Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Widyasanti
"PT. Indosat memerlukan langkah strategis dalam melakukan proses migrasi frekuensi CDMA StarOne agar dalam pelaksanaannya tidak mengganggu performansi jaringan GSM eksisting, hal tersebut diperlukan karena keputusan Menkominfo KM. Nomor 181 Tahun 2006 per tanggal 12 Desember 2006 tentang alokasi frekuensi yang diberikan untuk CDMA StarOne yang ternyata berhimpit dengan frekuensi eksisting GSM PT. Indosat terutama pada frekuensi CDMA downlink 889.515 MHz. Frekuensi yang berhimpit tersebut akan menimbulkan resiko disisi internal antara jaringan GSM eksisting dan CDMA, seperti akan munculnya interferensi dimana-mana, meningkatnya drop call, penurunan daya jangkauan/coverage, timbulnya blank spot baru, yang pada akhirnya akan mengurangi performasi jaringan GSM yang sekarang ini masih menjadi bisnis paling dominan. Untuk mengantisipasi resiko paska dimigrasikannya frekuensi CDMA StarOne ini, maka langkah re-engginering pada jaringan GSM PT. Indosat mau tidak mau harus dilakukan.
Ada beberapa opsi yang akan dipilih dan dianalisa baik dari sisi performansinya maupun dari sisi keefektifan biaya yang dikeluarkan. Opsi-opsinya adalah dengan/tanpa pemasangan filter pada kedua jaringan, berapa kanal yang akan dibebaskan, dan metode hopping yang bagaimana yang akan digunakan. Bagaimana pengaruh hasil implementasi global frequency planning ini pada jaringan GSM PT. Indosat, akan dianalisa lebih lanjut hasil performansinya sebelum dan sesudah implementasi, kendala-kendala dilapangan, efektifitas penggunaannya dengan dan tanpa filter, perolehan nilai KPI, dan tentunya implikasi implementasi ini pada revenue perusahaan.

PT Indosat needs strategic steps in doing the migration process of CDMA StarOne, so that it does not conflict the existing GSM network performance. It is in accordance with the regulation of Menkominfo KM No.181Year 2006 dated of December 12, 2006 stating that frequency allocation given to CDMA StarOne is crashed againts the existing PT. Indosat GSM frequency especially in CDMA frequency downlink 889,515 Mhz. The crash will lead into internal risk between GSM network and CDMA network, such as interference, the significant increasing of drop call, decrease the coverage area, additional blank spot, conclusively it will decrease GSM Network performance that currently is the main business. To antisipate the risk of post CDMA StarOne frequency migration, re-engineering steps must be done by PT. Indosat.
There're some options that should be done and analyzed from performance side and revenue improvement. Those options are with or without filter implementation at both network, how many channels should be released, what hopping methode should be implemented. How these methode effect in GFP implementation in GSM Network of PT. Indosat will be analyzed further, before and after time implementations, the real constraint, the effectiveness with or without filter implementation, KPI score, and the total revenue of the company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24642
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desritayanti
"Indosat mengembangkan layanan FWA, StarOne, sejak 2004 namun dilihat dari pertumbuhan jumlah pelanggannya sangatlah kecil dibandingkan dengan kompetitor layanan sejenis, padahal kapasitas jaringan yang tersedia untuk jumlah pelanggan StarOne cukup besar. Terkait dengan hal tersebut maka perlu di lakukan satu kajian pengembangan StarOne khususnya dalam peningkatan jumlah pelanggan. Pertumbuhan pelanggan CDMA Indosat saat ini pada posisi yang terendah dibandingkan operator FWA lainnya. Sebagai operator yang memiliki lisensi penyelenggaraan jaringan lokal, maka Indosat memiliki komitmen terhadap Pemerintah untuk turut meningkatkan teledensitas jaringan fixed. Untuk itu Indosat perlu meningkatkan strategi untuk mengejar ketertinggalan dalam pencapaian jumlah pelanggan CDMA-nya. Terkait dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan analisis terhadap kemungkinan pengembangan layanan FWA Indosat sehingga jumlah pelanggan Indosat tidak tertinggal jauh dibandingkan para pesaingnya.
Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan pada pengembangan FWA Indosat melalui survei dengan menyebarkan kuesioner, didapatkan hasil bahwa StarOne berada pada kuadran 2 dimana artinya adalah bahwa StarOne dapat dikembangkan dengan strategi yang turn-around, yaitu untuk menghadapi berbagai ancaman Indosat masih memiliki kekuatan dengan memanfaatkan peluang jangka panjang. Hasil pengujian ini juga menunjukan bahwa pada matrik daya tarik industri, StarOne yang berada pada sel 6 yaitu melakukan strategi "retrenchement" artinya perlu dilakukan konsentrasi terus menerus melalui strategi ekspansi dengan pelanggan baru, pasar baru dan akuisisi untuk memperkuat daya saing. Dari kedua kondisi tersebut maka strategi bersaing yang dapat dilakukan oleh StarOne agar memperoleh keunggulan bersaing adalah Cost Leadership, differensiasi dan strategi fokus.

