Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 385 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nayla Karima
"Latar Belakang:. Sepsis neonatorum awitan dini masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama pada neonatus, dengan angka lebih tinggi terjadi pada bayi kurang bulan. Berbagai faktor diketahui berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum awitan dini, namun penelitian yang dilakukan pada bayi prematur masih terbatas. Tujuan:. Mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum awitan ini pada bayi kurang bulan di RSCM.
Metode:. Penelitian desain case-control dengan mengambil data dari rekam medis bayi lahir kurang bulan di RSCM pada rentang waktu Januari 2016-Desember 2017 sebanyak 186 sampel (93 untuk masing-masing kelompok). Data dianalisis secara bivariat dan multivariat.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna dari karakteristik bayi kurang bulan antara kelompok kasus dan kontrol yaitu usia gestasi, jenis kelamin laki-laki, dan berat lahir. Gejala klinis tersering ditemukan adalah sesak napas. Dari 7 faktor yang dianalisis, infeksi intrauterin, nilai APGAR 1 menit pertama, dan nilai APGAR 5 menit pertama pada analisis bivariat dimasukkan ke analisis multivariat (p<0,25) sementara pada faktor lainnya tidak ditemukan hubungan yang bermakna. Pada analisis multivariat, ditemukan bahwa jenis kelamin laki-laki, usia gestasi, infeksi intrauterin, dan nilai APGAR 1 menit pertama memiliki hasil yang bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Jenis kelamin laki-laki, usia gestasi, infeksi intrauterin, dan nilai APGAR 1 menit pertama merupakan faktor risiko independen sepsis neonatorum awitan dini pada bayi kurang bulan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kejadian sepsis neonatorum awitan dini pada bayi kurang bulan.

Background: Early onset neonatal sepsis is still considered as a common cause of morbidity and mortality in neonates, with a higher prevalence found in preterm infants. Many factors are known to be correlating to the cases of early onset neonatal sepsis, but research done specifically in preterm infants is limited.
Objective: To determine the factors associated with early onset neonatal sepsis in preterm infants.
Method: This research was done using a case-control design, where the data is taken from the medical record of preterm patients born in RSCM within January 2016-December 2017. The total sample is 186 (93 for each group). Data was then analyzed using bivariate and multivariate analysis.
Result: A significant result was found in characteristic such as gestational age, gender, and birth weight. Out of 7 factors that were analysed, the factors that were analysed using multivariate analysis were intrauterine infection, low APGAR score in the first minute, and low APGAR score in the fifth minute. From multivariate analysis, gender, gestational age, intrauterine inflammation, and low APGAR score in the first minute were stastically significant.
Conclusion: gender, gestational age, intrauterine inflammation, and low APGAR score in the first minute are independent risk factors for early onset neonatal sepsis. Further study is needed to understand the correlation between those factors and early onset neonatal sepsis in preterm infants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Soedjatmiko
"Bayi preratur ialah bayi yang lahir sebelum waktunya (masa kehamilan kurang dari 37 minggu) sehingga fungsi-fungsi pengaturan suhu tubuh, pernafasan, peredaran darah dan sistem kekebalan belum berfungsi baik, oleh karena itu perlu mendapat perawatan intensif yang lama di Rumah Sakit (Brooks 1991; Monintja, 1997; Kadri. 1999) dengan kematian pada minggu pertama sekitar 10 % dan kematian dalam 1 bulan pertama mencapai 35,7 % (Kadri, 1999).
Karena bayi prematur tampak kecil, lemah, berkulit sangat halus dan tipis (Radii, 1999), membutuhkan lebih banyak perhatian dan perawatan (Rauh dkk, 1990: Brooks, 1991), ibu cemas pada keselamatan bayi dan masa depannya, (Brooks, 1991) sehingga kurang aktif dalam pengasuhan bayinya (Martin dan Colbert, 1997).
Reaksi ibu pada tahap awal berupa anticipatory grief; orangtua menjauh dari bayinya sampai mereka yakin bayinya selamat. Tahap kedua ; facing up. berani menghadapi kenyataan. Tahap ketiga : ikatan dan kelekatan. Tahap keempat : learning stage, tahap belajar kebutuhan-kebutuhan khusus bayi (Brooks ,1991).
