan pemeriksaan tersebut. Penelitian sebelumnya menunjukkan osmolalitas urin sore memiliki nilai terdekat dengan osmolalitas urin 24 jam. Namun, belum ada penelitian yang mengukur kemampuan urin sore hari sebagai penentu status hidrasi optimal. Tujuan: Mengetahui peranan pemeriksaan osmolalitas urin sore hari untuk menilai status hidrasi optimal dibandingkan dengan osmolalitas urin 24 jam. Metode: Studi diagnostik dengan desain studi potong lintang terhadap subjek sehat berusia 18-59 tahun dengan menganalisa kurva ROC untuk mendapatkan titik potong dan akurasi osmolalitas urin sore hari dalam menilai status hidrasi optimal. Hasil: Antara bulan Agustus-September 2016 terkumpul 120 subjek 73,8 perempuan, median usia 32 tahun yang memenuhi kriteria penelitian dengan median osmolalitas urin 24 jam 463,5 95 IK, 136-1427 mOsm/kg H2O dan median osmolalitas urin sore hari 513 95 IK, 73-1267 mOsm/kg H2O. Pada analisis didapatkan korelasi sedang r= 0,59; p
ABSTRACT
Background: Optimal hydration representing adequate total daily fluid intake to compensate for daily water losses, ensure urinary output to reduce the risk of urolithiasis and renal function decline, and also avoid production of arginine vasopressin AVP . Twenty four hour urine osmolality has known to assess hydration status, but it is challenging because of the possibility of spilling urine and limiting time for daily activities. So that, we need easier method to determine optimal hydration status to replace 24 hour urine osmolality. Previous studies showed afternoon urine osmolality have an association with 24 hour urine osmolality. However, no studies measure the performance of afternoon urine osmolality to assess optimal hydration status. Objective: To determine the performance of afternoon urine osmolality to assess the optimal hydration status compared with 24 hour urine osmolality. Methods: Diagnostic study with cross sectional study design was conducted to healthy subjects aged 18 59 years by analyzing the ROC curve to obtain the optimal cutt off point and accuracy of afternoon urine osmolality in assessing the optimal hydration status. Results: Between August September 2016 there were 120 subjects 73.8 female, median age 32 years who met the study criteria with a median 24 hour urine osmolality 463.5 95 CI, 136 1427 mOsm kg H2O and median afternoon urine osmolality 513 95 CI, 73 1267 mOsm kg H2O. From the analysis, we found the correlation was moderate r 0.59 p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>