Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewata Aprilia Marilyn
"Latar belakang. Tingginya angka bedah sesar menunjukkan tingginya anestesia spinal, komplikasi yang disebabkan oleh anestesia spinal yang berhubungan dengan morbiditas ibu dan janin adalah hipotensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah posisi reverse Trendelenburg (RT) dapat mencegah atau menurunkan angka kejadian hipotensi pada operasi bedah sesar yang menggunakan teknik anestesia spinal dengan bupivakain dosis 10 mg dengan fentanil 25 mcg.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis, acak, tidak tersamar pada pasien yang menjalani bedah sesar dengan anestesia spinal di RSIA Budi Kemuliaan pada bulan Oktober sampai November 2018. Sebanyak 108 subjek diambil setelah memenuhi kriteria inklusi. Analisis data menggunakan uji komparatif non-parametris Chi Square.
Hasil. Angka kejadian hipotensi pada kelompok reverse Trendelenburg 10 derajat sebesar 15/54 (27,8%) sedangkan kelompok posisi netral sebesar 31/54 (57,4%). Posisi RT menurunkan risiko hipotensi sebesar 2.08 kali dibandingkan posisi netral (Risk ratio 0,48) dengan Interval Kepercayaan 95% berada pada rentang 0,3 – 0,8. Secara statistik dengan uji Chi square didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok posisi RT dan netral dalam menyebabkan terjadinya hipotensi dengan nilai p 0,004.
Simpulan. Posisi reverse Trendelenburg 10 derajat menurunkan angka kejadian hipotensi dua kali lipat dibandingkan posisi netral.

Background. The high number of caesarean section procedure describes amount of spinal anesthesia method. Complication caused by spinal anesthesia which related to maternal and fetal comorbidities is hypotension. The main aim of this research is to study reverse Trendelenburg 10 degree position to prevent or lowering incidence of hypotension for patient undergo caesarean section with spinal anesthesia using bupivacaine 10 mg and fentanyl 25 mcg.
Method. This research is randomized but not blinded clinical trial to patient undergo caesarean section with spinal anesthesia at Budi Kemuliaan hospital during October to November 2018. Total 108 subjects were selected after fulfilling the inclusion criteria. Data were analyzed using nonparametric and comparative test with Chi Square.
Results.The incidence of hypotension in reverse Trendelenburg (RT) group is 15/54 (27.8%) while the incidence of hypotension in neutral group is 31/54 (57.4%). RT position lowering the incidence of hypotension in the amount of 2.08 times compared with neutral position (risk ratio 0.48), confidence interval 95% within 0.3-0.8. There is significant difference between groups with p 0.004.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Nugroho
"Hipotensi merupakan masalah yang sermg di jumpai pada tindakan analgesia blok. Subarak.hnmd ( SAB ) untuk bedah seksio sesari. Penelitian acak. terbuka ini meneliti keefektifan elevasi tungkat 30° untuk mengurangi kekerapan hipotenst pada analgesia SAB untuk bedah seksaria sesama pembanding yang digunakan adalah tidakan yang sudah terbukti efektif mengurangi kekerapan hipotensi pada analgesia SAB untuk bedah seksio sesaria yaitu pemberian laktatintravena 20 mll/kg bb saat penyuntikan spmal ( coload).
Seratus enampuluh satu pasien yang menjalani bedah seksio sesaria dikelompokkan secara acak menjadi kelompok yang tungkainya dielevasikan 30° (kelompok. elevast) dan kelompok yang diberikan cairan laktat 20 ml/kg bb yang diberikan saat penyuntikan (kelompok load). Kejadian hipotensi (25% bandmg 39% p = 0 510) penggunaan efedrin ( medran 0 [0 30] bandmg 0 [030] p = 0 381) mlat APGAR menit pertama ( median 9 [4 9] bandmh 9 [6 9] p = 0 908) dan menit kelima (median 10 [6 10] bandmh, 10 [8 10] p= 0 -+1-+) tidak berbeda antara kelompok elevas1 dan kelompok coloid.
Kesimpulannya adalah devast tungkai sama efektifnya dengan pemberian laktat 20 ml/kg bb untuk mengurangi hitpotensi pada tindakan analgesia blok subarakhanoid bedah seksio sesaria.

