Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Makmunarrasjid
Abstrak :
Bagian Proyek Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Pusat merupakan bagian dari Proyek Upaya Pelayanan Kesehatan. Sebagian besar anggarannya dibiayai dari pinjaman luar negeri Intensified Communicable Disease Control Project Sector Loan ASDB No. 1523-INO. Bagian proyek ini telah dimulai sejak tahun anggaran 1997/1998, sampai tahun anggaran 2001 sudah merupakan tahun ke1ima. Namun realisasi anggaran dan pencapaian target sasaran fisik masih rendah. Hal tersebut menyebabkan manfaat proyek tidak dapat dinikmati sesuai rencana, Serta menyebabkan Pemerintah harus membayar commitment fee sebesar 0,75 % dad sisa pinjaman yang belum ditarik. Pelaksanaan bagian proyek ini sebagaimana proyek-proyek pembangunan pemerintah Iainnya, dikendalikan dan dimonitoring melalui pelaporan umum keproyekan yang telah baku sebagaimana ketentuan yang berlaku. Apabila pelaksanaan pengendalian tersebut berjalan baik, seharusnya penyerapan anggaran dan pelaksanaan pencapaian target sasaran fisik setiap priode akan tercapai sesuai dengau rencana. Karena secara berkala dari hasil pengendalian tersebut, setiap perrnasalahan dapat diketahui secara dini, dan diupayakan tindakan korektif secara tepat dan cepat Kemampuan dalam merealisasikan target tahunan bagian proyek, secara kumulatif akan rnempercepat pencapaian hasil (results/outcomes) guna memperoleh manfaat (impacts) sebagai lujuan akhir dari proyek. Keberhasilan tersebut berkaitan erat dengan kinelja proyek. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran dan evaluasi terhadap kinerja bagian proyek, serta untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian keproyekan yang telah dilaksanakan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif dengan cara observasi eksploratif dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini akan dapat menjelaslcan hubungan peranan monitoring dan evaluasi terhadap kineija bagian proyek tersebut. Hasil penelitian dari data sekunder menunjukan simpulan adanya hubungan sinergis negatif antara peiaksanaan monitoring dan evaluasi keproyekan yang lemah, dengan hasil evaluasi yang mengidentifikasikan kine|ja Bagian Proyek Intensifikasi P2M Pusat periode tahun anggaran 1997/1998 sampai 2001 yang sangat kurang. Hasil penelitian cara observasi eksplomtif pada data selcunder tersebut sesuai pula dengan hasil simpulan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan para informan kunci baik dari kelompok pengelola langsung bagian proyek, maupun kelompok informan pemantau dan penexima pelaporan keproyekan. Kelemahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut bermuara dari kapasitas SDM yang kurang dipersiapkan, kurang perhatian dari pimpinan, tidak konsistenya ketentuan dengan pelaksanaan, serta belum dilakukanya sistem reward dan punishment. Monitoring dan evaluasi bukan menjadi penyebab rendahnya kineria, tempi lemahnya pelaksanaan kegiatan tersebut membuat situasi yang tidak kondusif untuk meningkatkan kinerja. Karena akar peemasalahan keproyekan tidak terpantau secara dini, sehingga tindakan korektif atau tindaklanjutnya tidak dapat dilaksanakan seciua cepat dan tepat. ......The Sub Project of Center intensified Communicable Desease Control is part of Health Services Project. Most part of it is budget are allocate from Intensified Communicable Desease Control Project Loan Sector ADB No. 1523-INO. A part of thisproject has been started from 1997/1998 until 2001 fiscal year, which is the fifth years but budget realization and fulfilling physical target are still in low level. That makes project benefits can't enjoyed as it being planned, it also makes the Government had to pay commitment fee which is 0,75 % from the rest of loan that is not retake yet. The implementation of this sub project likes another' Government project controlled and monitored through general project report based on rule being used. If the controlling face no problem the budget absorb and efforts to fulfill each period physical target supposed to be reach as it is being planned. Because film that periodic controlling, every single problem can be detected earlier and then try to 'rind corrective action correctly and as soon as possible. The ability in realized sub project yearly target cumulatively will makes faster result or outcomes fulfilling in purpose to reach the impact as a final target of the project That succesed is related with project performance. This research are purposed to evaluated and make a level to sub project performance also to know how the project controlling implemented through monitoring and evaluating activity. This research use qualitative method with explorative observation and indepth interview. The research result will be able to explain the relation between monitoring and evaluating to project performance. Research result from secondary data is showing the conclution; that there is negative sinergic relationship between a weals project monitoring and evaluating implementation with evaluation result which is identified that sub project of center intensihed communicable control performance period 1997/1998 until 2001 very unsatisfied. Research result using explorated observation in that secondary data are same with primary data conclution which is gets &om indepth interview of all key informans from direct management sub project group, watcher informans group and the acceptor of the project report. The weakness of that monitoring and evaluating implementation are come fiom the capacity of unprepair human resources, less attention from the leader, inconsistency between regulation and implernention, and not implemented yet reward and punishment system. The monitoring and evaluating wasn't a causes of a sub project low perfomtance, but the weaks of the activity implementation create inconducive situation to increasing performance, because the main problem were not detected early, so the corrective actions and it's follow up are can't implemented correctly and fastly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Chairani Sudarmin