Karena kelahiran bayi prematur merupakan kejadian yang mengagetkan bagi ibu maka dukungan suami dan orangtuanya sangat penting bagi ibu agar mampu berhadapan dengan masalah-masalah tersebut di atas (Pederson dkk, 1987 dalam Martin dan Colbert, 1997). Namun setereotip anggota keluarga dan teman-teman dapat mempengaruhi sikap ibu terhadap bayinya, sehingga ibu-ibu bersikap kurang sensitif dalam pengasuhan bayinya (Brooks, 1991). Perlindungan yang berlebihan sejak bulan-bulan pertama dapat berlanjut berupa kekhawatiran yang berlebihan, sehingga ibu tidak memberi kesempatan anaknya untuk mengeksplorasi lingkungannya, melakukan aktivitas secara mandiri, atau bermain dengan anak lain (Brooks, 1991).
Bayi prematur di Skotlandia dan Amerika pada umur 1,5 -- 10 tahun mengalami gangguan perkembangan: ketidak mampuan belajar (learning disability) 5 - 48 %, palsi serebral (kekakuan otot akibat kerusakan otak) 5 - 14 %, retardasi mental 2 - 14%, gang pan pendengaran 1 - 7 %, gangguan penglihatan 1 - 12 % (Sukadi, 2000). Bayi prematur di RSCM terjadi retardasi psikomotor dan mental 12 %, sering kejang 22 %, gangguan bicara 6 %, gangguan sifat/perilaku 6 %, palsi serebral (kekalcuan otot akibat kerusakan otak) 4 % (Ismael, 1991) . Pada pengamatan jangka panjang kepekaan ibu dalam pengasuhan 86 bayi prematur. Beckwith dan Cohen (1999) menyimpulkan bahwa pengasuhan ibu yang kurang sensitif pads masa bayi akan berdampak sampai umur 18 tahun berupa kelekatan dismissing.
Oleh karena itu menurut Bennet dan Guralnick (1991) bayi prematur perlu stimulasi dini mullirfrodal yang merangsang berbagai sistem sensorik (penginderaaan) secara simultan yaitu : pendengaran (auditori), penglihatan (visual), perabaan (taktil), dan gerakan (vestibular-kinestetik. Rangsangan dini tersebut jika dilakukan terus menerus akan merangsang pembentukan sinaps-sinaps sel-sel otak bayi yang lebih kompleks sehingga meningkatkan perkembangan fungsi-fungsi otak (Nelson, 2000). Dengan stimulasi dini tersebut diharapkan akan meningkatkan kepekaan ibu terhadap bayinya dan akan memperkecil kemungkinan gangguan perkembangan.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dilakukan penelitian kualitatif untuk memahami pengasuhan bayi prematur yang berkaitan dengan kelekatan dan stimulasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya Penelitian dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan pedoman umum di Ruang Rawat Bayi Baru Lahir (Perinatologi) Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKIII, pada 3 ibu yang melahirkan bayi prematur, yang datang teratur atas kemauannya sendiri ke rumah sakit untuk pengasuhan bayinya.
Berdasarkan analisis pada transkrip verbatim dengan interpretasi pemahaman teoritis (Kavle, 1996 dalam Poerwandari, 2001) diperoleh beberapa kesimpulan. Reaksi awal ibu berupa kesedihan dipengaruhi oleh karakteristik bayinya, Reaksi kesedihan ibu dipengaruhi oleh ikatan ibu dan bayi sejak kehamilan, kontak pertama kali ketika melahirkan dan dipengaruhi oleh pengalaman kematian bayi sebelumnya. Berkurangnya reaksi kesedihan ibu setelah diberitahu dokter atau perawat bahwa kesehatan bayinya membaik.
Pengalaman kehamilan terdahulu mempengaruhi ketrampilan ibu dalam membentuk kelekatan ibu dan bayi sejak kehamilan sampai ketika mengasuh bayinya, Kontak pertama melalui knlit dan suara ketika melahirkan, serta pengalaman menggendong pertama kali akan memperkuat ikatan ibu dan bayinya. Sikap ibu ketika menyusui dipengaruhi oleh penman ibu dalam pengasuhan terdahulu. Rasa kompetensi ibu dipengaruhi oleh siklus tidur-bangun bayi. Kepekaan maternal dapat diekspresikan ketika menyusui bayinya_ Motivasi ibu untuk selalu datang ke rumah sakit akan memperkuat kelakatan ibu dan bayinya. Motivasi ibu dipengaruhi oleh ikatan ibu dan bayi sejak kehamilan dan kelahiran. Dukungan suami pada minggu pertama memperkuat kelekatan ibu dan bayinya. Perilaku ibu selama menyusui merupakan stimulasi dini multimodal. Siklus tidur bangun bayi perlu diketahui ibu untuk mencari saat yang tepat menyusui dan melakukan stimulasi bayi.