Hypotension Is the most common problem following subarachnoid block analgesia for cesarean section. In this study we tested the hypothesis that 30° leg elevation (elevation group) following subarachnoid block analgesia cesarean section would reduce the incidence of hypotension. In this study we used coloadmg lactated ranger's solution 20 m/kg BW intravenously given dunng spinal injection (coload group) as comparison.
We conducted an open randomuzed trial study m 161 patients would undergo cesarean section. Patients divided into leg elevation and coload group. Both groups had no difference in hypotension mdctence (25% m leg elevation group and 39% m coload group p = 0 51 0) ephedi in dose requirement (median 0 [ 0 10 ] compared with 0 [ 010 l p = 0 381) Apgar's score in first minute ( median 9 [ 4 9 ] compared With 9 [ 6 9 ] p = 0 908 ) and fifth minute( median I0 r6 I0 ] compared with I0 [ 8 I0 ] p= 0 4 14).
The conclusion that 30° leg elevation is as effective as coloading lactated ringer 20 ml/kg Bw intreavenously given during, spinal injection to decrease hypotenston mcdence tollowing subarachnoid block analgesia for cesarean section.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T22669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Nugroho
"Hipotensi merupakan masalah yang sermg di jumpai pada tindakan analgesia blok. Subarak.hnmd ( SAB ) untuk bedah seksio sesari. Penelitian acak. terbuka ini meneliti keefektifan elevasi tungkat 30° untuk mengurangi kekerapan hipotenst pada analgesia SAB untuk bedah seksaria sesama pembanding yang digunakan adalah tidakan yang sudah terbukti efektif mengurangi kekerapan hipotensi pada analgesia SAB untuk bedah seksio sesaria yaitu pemberian laktatintravena 20 mll/kg bb saat penyuntikan spmal ( coload).
Seratus enampuluh satu pasien yang menjalani bedah seksio sesaria dikelompokkan secara acak menjadi kelompok yang tungkainya dielevasikan 30° (kelompok. elevast) dan kelompok yang diberikan cairan laktat 20 ml/kg bb yang diberikan saat penyuntikan (kelompok load). Kejadian hipotensi (25% bandmg 39% p = 0 510) penggunaan efedrin ( medran 0 [0 30] bandmg 0 [030] p = 0 381) mlat APGAR menit pertama ( median 9 [4 9] bandmh 9 [6 9] p = 0 908) dan menit kelima (median 10 [6 10] bandmh, 10 [8 10] p= 0 -+1-+) tidak berbeda antara kelompok elevas1 dan kelompok coloid.
Kesimpulannya adalah devast tungkai sama efektifnya dengan pemberian laktat 20 ml/kg bb untuk mengurangi hitpotensi pada tindakan analgesia blok subarakhanoid bedah seksio sesaria.

Hypotension Is the most common problem following subarachnoid block analgesia for cesarean section. In this study we tested the hypothesis that 30° leg elevation (elevation group) following subarachnoid block analgesia cesarean section would reduce the incidence of hypotension. In this study we used coloadmg lactated ranger's solution 20 m/kg BW intravenously given dunng spinal injection (coload group) as comparison.
We conducted an open randomuzed trial study m 161 patients would undergo cesarean section. Patients divided into leg elevation and coload group. Both groups had no difference in hypotension mdctence (25% m leg elevation group and 39% m coload group p = 0 51 0) ephedi in dose requirement (median 0 [ 0 10 ] compared with 0 [ 010 l p = 0 381) Apgar's score in first minute ( median 9 [ 4 9 ] compared With 9 [ 6 9 ] p = 0 908 ) and fifth minute( median I0 r6 I0 ] compared with I0 [ 8 I0 ] p= 0 4 14).
The conclusion that 30° leg elevation is as effective as coloading lactated ringer 20 ml/kg Bw intreavenously given during, spinal injection to decrease hypotenston mcdence tollowing subarachnoid block analgesia for cesarean section.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library