Since 2004, Indosat has been developing the FWA service, StarOne. Till now, it is not giving good result on numbers of customers compared with competitor which has similar services. Whereas the capacity of Starone network are provided more bigger than number of subscriber starone. In relation to that point, it requires detail analysis on which posibilities of development for StarOne, especially for increase numbers of customer. The growth for Indosat CDMA subscribers has not increased so well, compared with other FWA operators, and even now having the lowest numbers of subscribers. Having the license for implementation of local network, Indosat has commitment to the regulator (government) to increase fixed teledensity network. In accordance with that point, Indosat needs to find the right strategy for posibilities of development for StarOne, FWA Indosat. So that, numbers of customer can increase significantly compared with the competitors.
Based on SWAT analysis through questionnaires, the result is saying that starone has stayed at 2nd quadrant. This means that starone can be developed using turn-around strategy which will be able to retain long term opportunity. This analysis also says that in matrix of industry interests, starone is at cell 6 implementing the "retrenchment" strategy which needs to continuously focus on how to strengthen and increase the number of customers, new captive market, and acquisition in order to gain competitive advantages. According to these 2 conditions, the strategy to get competitive advantage is Cost Leadership, differentiation dan focus strategy."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24621
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Mayasari
"Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat cepat, berdampak pada semakin berkembangnya bisnis telepon seluler di Indonesia. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan teknologi tersebut, perlu dilakukan pembangunan infrastruktur dan noninfrastruktur telekomunikasi. Pembangunan fasilitas - fasilitas penunjang tersebut membutuhkan investasi yang sangat besar, namun tetap harus dilakukan karena pertumbuhan pasar pun sangat pesat.
Salah satu operator telepon seluler yang sangat berkembang di Indonesia adalah PT Indosat M3 . Perusahaan tersebut didirikan pada bulan Agustus 2001 oleh PT Indosat Tbk, berdasarkan Keputusan No. KP.247. Sebagai pendatang baru PT Indosat M3 telah mampu memposisikan dirinya pada peringkat keempat operator telepon seluler yang mempunyai pelanggan terbanyak di Indonesia. Potensi profit yang menjanjikan berdasarkan analisis industri yang telah dilakukan dan gambaran kondisi ekstemal di Indonesia menunjukkan prospek pertumbuhan industri telepon seluler di Indonesia yang sangat cerah. Hal ini menjadi dasar yang kuat bagi PT Indosat M3 untuk masuk dan mengembangkan usaha dalam bisnis ini.
Analisis SWOT terhadap PT Indosat M3 dilakukan untuk dapat menentukan altematif strategi yang mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan. Penerapan strategi tersebut salah satunya akan direalisasikan melalui pelaksanaan pengembangan usaha. Perusahaan berencana untuk melakukan proyek pengembangan jaringan XYZ pada bulan September 2003 ( selambat - lambatnya dilaksanakan awal tahun 2004 ).
Proyek pengembangan jaringan XYZ dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas layanan dan memperluas kapasitas cakupan pelanggan dengan menggunakan teknologi terbaru (upgrade site) di Jabotabek, Bandung, Jawa Tengah dan Batam. Pada karya akhir ini dihitung kelayakan proyek pengembangan jaringan XYZ tersebut, sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi perusahaan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dan mengolah data, baik yang berupa data primer maupun data sekunder yang diperoleh melalui riset kepustakaan dan riset lapangan. Data - data yang diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui besamya cash flow, yang kemudian dihitung kclayakan proyek dengan metode capital budgeting.
Analisis kelayakan penambahan investasi dilakukan berdasarkan tiga skenario kondisi yang mungkin dihadapi oleh perusahaan. Penggunaan skenario tersebut dimaksudkan agar perusahaan lebih fleksibel dan siap dalam menghadapi kondisi terbaik maupun terburuk di masa yang akan datang. Penulis juga mengajukan tiga altematif proporsi sumber pembiayaan agar perusahaan dapat memilih altematif yang paling menguntungkan bagi perusahaan dengan mempertimbangkan berbagai risikonya.
Perhitungan dengan metode capital budgeting dilakukan dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Perhitungan dengan ketiga metode tersebut menunjukkan indikasi positif, o;eh karena itu dapat disimpulkan bahwa proyek XYZ layak dilaksanakan. Adapun proporsi pembiayaan yang paling menguntungkan bagi perusahaan adalah dengan altematif 60% dari pinjaman dan 40% dari modal sendiri."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library