Bayi prematur lebih banyak mengantuk dan tidur sehinga ibu merasa kurang kompeten Set a; 3 jam kesempatan ibu berinteralsi dengan bayinya sekitar 20 - 30 men it, menyusui sekitar 45 - 75 menit, Sumber informasi tentang stimulasi dari pengalaman,.bukan dari dokter atau perawat.
Rencana pengasuhan di rumah perlu dukungan orangtua dan mertua, sedangkan suami lebih dibutuhkan sebagai sumber keuangan. Ibu cenderung melindungi bayinya terhadap perilaku anggota keluarga lain dan tetangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengasuhan di rumah antara lain : sikap ibu terhadap masa depan perkembangan bayinya, anjuran dokter, perawat, dan pengaruh pengalaman pribadi.
Dengan memahami hal-hal tersebut di atas diperoleh pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pengasuhan bayi prematur, antara lain untuk menyusun paket pelatihan bagi petugas kesehatan dan ibu tentang cara-cara pengasuhan bayi prematur, sehingga mereka dapat tumbuh kembang optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T8263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Komariah
"Tujuan penelitian adalah teridentifikasinya kontribusi karakteristik. pengetahuan dan sikap post partum primipara serta dukungan perawat terhadap kemandirian dalam perawatan diri dan bayi. Desain penelitian adalah deskriptif analitik bersifat cross sectional terhadap 134 ibu post partum primipara di Bagian Rawat Inap Ibu RSAB Harapan Kita Jakarta selama bulan April 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai kontribusi terhadap kemandirian post partum primipara adalah umur, jenis persalinan dan pengetahuan.

Primiparous Characteristics, Knowledge and Attitude Contributions and Nursing Support toward Self Care and Nursing the Baby. Study in Maternity Ward, "Harapan Kita" Children and Maternity Hospital, Jakarta April 2003The purpose of this study is to find primiparous characteristics, knowledge and attitude contributions and nursing support toward self care and nursing the baby. Design of the research is analytical descriptive with cross sectional toward 134 primiparous in maternity ward, Children and Maternity Hospital Jakarta, during April 2003. The study results that mother age, type of childbirth and knowledge have contribution toward self care and nursing the baby."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 11057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrnawati
"Dalam upaya membantu mempercepat penurunan AKB dan AKAB di Propinsi Jawa Barat, khususnya Dati II Cianjur, telah dilakukan penelitian yang menguji coba penanganan penyakit pada bayi/anak balita secara terpadu, yaitu Manajemen Terpadu Penyakit Anak (MTPA). Pendekatan ini dianjurkan oleh WHO untuk diterapkan di negara-negara berkembang yang mempunyai AKB di atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kualitas Tatalaksana Kasus dan Kepatuhan Follow Up di Puskesmas yang mendapat intervensi dibandingkan di Puskesmas yang tidak mendapat intervensi MTPA, serta untuk mengetahui besarnya risiko kematian Bayi/Anak Balita yang memanfaatkan Pelayanan Puskesmas yang mendapat intervensi MTPA, dibandingkan yang tidak memanfaatkannya. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan ketiga hal di atas. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi Departemen Kesehatan, untuk membantu menurunkan angka kematian Bayi/Anak Balita, sehingga tujuan Pembangunan Kesehatan, yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, dapat segera diwujudkan.
