Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustinus Hariyana
Abstrak :
Masalah penelitian ini adalah konsepsi Sherman Alexie yang menampilkan citra pranata sosial orang Indian yang baru yang merupakan lawan stereotip yang berlaku di kalangan kulit putih. Landasan teori tesis ini mengacu kepada beberapa sumber kepustakaan yang berupa tulisan dan penelitian terdahulu yang mencakup subjek-subjek tentang reservasi, stereotip, dan juga pranata sosial Indian. Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kualitatif dengan mendasarkan diri pada penelitian kepustakaan. Data yang diperoleh baik dari sumber konvensional maupun situs internet resmi kemudian dipilih dan dianalisis guna membuktikan hipotesis. Hasil dari penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis penelitian bahwa pemikiran Sherman Alexie tentang reservasi Indian menciptakan lawan stereotip yang biasa diberlakukan bagi orang Indian yang dibuat dan disebarluaskan oleh orang kulit putih melalui berbagai macam media baik tulisan maupun film yang membuat orang Indian tidak dikenal baik secara positif maupun negatif.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Bayu Perdana
Abstrak :
Tulisan ini berfokus pada tatanan (order) arsitektural candi Jawa. Tulisan kontemporer kerap menelaah arsitektur candi menggunakan tatanan triparti, yang utamanya digunakan untuk membagi tampak candi ke dalam tiga bagian: badan, kepala, dan kaki. Meski umum digunakan, tatanan sederhana ini tidak merefleksikan secara akurat kompleksitas candi sehingga pembahasan arsitektural candi seringkali tidak rinci. Penulis mengusulkan sebuah sistem tatanan baru, yang penulis sebut sebagai “tatanan vāstu.” Tatanan ini direkonstruksi menggunakan metode riset arsitektural-historis yang membandingkan candi-candi Jawa serta struktur mancanegara terkait dalam lensa tipo-morfologis, didukung dengan analisis sastra arsitektural kuil India. Sampel candi meliputi 32 candi peribadatan tipe menara (prāsāda) dengan ciri Hindu dan Buddha yang berasal dari era Mataram Kuno (abad 8-11 M). Secara tatanan tapak, candi Jawa menunjukkan dua pola umum yang berkorespondensi dengan dua moda dasar perancangan maṇḍala; pola berjejer-berhadap yang banyak digunakan pada candi Hindu berkorespondensi dengan moda yantri, sementara pola konsentris yang banyak digunakan pada candi Buddha berkorespondensi dengan moda maṇḍala. Pada pola candi berjejer-berhadap, terdapat sejumlah unsur yang dapat dikaitkan dengan sejumlah aspek geografis/astronomis lokal dan konsep ruang Austronesia yang diduga bercampur dengan konsep arah India pada masa Mataram Kuno. Secara tata bangunan, semua sampel candi dapat dibagi secara visual ke dalam tujuh bagian yang dimiliki tatanan vāstu: upapÄ«á¹­ha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, dan stÅ«pi. Namun pemeriksaan lebih mendalam menunjukkan bahwa tiap bagian memiliki elaborasi arsitektural yang cukup berbeda dengan norma Asia Selatan maupun Tenggara kontinental. Pengamatan ini memperkuat pendapat bahwa arsitektur candi Jawa menunjukkan pencampuran berbagai elemen asing menjadi gubahan tersendiri. Studi ini juga menunjukkan bahwa penggunaan sistem tatanan berbasis vāstu, alih-alih tripartit konvensional, memungkinkan penjabaran elemen arsitektur candi secara lebih rinci. Menerapkan dan menguji kesahihan tatanan vāstu pada candi mungkin dapat menghasilkan sistem tatanan arsitektur baru yang lebih bermanfaat untuk menelaah arsitektur candi Jawa serta kedudukannya dalam jaring pertukaran budaya antara India dan Asia Tenggara. ...... This paper focuses on the architectural order of ancient Javanese temples. Contemporary writings often use a tripartite order to conceptualize Javanese temple architecture, which divide the edifice into three-part consisting of head, body, and feet. However, the overgeneralized nature of the order does not accurately represent the complexities of Javanese temples and this has made architectural discussion of temples somewhat limited and undetailed. Further, the textual basis of this order is questionable. To support more nuanced discussion of Javanese temple architecture, the author proposes an alternative architecture order, dubbed the “vāstu order.” This order is reconstructed using architectural-historical research method that compares extant Javanese temples with related South and Southeast Asian structures in a typo-morphological lens, supported by analysis of historical treatise pertaining Indian temple architecture. Samples include 32 Hindu and Buddhist Javanese temples in the general shape of a tower (prāsāda) from the ancient Mataram era (8-11th century). In terms of spatial order, Javanese temples show two general pattern that correspond to two basic design mode in architectural maṇḍala; the linear-opposing configuration commonly observed in Hindu complexes corresponds to the yantric mode, while the concentric configuration commonly observed in Buddhist complexes corresponds to the maṇḍalic mode. In the linear-opposing configuration, there are a number of elements that can be attributed to indigenous concept of space which may have intermingled with Indian-derived concept of space during the Mataram era. In terms of building order, all samples can visually divided into seven parts of the vāstu order: upapÄ«á¹­ha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, and stÅ«pi. However, further inspection shows that each part has unusual or even unprecedented architectural elaboration from the supposed Indian protype. These observations contribute to the notion that Javanese temples shows complex amalgamation of various Indian architectural elements into a distinct creative form. This study demonstrates that a conceptual shift from the conventional tripartite order into a more refined vāstu order permitted more detailed observations in various architectural elements of Javanese temples. Applying and testing the vāstu order to other temples would perhaps yield a more robust architectural order that is useful in revealing the nature of Javanese temple architecture and its position within the web of cultural exchange between India and Southeast Asia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Sukada
