Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Made Suyadnya
Abstrak :
Hipospadia merupakan salah satu kelainan kongenital yang terjadi pada 1 per 300 kelahiran dan 20% dari keseluruhan kasus adalah hipospadia proksimal. Faktor yang menentukan jenis teknik operasi yang akan digunakan diantaranya yaitu letak meatus, ada tidaknya chordee, ketersediaan prepusium, kualitas lempeng uretra, dan pengalaman operator. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan Teknik Tubularized Incised Plate(TIP), Duckett, dan Onlay Island Flap (OIF) sesuai dengan pengalaman di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian retrospektif analitik ini melihat data rekam medis dan status khusus urologi dari pasien hipospadia proksimal dengan letak meatus uretra di penis proksimal, penoskrotal, dan skrotal yang menjalani tindakan release chordeedan uretroplasti di RSCM dari tahun April 2002 sampai Mei 2014. Terdapat 119 pasien yang terdiri dari 33 pasien dengan teknik TIP, 50 pasien dengan teknik Duckett, dan 36 pasien dengan teknik OIF. Rata-rata umur kelompokTIP 4,87±3,05 tahun, kelompok Duckett 6,33±6,02 tahun, dan kelompok OIF 4,68±3,27 tahun. Lokasi meatus uretra terbanyak di penoskrotal pada TIP 24/33 (72,7%), Duckett 37/50 (74.0%), dan OIF30/36 (83,3%). Ukuran penis kecil ditemukan pada TIP, Duckett dan OIF yaitu 4/33 (12,1%), 10/50 (20,0%), dan 6/36 (16,7%). Kelompok TIP 21/33 (63,6%) memiliki lempeng uretra yang cukup lebar, sedangkan pada Duckett dan OIF lebih banyak memiliki lempeng uretra yang sempit yaitu 26/50 (52%) dan 20/36 (55,6%). Angka komplikasi total TIP 15/33 (45,5%), Duckett 15/50 (30%) dan OIF 5/36 (13,9%), dan menunjukkan hasil signifikan secara statistik p<0,05. Teknik OIF lebih superior dibandingkan TIP dan Duckett dalam hal menurunkan komplikasi secara kumulatif serta memiliki angka kejadian fistula yang rendah pasca rekonstruksi hipospadia proksimal primer. ......Hypospadias is a congenital disorder that occurs in 1 per 300 births with 20% of cases are proximal hypospadias. The location of meatus, presence of chordee, availability prepuce, quality of the urethral plate, and operator experience are factors that determine in selecting operative technique. This study aimed to compare the use of Tubularized Incised Plate (TIP), Duckett, and Onlay Island Flap (OIF) following the experience at Cipto Mangunkusumo Hosptal (RSCM). Data gathered from patients medical records and urological status of proximal hypospadias with proximal, penoscrotal, and scrotal urethral meatus who underwent chordee released procedure and urethroplasty at RSCM from April 2002 to May 2014. There were 119 patients consisting of 33 patients with TIP techniques, 50 patients with Duckett, and 36 patients with OIF techniques. The mean age of patients underwent TIP was 4.87±3.05 years old, Duckett was 6.33±6.02 years old, and OIF was 4.68±3.27 years old. Urethral meatus was mostly found at penoscrotal with a total of 24/33 (72.7%), 37/50 (74.0%), and 30/36 (83.3%) cases, respectively. Small penis was found in TIP, Duckett, and OIF with a total of 4/33 (12.1%), 10/50 (20.0%), and 6/36 (16,7%) cases, respectively. In TIP group, 21/33 (63.3%) cases had a fairly wide urethral plate, whereas in Duckett and OIF were mostly of the cases have narrow urethral plate, with a total of 26/50 (52%) and 20/36 (55.6%) cases, respectively. Complications were found at 15/33 (45.5%) cases of TIP, 15/50 (30%) cases of Duckett, and 5/36 (45,5%) cases of OIF with statically significant results p <0.05. The OIF technique was found to be superior to TIP and Duckett in terms of reducing complications and having a low incidence of fistula after primary proximal hypospadias reconstruction.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Atmoko
Abstrak :
Latar belakangMekanisme patofisiologi yang menyebabkan terjadinya chordee pada pasien dengan hipospadia dan fase tersembunyi dari penis buried penis pada lemak prepubis masih belum sepenuhnya dimengerti. Reseksi dari jaringan dartos pada umumnya bisa membuat penis kembali menjadi lurus pada pasien dengan hipospadia dan mengkoreksi kasus ini sama pada buried penis, yang menunjukkan adanya patofisiologi yang mirip pada kedua kondisi tersebut yang terkait dengan jaringan dartos. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik jaringan ikat beserta vaskularisasi dari fascia dartos antara penis normal, buried penis, dan hipospadia. Desain studi: Kami melakukan studi ini dari Mei 2013 hingga November 2016. Dartos fascia dikumpulkan dari 3 kelompok, yaitu: normal penis, buried penis, dan hipospadia. Kami membandingkan jaringan dari 3 kelompok ini menggunakan pewarnaan Mason Trichrome, Gomori's silver impregnasi, Weigert resorcin-fuchsin, dan CD 31 imunohistokimia untuk mengevaluasi serat kolagen, retikulin, elastin, dan sel endothelial dari pembuluh darah. Semua data yang didapatkan kemudian dikuantifikasi menggunakan image J dan dilakukan analisis statistic one way ANOVA. Penilaian dilakukan oleh dua orang ahli patologi secara tersamar tanpa mengetahui diagnosis klinis dari pasien. Hasil: Total didapatkan 60 pasien dengan 20 pasien tiap grup. Sebagian besar serat kolagen pada buried penis dan hipospadia menunjukkan serat yang lebih tebal dan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan penis normal. Terdapatkan penurunan jumlah total kolagen dan elastin pada dartos fascia hipospadia dan buried penis. Di sisi lain, rasio dari retikulin yang merepresentasikan kolagen tipe III terhadap total kolagen mengalami peningkatan dibandingkan penis normal. Diskusi: Ini adalah studi pertama yang membandingkan karakteristik histopatologi, histokimia, dan imunohistokimia dari jaringan ikat pada pasien buried penis dan hipospadia. Walaupun dartos fascia pada buried penis dan hipospadia tebal dan inelastis saat dipalpasi atau saat traksi/counter traksi, jaringan ini memiliki vaskularisasi yang baik. Dartos fascia ini inelastis dan bukan merupakan jaringan normal, dan karakteristiknya berbeda dengan jaringan fibrosis. Akan tetapi, studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan dan harus mendiferensiasikan derajat dari chordee pada pasien dengan hipospadia dan buried penis. Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara jaringan dartos fascia pada hipospadia dan buried penis dengan jaringan penis normal. Jaringan ini merupakan jaringan abnormal padsa pasien hipospadia dan buried penis. Sehingga, kami merekomendasikan untuk dilakukan eksisi jaringan ini saat operasi rekonstruksi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui patofisiologi dari kondisi ini. ......Introduction Pathophysiological mechanisms leading to chordee in patients with hypospadias and to the hidden state of buried penis in the prepubic fat remain unclear. Resection of dartos tissue usually makes the penis straight in patients with hypospadias and corrects it in those with buried penis, suggesting a common pathophysiology related to dartos tissue. Objective: This study aimed to compare connective tissue and vascularization of dartos fascia between normal penis, buried penis and hypospadias. Study design: We conducted this study from May 2013 to November 2016. We collected Dartos fascia specimens from 3 groups buried penis, hypospadias, and normal penis as control. We compared the fibers between these groups by Masson Trichrome histochemical staining, Gomori's silver impregnation staining, Weigert resorcin fuchsin staining and CD31 immunohistochemical staining for evaluation of collagen fibers, reticulin fibers, elastin fibers, and endothelial cells of blood vessels, respectively. The collagen fibers, reticular fibers, elastic fibers and vascular vessels were counted with ImageJ, and were analyzed using one way ANOVA test. The assessment conducted by two pathologists was blinded, without knowing the clinical diagnosis of patients. Results: A total of 60 patients with 20 patients for each group. Collagen fibers for most cases of buried penis and hypospadias showed thicker but lesser number of collagen fibers than normal penis. There was a reduction of total collagen and elastin of dartos fascia in hypospadias and buried penis cases. On the other hand, ratio of reticulin fibers which represent collagen type III to total collagen was increased in comparison to normal penis. Discussion: This is the first study which compare the histopathological, histochemical, and immunohistochemical features of dartos fascia connective tissue in patients with buried penis and hypospadias. Although dartos fascia in buried penis and hypospadias is thick and inelastic in palpation or during traction counter traction, it is well vascularized tissue. This inelastic dartos fascia tissue is an abnormal tissue, but its characteristic is not similar to fibrotic tissue. However, further study with larger sample is warrant and should differentiate degree of chordee in patients with hypospadias and buried penis. Conclusions: There was a difference between connective tissue of dartos fascia in buried penis and hypospadias patients compared to normal penis. Inelastic dartos fascia tissue in patients diagnosed with buried penis and hypospadias is an abnormal tissue. Therefore, it is suggested to excise this tissue during reconstructive surgery. Further research is needed to unveil the pathophysiology of the condition.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulius Fajar Martanu
Abstrak :
OBJEKTIF Untuk mengetahui hasil urethroplasty dengan teknik tubularized incised plate (TIP) pada penderita hipospadia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. METODE Dilakukan evaluasi rekam medis pada pasien hipospadia di sub bagian Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangurikusumo dan RSAB Harapan Kita yang menjalani urethroplasty untuk pertama kali dengan teknik TIP dalam kurun waktu Januari 2002 hingga Desember 2003. Penilaian dilakukan pada hasil operasi, komplikasi dan hubungan an tara komplikasi dengan jenis hipospadia, lama operasi, jenis diversi urin atau lama pemakaian stent urethra. HASIL Didapatkan 19 pasien yang menjalani urethroplasty dengan teknik TIP, 13 pasien dengan jenis hipospadia yang mid dan sisanya dengan jenis hipospadia proksimal. Hasil operasi secara fungsional dan kosmetik cukup memuaskan. Delapan pasien dengan komplikasi fistel urethrokutan, 1 pasien diantaranya disertai dengan meatal stenosis. Komplikasi pada kelompok yang dilakukan diversi urin dengan sistostomi perkutan lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan kelompok yang memakai stent urethra (p = 0,046). KESIMPULAN Komplikasi urethroplasty dengan teknik TIP adalah 42,1 %. Kelompok dengan sistostomi perkutan mengalami komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang memakai stent urethra.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library