Karena data awal tentang Kualitas Tatalaksana Kasus dan Kepatuhan Follow Up tidak diketahui, serta tidak dilakukan randomisasi, maka disain yang dipergunakan untuk menilai kedua hal tersebut adalah Pra eksperimen dengan jenis The Static Group Comparison. Kematian merupakan kejadian yang relatif jarang terjadi, sehingga disain yang dipergunakan untuk menilai risiko kematian bayi/anak balita adalah Kasus Kontrol. Metoda yang disebutkan terakhir ini paling tepat digunakan untuk mengukur variabel hasil akhir yang kecil. Sebelum penelitian dimulai, telah dilakukan tiga studi yaitu (1) survei data dasar untuk mengetahui AKB dan AKAB, (2) Rapid Health Service Assessment untuk mengetahui Kualitas Tatalaksana Kasus yang dilakukan oleh Petugas Kesehatan, dan (3) Rapid Ethnography Assesment untuk melihat secara lebih mendalam interaksi sosial masyarakat, yaitu kepercayaan dan kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk pengobatan bayi/anak balita.
Untuk melihat hubungan antara seperangkat faktor risiko secara bersama-sama dengan variabel hasil akhir, digunakan analilisis regresi linier ganda, analisis regresi logistik ganda dan analisis regresi logistik politomi. Untuk mendeteksi adanya multikoliniaritas, dibuat matriks korelasi Pearson. Untuk mendapat kategori yang optimal dalam memprediksi hasil akhir dari variabel yang mempunyai skala kontinu, dibuat kurva ROC (Receiver Operating Characteristic). Model akhir diupayakan agar robust (tepat) dan parsimonious (sederhana). Untuk mengetahui apakah model yang telah tersusun itu fit, dilakukan pengujian Pearson Chi Square dan uji untuk melihat besarnya daerah di bawah kurva ROC.
Berdasarkan teori yang telah dirangkum, kerangka konsep yang telah disusun, hasil analisis yang telah dikerjakan, dan juga berdasarkan pembahasan yang telah diutarakan, ditegakkan tiga tesis utama dan sebelas subtesis. Kualitas Tatalaksana, Kasus ternyata dipengaruhi oleh Intervensi MTPA dan Pengetahuan Petugas. Kepatuhan Follow Up tidak dipengaruhi oleh Intervensi MTPA, melainkan oleh Tingkat Keparahan Penyakit, Pengambil Keputusan Berobat dan Kesibukan Ibu. Sedangkan Kematian Bayi/Anak Balita dipengaruhi oleh Pencarian Pengobatan ke Puskesmas yang mendapat intervensi MTPA, Tingkat Keparahan Penyakit dan Perolehan Imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa untuk mempercepat penurunan AKB dan AKAB, Departemen Kesehatan perlu segera menerapkan pendekatan MTPA dalam tatalaksana penyakit bayi/anak balita di seluruh pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia. Pendekatan ini tepat dilaksanakan di era krisis moneter seperti saat ini, karena sarana dan obat-obatan yang perlu disediakan sederhana sehingga memungkinkan disediakan di tempat terpencil sekalipun.

Evaluation on the Quality of Case Management, Compliance With Follow Up, and Death Risk in Infants/Young Children, a study in areas with MTPA Intervention and Non Intervention in Cianjur Regency, 1997In effort to accelerate the decrease of AKB and AKAB in west Java Province, particularly in Cianjur Regency, study on the Integrated Management of Childhood Illness i.e. management Terpadu Penyakit Anak (MTPA) was conducted. This approach has been recommended by WHO to be implemented in developing countries with AKB more than 40 per 1000 living birth. The objectives of study were to determine the quality of case, management, and the compliance with follow up in puskesmas with MTPA, intervention compared with those puskesmas without MTPA intervention, and to determine the extent of risk of death in infants / young children who take advantage of the services of Puskesmas with MTPA intervention compared with those who are not. In addition, this study was also intended to determine other factors related to the above three considerations. It is hoped that result of this study may provide a valuable input to the Department of Health in help reducing infants/young children mortality rate, so that one of the objectives of the Department of Health, i.e. to achieve the ability of living healthy for all citizens, may soon be realized.
Since preliminary data on the Quality of Case Management and Compliance With Follow Up Is not available, and randomization could not be performed, the design used to evaluate the above two things was pre experiment with The Static Group Comparison type. Death is relatively rare, so that the design used-to evaluate death risk in infants/young children was case control. The last method is most suitably used to measure small end results. Before performing this study, three studies were already performed: (1) base line survey to determine AKB and AKAB, (2) Rapid Health Service Assessment to determine the quality of Case management performed by health providers, and (3) Rapid Ethnography Assessment to look in detail social interaction between community, i.e. community's beliefs and habits in relation with treatment of infants/young children in health facilities.
