Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jamal D. Rahman
"Cerpen "Langit Makin Mendung" karya Kipandjikusmin, yang diumumkan majalah Sastra edisi Agustus 1968, telah memancing reaksi dan kontroversi tentang apakah personifikasi Tuhan atau antropomorfisme dalam cerpen tersebut dapat dibenarkan dari sudut pandang agama Islam. Lebih jauh, kontroversi berkembang ke arah apakah cerpen tersebut menghina Nabi Muhammad dan merendahkan Tuhan. Reaksi dan kontroversi, mulai pelarangan peredaran majalah Sastra, unjuk rasa, pernyataan sikap, diskusi, polemik, hingga sidang pengadilan, terus berlanjut hingga awal tahun 1970-an,dan seringkali dikenang setiap kali ada masalah menyangkut hubungan sastra, imajinasi, kebebasan mencipta, dan agama atau Tuhan.
Menggunakan pendekatan sintaksis semiotis, tesis ini membuktikan bahwa perbedaan pendapat antara para pembela dan pendukung antropomorfisme Kipandjikusmin ⎯sampai sikap masin-masing yang sangat keras⎯ merupakan konsekuensi dari cara kerja sistem tanda semiotis dalam cerpen "Langit Makin Mendung" itu sendiri. Sedemikian rupa mekanisme operasi tanda-tanda itu, sehingga bahkan memungkinkan juga perbedaan interpretan (tafsir) yang amat jauh. Kian jauh interpretan dari pusat tanda semiotis, perbedaan interpretan cenderung mengarah pada pertentangan, dan semakin jauh lagi dari pusat tanda, pertentangan cenderung mengarah pada pertentangan yang lebih keras. Semua ini dimungkinkan oleh tata kerja tandatandadalam cerpen "Langit Makin Mendung"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Permata Sari
"Hikayat Putri Balkis (HPB) adalah karya sastra klasik yang tergolong dalam cerita pengaruh Islam. Cerita ini bukan cerita asli Minangkabau, akan tetapi berisi muatan lokal yaitu budaya Minangkabau. Hikayat ini cukup popular. Kepopuleran Hikayat Putri Balkis terbukti dengan banyaknya saiinan naskahnya, yaitu sekitar 13 naskah. Di antara 13 naskah HPB, hanya dua naskah bertulisan tangan yang tersimpan di Indonesia yaitu di Perpustakaan Nasional, Jakarta, selebihnya tersimpan di Belanda. Dua naskah tersebut bernomor MI 705 atau W.103, dan MI.488. Naskah W.103 keadaan fisiknya sudah rusak; sedangkan naskah MI.488 keadaan kertasnya masih bagus, tetapi tulisannya sudah pudar dan hampir tidak terbaca. Naskah HPB terselamatkan dengan adanya terbitan yang dilakukan Garth Van Wijk dalam majalah Verhandelingen van het Batavia Genootschaph, th. 1881, Deel XLI, berkas I. Garth Van Wijk menerbitkan edisi teks berdasarkan dua naskah yaitu naskah dari Kota Gadang dan naskah peninggalan Hear van de Wall yang sekarang diberi nomor kode W.103. Terbitan edisi teks yang dilakukan Garth van Wijk ini ditulis dengan tulisan cetak batu/litografi, berhuruf Arab Melayu. Selain itu, ia juga membuat transkripsi naskah itu ke dalam bahasa Belanda, dan anotasi kebahasaan. Teks HPB edisi Gerth van Wijk yang berhuruf Arab Melayu dengan tulisan cetak batu ini akan ditransliterasikan sebagai bahan suntingan, dan telaah isi teks pada skripsi ini. Terpilihnya teks cetak batu tersebut sebagai bahan skripsi karena tulisannya jelas, mudah dibaca, isinya lengkap, dan mempunyai bahasa yang unik yaitu bahasa percampuran antara bahasa Melayu dengan bahasa Minangkabau. Bila dilihat dari isi cerita, teks HPB ini juga unik dan menarik untuk dianalisis karena mempunyai muatan lokal budaya Minangkabau, yaitu konsep Bundo Kanduang. Putri Balkis dalam teks HPB disimbolkan sebagai Bundo Kanduang. Tujuan penelitian adalah untuk menyajikan suntingan teks HPB edisi Garth van Wijk sehingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Selain itu, dalam skripsi ini juga akan dilakukan analisis isi teks, dengan cara menafsirkan/menginterpretasikan unsur-unsur kreativitas penyalin Teks HPB. Untuk menemukan unsur-unsur kreativitas penyalin tersebut, terlebih dahulu dilakukan perbandingan teks HPB dengan cerita Nabi Sulaiman dan Putri Balkis dalam Tafsir AI Quran Surat An-Naml, ayat 20-44, dan teks Raja Sulaiman dan Putri Balkis (RSPB) edisi van Ophuijsen. Hasil analisis isi teks HPB yaitu ditemukan konsep Bundo Kanduang. Kaum wanita yang kedudukannya ditonjolkan dan disimbolkan sebagai Bundo Kanduang adalah tokoh utama HPB yaitu Putri Balkis. Putri Balkis digambarkan sebagai pahlawan yang menyelamatkan rakyat Saba dari kezaliman raja mereka, Raja Syaraki. Putri Balkis yang disimbolkan sebagai Bundo Kanduang tersebut mempunyai tiga keutamaan dari lima keutamaan yang diberikan adat Minangkabau kepada wanita di Minangkabau. Tiga keutamaan itu adalah: Keturunan ditarik dari garis keturunan ibu, Rumah tempat kediaman untuk wanita, Wanita mempunyai hak suara dalam bermusyawarah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S10825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library