Abstrak :
Karya tulis ilmiah ini ingin menelaah satu masalah pokok yaitu mengenai Tafsiran SarPepalli Radhakrishnan Tentang Etika Dalam Bhagavadgita. Sejak Samkara sampai pada jaman sekarang ihi banyak sudah ahli filsafat, agama dan ahli-ahli lain dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan penafsiran terhadap Bhagavadgita. Menurut Radhakrishnan Gita diperkirakan disusun pada abad ke-5 S.M., yang disusun oleh Bhagavan Vyasa terdiri dari 18 Bab dan 700 Sloka. Bhismaparvan adalah bagian dari Mahabharata sedangkan Bhagavadgita adalah bagian dari Bhismaparvan yakni Bab III-XL. Gita merupakan intisari dari ajaran Veda -Veda. Gita berisi petunjuk bagaimana manusia harus menumbuhkan keyakinan yang bulat, mengabdikan semua aktivitas hidupnya dengan tujuan memperoleh kesempurnaan. Untuk menaklukkan kekuatan yang jahat yang ada dalam diri kite Gita mengajarkan supaya melaksanakan yoga. Ada tiga jenis yoga yaitu: jnana yoga (the way of knowledge = jalan melalui pengetahuan), karma yoga the way of action = jalan melalui tingkah laku) dan bhakti yoga (the way of devotion = jalan melalui kebaktian).Sebelum mencapai tahap kesempurnaan Gita menjelaskan sumber dari dua kekuatan yang ber-tentangan dengan alagori pohon asvata (pohon kehidupan) yang akarnya di atas; batang, cabang, ranting, dan pucuknya ke bawah. Pohon kehidupan ini melambangkan kosmos (prakrti) lahir dari akar asvata yaitu Brahman. Prakrti terdiri dari tiga komponen yaitu: sattva, rajas dan tamas, elemen - elemen inilah yang memegang peranan utama etika dalam Gita. Konflik moral dalam dialog antara Krisna dan Arjuna sangat menarik perhatian dalam Gita, di mana Aruna harus memilih salah aatu dari dua kemungkinan yakni bakti kepada tugas negara atau mempertahankan kepentingan pribadi. Penulis memilih judul skripsi Tafsiran Sarvepalli Radhakrishnan tentang Etika; dalam Bhagavadgita, dengan maksud untuk mengetahui lebih jauh pembahasan tafsiran Sarvepalli Radhakrishnan tentang etika dalam Bhagavadgita. Skripsi ini dianalisa secara filosofis dengan metode refleksi yang mempergunakan penelitian perpustakaan. Etika berfungsi sebagai tuntunan hidup dan syarat pokok untuk mencapai tujuan rohani. Tema ini menekankan pada pancaran kesadaran yang murni, pikiran yang seimbang sebagai penggerak aktivitas mental dan fisik, dimana semua bentuk aktivitas merupakan landasan penilaian obyektif. Sifat - sifat etis antara lain.: ahimsa, jujur, hormat pada guru dan penguasaan diri. Penulis membahas relevansi konsep kesempurnaan dalam Gita dengan konsep kesempurnaan dalam kebudayaan Barat jaman sekarang. Dalam hal ini penulis membahas pemikir David White. Menurut David White apa yang dijabarkan dalam Bhagavadgita dengan ketiga yoga tersebut di atas dapat pula dibandingkan dengan kehidupan manusia modern pada masa kini. Konsep kesempurnaan dalam Gita dapat dipakai untuk melengkapi konsep kesempurnaan manusia Barat.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta Pusat Data Kelautan Baruna Jaya - BPP Teknologi 1996,
lR 551.467 Atl
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Majumdar, R.C.
London : Macmillan, 1958
954 MAJ a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gonda, Jan, 1905-1991
Antwerpen: Tandaard-boekh , 1948
GER 181.4 GON i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fyzee-Rahamin, S.
London: Herbert Joseph, [Date of publication not identified]
891.43 FYZ g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Periplus, 2004
720.954 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mukerji, Ananda
New Delhi: Harper Collins Publishers, a joint venture with the India Today Group, 2006
891.473 MUK f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
A numerical ocean modeling study using spectral element method is used to simulate the Indian Ocean Kelvin wave propagation along the Makassar Strait and the Sulawesi Sea by giving a-prescribed-50-day Kelvin wave forcing in the northern mouth of the Lombok Strait. The least square fit analysis is employed to extract a-50-day-resonant signal from the interface height data simulation. The results indicate that the 50-day Kelvin wave propagates northward along the Makassar Strait. One part of this wave turns back at the Labani channel and makes southward propagation along the eastern coast of the Makassar Strait. The rest part is going further to enter the Sulawesi Sea and makes 50-day resonance within the basin. This finding will have important implication on the intra-seasonal time scale variability of the Indonesian throughflow transport entering the Indonesian Seas and needs further investigation as well as comparison with observational data.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>