Multiple linear regression analysis, multiple logistic regression analysis and polytomy logistic regression analysis were used to discover the relationship between several risk factors and variables of end results. To detect muticolinearity, Pearson correlation matrix was made. Receiver Operating Characteristic (ROC) curve was made to establish optimal category of continuing scales variables. It was attempted to make end models robust (accurate) and parsimonious (simple), to determine the fitness of the models, Pearson Chi Square and the extent of area under ROC curve was used.
Based on summarized theories, organized framework concepts, results of analysis, and the above-mentioned discussion, three main thesis and eleven sub-thesis have been established. The Quality of Case Management is found to be affected by MTPA Interventions and Providers knowledge. Compliance with Follow Up is not affected by MTPA intervention but by the severity of disease, decision to seek treatment, and occupied mother. While infants/young children death is affected by seeking treatment to Puskesmas with MTPA intervention, severity of disease, and application of immunization.
Based on the results of this study, the investigator concluded that in order to accelerate the decrease of AKB and AKAB. The Department of Health should immediately apply MTPA approach in the management of infants / young children diseases in all Puskesmas in Indonesia. This approach is suitably conducted in this era of monetary crisis due to the simplicity of equipments and medications to be prepared, especially in remote area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
D228
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Djohari
"Kematian bayi dan anak di Indonesia masih tinggi. Sekitar 25% dari bayi yang lahir meninggal sebelum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Angka ini di negara-negara yang sudah maju hanya sekitar 4% (Mosley, 1984). Hasil Survei Kesehatan Rumah tangga tahun 1980 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan R.I. menunjukkan bahwa 45% dari seluruh kematian merupakan kematian bayi dan balita; dari kematian balita, 61% merupkan kematian bayi (Budiarso, 1983).
Salah satu penyebab kematian yang terpenting pada balita adalah tetanus neonatoruin (20,2%), yang dapat dicegah dengan immunisasi. Di samping itu ada penyakit-penyakit menular lain yang dapat dicegah dengan immunisasi yaitu campak, difteridan pertusis yang dapat mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernafasan akut termasuk radang paru-paru,yang menyebabkan22,1% kematian balita. Dengan demikian jelas bahwa keberhasilan pelaksanaan immunisasi dalam masyarakat berkontribusi cukup penting dalam penurunan mortalitas bayi dan anak.
Immunisasi yang terorganisasi telah dilakukan sejak sebelum Perang Dunia II, yaitu immunisasi terhadap pencegahan ca-car. Pada tahun 1952 telah dicoba vaksinasi gabungan cacar/PCG. Pada tahun 1976 mulai dikembangkan immunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteria, pertusis dan tetanus. Pada tahun 1977 dan 1978 mulai dipersiapkan pelaksanaan Pengembangan Program Immunisasi (PPI). Pada tahun 1980 mulai dikembangkan pemberian antigen campak dan polio secara terbatas.
Penilaian baik secara rutin ataupun dengan penelitian khusus terhadap pelaksanaan immunisasi telah dilakukan. Hasilnya adalah bahwa cakupan immunisasi masih rendah dan ketidak sinambungannya masih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan antara?"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1985
LP 1985 3
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Poedji Hastoety Djaiman
"Angka kematian bayi di Indonesia walaupun mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun masih menunjukkan angka ke empat terbesar di antara negara Asia Tenggara lainnya, sehingga upaya penurunan angka kematian bayi masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan.
Angka kematian bayi terbagi menjadi dua garis besar, kematian postneonatus dan kematian neonatus, yang mempunyai faktor penyebab berbeda. kematian neonatus lebih disebabkan faktor endogen seperti pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan. Departeman Kesehatan membagi kematian neonatus ke dalam dua garis besar yaitu kematian neonatus dini dan kematian neonatus lanjut.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontak ibu pada saat kehamilan dan pada saat persalinan terhadap kematian neonatus dini atau neonatus lanjut.
Studi dengan analisis data sekunder ini, mendasarkan pada survei dengan jumlah sampel 3808 pada wanita berusia 15 hingga 49 tahun, pernah hamil, pernah melahirkan lima tahun sebelum wawancara dilakukan, mempunyai anak meninggal di bawah 28 hari atau mempunyai anak hidup di atas 28 hari dan di bawah I tahun dari saat wawancara dilakukan. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi multinomial dengan memperhitungkan desain sampel melalui, strata, Master, maupun pembobotannya.
Analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kematian bayi neonatus dini adalah faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada masa kehamilan, kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, jarak kelahiran, pekerjaan ibu, dan akses ibu terhadap informasi. Sedangkan faktor yang berhubungan secara bermakna terhadap kematian neonatus lanjut adalah faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat kehamilan, kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, jarak kelahiran, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan akses ibu terhadap informasi.
Pada analisis multivariat, faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat kehamilan memberikan hubungan yang bermakna baik terhadap kematian neonatus dini maupun neonatus lanjut. Kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, mempunyai hubungan bermakna dengan kematian neonatus lanjut, namun tidak bermakna dengan kematian neonatus dini.
Jarak kehamilan berhubungan secara bermakna terhadap kematian neonatus dini dan neonatus lanjut. Faktor ibu bekerja dan akses ibu terhadap informasi berhubungan secara bermakna pada kematian neonatus dini, namun tidak bermakna terhadap kematian neonatus lanjut.
Besarnya risiko kematian neonatus dini bila ibu tidak memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, jarak kehamilan di bawah 2 tahun, ibu bekerja dan tidak ada akses informasi adalah sebesar 1.4 kali dibandingkan dengan yang memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, jarak kehamilan di atas 2 tahun, ibu tidak bekerja dan ada akses informasi.
Besarnya protektif pada ibu yang memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan ditolong tenaga kesehatan, jarak kehamilan di atas 2 tahun, ibu tidak bekerja dan ada akses informasi adalah sebesar 0.23 kali di bandingkan dengan ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan tidak ditolong tenaga kesehatan, jarak kehamilan di bawah 2 tahun, ibu bekerja dan tidak ada akses informasi
Besarnya risiko kematian bayi neonatus dini dan kematian neonatus lanjut pada analisis mempertimbangkan desain sampel dan tidak memperhatikan desain sampel berbeda untuk faktor yang berhubungan secara bermakna dan besamya hubungan.

The Infant Mortality Rate is divided into two parts that are Postneonatus Death and Neonatus Death which have different factors. Neonatus Death is caused by the endogen factors such as the pregnant examination and the birth help. The Health Department divides the Neonatus Death into two main parts that are the Early Neonatus Death and the Late Neonatus Death.
This analysis is done to examine the Connection between mothers on their pragnancy and birth and the Early neonatus Death or the Late Neonatus Death.
The study of this secondary data analysis, based on the survey that amounts to 3808 women as the samples from 15 to 49 years old, that have ever pregnant, have ever given birth in five years before the interview is done, have a dead child below 28 days of age or have a living child over 28 days of age and below one year when the interview is done. This analysis is done by using the Multinomial Regretion that counts up the samples design through the Strata, the Cluster, or the weighted.
The Bivariate Analysis shows the connection factors on the Early Neonatus Death are the factors between mothers and the health staff on the pregnancy, the factors between mothers and the health staff on the birth, the length of the birth, mothers activities, and mothers access to information. Whereas the connection factors on the Late Neonatus Death are the factors between mothers and the health staff on the pregnancy, the factors between mothers and the health staff on the birth, the length of the birth, mothers education, mothers activities, and mothers access to information.
On the Multivariate Analysis, the factors between mothers and the health staff on the pregnancy give an important connection to the Early Neonatus Death or the Late Neonatus Death. The factors between mothers and the health staff on the birth has an important connection to the Late Neonatus Death, instead of to the Early Neonatus Death.
The length of birth relates to the Early Neonatus Death and to the Late Neonatus Death very well. Mothers activities and mothers access to information factors relate to the Early Neonatus Death very well instead of to the Late Neonatus Death.
The amount of the Early Neonatus Death risk if the mothers do not check their pregnancies at least four times, the birth without health staff help, the length of the birth below two years, working mothers and no information access is 1.4 times bigger than those that who check their pregnancies at least four times, the birth with health staff help, the length of the birth below two years, mothers that do not work but have information access.
The amount of protection to mothers who check their pregnancies at least four times, the birth with health staff help, the length of the birth over two years, mothers that do not work but have information access is 0.23 times bigger than that who do not check their pregnancies at least four times, the birth without health staff help, the length of the birth below two years, working mothers and no information access.
The total of the Early Neonatus Death and the Late Neonatus Death in this analysis considers the sample design but do not notice the different sample design to the main connection factors and the amount of the connection.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T12632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kodiat Juarsa
"Kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh keadaan gizi masyarakat, terutama status gizi anak balita. Prevalensi gizi kurang anak balita di wilayah I kabupaten Pandeglang sebesar 21,4%. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita dapat dilakukan di posyandu. Cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang tahun 2003 masih rendah 51,40%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran, faktor-faktor yang berhubungan, dan melihat faktor paling dominan terhadap cakupan penimbangan balita di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang tahun 2004. Rancangan penelitian cross-sectional, dilaksanakan di wilayah I kabupaten Pandeglang. Sampel posyandu sebagai unit analisis sebanyak 64 posyandu. Untuk mendapatkan data karakteristik posyandu, setiap posyandu diambil sampel ibu balita sebanyak 7 responden dan semua kader aktif sesuai kriteria. Sehingga jumlah sampel keseluruhan 448 responden ibu balita dan 160 responden kader posyandu aktif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana, kecuali kader aktif diambil seluruhnya. Data karakteristik posyandu merupakan agregat dari seluruh responden (ibu balita dan kader) tiap posyandu. Data yang dikumpulkan adalah cakupan penimbangan posyandu, faktor kader (umur, pendidikan, rasa kerja, pengetahuan, penghargaan, proses penunjukkan dan pelatihan), supervisi petugas kesehatan, pembinaan desa, faktor ibu balita (pengetahuan, pendidikan, jumlah anak balita), dukungan tokoh masyarakat dan faktor posyandu (jangkauan, jadwal dan PMTPenyuluhan). Analisis dilakukan secara deskriptif, uji Chi-Square dan Regresi Logistik.
Rata-rata cakupan penimbangan balita di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang 57,6%. Hasil uji Chi-Square didapatkan 6 variabel babas yang berhubungan bermakna yaitu faktor kader (masa kerja, pengetahuan dan pelatihan), pengetahuan ibu balita, dukungan tokoh masyarakat dan PMT-penyuluhan. Dengan uji regresi logistik terdapat 5 variabel yang berhubungan secara bermakna yaitu masa kerja kader, pelatihan kader, pengetahuan ibu balita, dukungan tokoh masyarakat dan PMT-Penyuluhan, sedangkan faktor paling dominan adalah variabel pelatihan kader.
Untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita di posyandu perlu dibuat kebijakan dari kepala daerah tentang pelaksanaan pelatihan kader yang dilaksanakan bersamaan dengan pembinaan desa. Pelatihan kader dilaksanakan 3 bulan sekali di tingkat desa, yang sebelumnya belum pernah diselenggarakan secara berkala di tingkat desa. Pelaksanaannya bersamaan dengan pertemuan desa dengan materi yang disesuaikan kebutuhan dan waktu pelaksanaan hanya dalam sehari. PMT-Penyuluhan diadakan setiap bulan, dikelola oleh masyarakat dan sumber dana dari masyarakat yang potensial sebagai donatur, dengan dukungan yang baik dari tokoh masyarakat yang ada di wilayah posyandu.

Factors Related To Coverage Of Weighing Of Underfive Children In Posyandus In Area I Of Pandeglang District Year 2004The quality of human resources is determined by, among others, the situation of community nutrition status, particularly of the underfives. Prevalence of undernourished children in Area I Pandeglang District was quite high, i.e. 21.4%. Monitoring of growth and development of underfives could be conducted in posyandu (integrated health post). Coverage of weighing (DIS) in posyandus in Area I Pandeglang District year 2003 was considered low, i.e. 51.40%.
This study aimed to describe factors related to the coverage of underfives weighing in Posyandus in Area I Pandeglang District year 2004. Design of the study was cross-sectional, study conducted in Area I of Pandeglang District with number of samples (posyandu) as unit of analysis of 64 posyandus. To obtain data on posyandu characteristics, 7 mothers for each posyandu were randomly selected as respondents as well as all active cadres. Thus, there were 448 mother respondents and 160 cadres respondents in total. Data on posyandu characteristics was aggregate of all respondents including coverage of weighing, cadres factors (age, education, length of work, knowledge, rewards, recruitment process, and training), supervision from health worker, support from village, mother factors (knowledge, education, number of underfive children), support from informal leader, and posyandu factors (distance, schedule, and food supplementation program). Analyses were conducted descriptively, chi-square test, and logistic regression.
The average coverage of weighing was 57.6%. The Chi-Square test found six independent variables with statistically significant association, i.e. cadre factors (length of work, knowledge, and training), mother's knowledge, informal leader support, and food supplementation program. Logistic regression test showed 5 significant variables, i.e. cadre's length of work, cadre's training, mother's knowledge, informal leader's support, and food supplementation program, with cadre's training as the most dominant factor.
To improve the .weighing coverage in posyandu, it is recommended to develop policy from local government on cadre's training which could be implemented simultaneously with village meeting. It is suggested to conduct short cadre's training once in three month at village level with various adjustable substances. Food supplementation program is suggested to be implemented monthly, organized by community, funded by economically potential community members, supported by community informal leader.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Jazan
"Dengan berhasilnya program pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan, maka cedera dimasa mendatang akan menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada cedera karena kecelakaan rumah tangga pada balita.
Desain penelitian adalah kasus kontrol. Kasus adalah balita yang mengalami cedera karena kecelakaan rumah tangga dan datang berobat ke rumah sakit atau Puskesmas di wilayah Bojonagara atau Tegalega Kotamadya Bandung dan bertempat tinggal di kedua wilayah tersebut. Kontrol adalah balita tetangga kasus.
Penelitian ini dilakukan pada 84 kasus dan 168 kontrol. Dengan analisis regresi logistik multivariabel dapat diketahui bahwa tiger faktor risiko yang berpengaruh pada kejadian cedera karena kecelakaan rumah tangga pada balita, yaitu pengasuh anak (rasio odds = 5,62; 95% CI = 2,86-11,04), umur anak (rasio odds = 4,22; 95% CI = 2,12-8,39) dan jenis kelamin anak (rasio odds = 1,94; 95% CI = 1,09-3,48).
Sebab cedera yang terbanyak adalah jatuh sedangkan jenis cedera yang terbanyak adalah luka. Cedera paling banyak terjadi di halaman rumah dan lebih banyak terjadi pada siang hari.
Disarankan kepada ibu untuk mengasuh anaknya sendiri atau menyerahkan pengasuhan anak kepada orang yang mampu mengasuh anak dengan baik. Perlu penyuluhan kepada ibu balita agar siapapun yang mengasuh balita untuk lebih waspada pada saat mengasuh. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T3382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mashoedojo Pranotodihardjo
"Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi, diantaranya adalah imunisasi campak. OCI minimal 30% sampai akhir Desember 1990 untuk imunisasi campak merupakan tantangan yang harus dicapai, dipertahankan, ditingkatkan dan juga diratakan sampai kepada daerah tingkat administrasi yang paling rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada ibu dalam melaksanakan imunisasi campak di wilayah Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah ibu dari anak berusia 9-11 pada Januari-Desember 1990 yang seharusnya melaksanakan imunisasi campak pada wilayah kerja Puskesmas Duri Kepa, Jakarta Barat.
Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan analisa data digunakan adalah distribusi frekuensi, analisa presentase, tabulasi silang dan uji Chi-square.
Dari enam faktor yang berpengaruh pada ibu ternyata hanya dua faktor yang terbukti mempunyai hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan imunisasi campak, yaitu faktor pengetahuan dan faktor pendorong pada ibu. Dan didapatkan kenyataan bahwa media TV/radio menduduki urutan terbesar sebagai sumber informasi imunisasi campak dan menyusul peranan petugas dan kader kesehatan.
Disarankan dari segi pengelolaan program ini perlunya mengembangkan peta wilayah kerja menjadi peta data sasaran. Dan perlunya peningkatan penyuluhan dan materi penjelasan pada saat pelayanan imunisasi campak dilaksanakan. Serta sebagaimana dikemukakan didepan bahwa subyek penelitian ini adalah ibu-ibu, maka diharapka akan dilakukan penelitian juga terhadap petugas kesehatan maupun kader kesehatan beserta sarana/prasarana pendukungnya dihadapkan dengan pelaksanaan imunisasi campak."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>