Abstrak :
ABSTRAK
Penyebaran penyakit menular di Indonesia masih meningkat setiap tahunnya. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang salah satu isinya adalah pengendalian penyakit menular. Vaksin diperlukan dalam pengendalian penyakit menular. Vaksin sensitif terhadap suhu tertentu, sehingga suhu penyimpanan yang tidak tepat akan merusak vaksin dan menghilangkan efektivitasnya. Vaksin membutuhkan cold chain di dalam rantai pasoknya yang dapat memastikan bahwa vaksin disimpan pada suhu yang sesuai. Kelalaian yang terjadi dalam rantai pasok dapat merusak vaksin dan dapat membahayakan pasien. Kendala yang dialami rantai pasok vaksin dapat menghambat pemberian vaksin kepada yang membutuhkannya dan menghambat upaya pengendalian penyakit. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prioritasi risiko yang mungkin terjadi pada rantai pasok vaksin di Indonesia serta mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk membantu anggota rantai pasok dalam mengelola risiko yang ada. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah MCDM (Multi-criteria Decision Making) DEMATEL-Based ANP. Risiko yang didapat dari identifikasi sebanyak 32 risiko dengan lima dimensi yaitu pasokan dan pemasok, operasional, finansial, pemerintahan & permintaan pasar dan logistik. Hasil prioritasi dengan DANP menunjukkan bahwa terdapat 19 risiko yang perlu diprioritaskan. Selanjutnya dikembangkan strategi mitigasi risiko yang divalidasi oleh ahli. Hasil yang didapat adalah 23 strategi mitigasi risiko.
ABSTRACT
The spread of infectious diseases in Indonesia is still increasing every year. Therefore, the government issued a National Medium-Term Development Plan, one of which is the control of infectious diseases. Vaccines are needed in controlling infectious diseases. Vaccines are sensitive to certain temperatures, so improper storage temperatures will damage the vaccine and eliminate its effectiveness. Vaccines require cold chains in their supply chain that could ensure that vaccines are stored at the appropriate temperature. Negligence that occurs in the supply chain could damage the vaccine and could endanger the patient. Obstacles experienced by the vaccine supply chain can inhibit vaccine delivery to those who need it and hinder disease control efforts. Therefore this study aims to analyze the risk prioritization that might occur in the vaccine supply chain in Indonesia and develop a risk mitigation strategy to help supply chain members manage existing risks. The method used in this study is MCDM (Multi-criteria Decision Making) DEMATEL Based ANP. Risks obtained from the identification of 32 risks with five dimensions, namely supply and supplier, operational, financial, government & market demand, and logistics. The results of prioritization with DANP indicate that 19 risks need to be prioritized. Furthermore, risk mitigation strategies are validated by experts. The results obtained are 23 risk mitigation strategies.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Faisha
Abstrak :

Pemakaian antibiotik yang tidak tepat pada penyakit infeksi akan menyebabkan resistensi bakteri dan akan memperburuk kondisi pasien. Sejumlah faktor yang memengaruhi, pola bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik dapat memengaruhi luaran perlu di nilai kembali. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil sensitivitas bakteri, penggunaan antibiotik dan faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas infeksi anak. Penelitian ini dilakukan secara kohort retrospektif serta studi deskriptif terhadap 254 pasien di RSCM pada Januari-Desember 2018. Riwayat medis, pola kuman, sensitivitas antibiotik dan penggunaan antibiotik didata serta faktor yang memengaruhi dianalisis menggunakan uji multivariat regresi logistik. Bakteri terbanyak adalah gram negatif 57,1% diikuti gram positif 42,8%. Hampir semua golongan bakteri sensitif dengan ampisilin sulbaktam (87,5-100%). Amoksiklav, tigesiklin dan vankomisin sensitif dengan bakteri gram positif (100%). Amikasin dan meropenem sensitif dengan bakteri gram negatif (80-100%). Faktor yang memengaruhi peningkatan mortalitas adalah usia > 5 tahun (OR 2,482; IK95% 1,139-5,408), penggunaan selang nasogastrik (OR 2,516; IK95% 1,083-5,847), antibiotik yang tidak sesuai (OR 2,159; IK95% 1,034-4,508), serta fokus infeksi pada aliran darah (OR 5,021; IK95% 2,411-10,459).


Inappropriate use of antibiotics in infectious diseases will lead to anti-microbial resistance and disease's complication. Among several contributing factors to disease outcome, anti-microbial pattern and antibiotics use need to be re-evaluated. This study aims to determine anti-microbial sensitivity profile, antibiotics use and factors affecting mortality in pediatric infection cases. Retrospective cohort study was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital. There were 254 patients included for study analysis.  Data were obtained from medical records and electronic health records from January-December 2018. Patient’s medical history, anti-microbial pattern and sensitivity as well as antibiotic use were recorded and analyzed using a multivariate logistic regression test. The most common bacteria were gram negative bacteria (57.1%) followed by gram positive bacteria (42.8%). Majority of bacteria were sensitive with ampicillin sulbactam (87.5-100%). Antibiotics such as amoxicillin-clavulanic acid, tigecycline and vancomycin are sensitive to gram-positive bacteria (100%) while amikacin and meropenem are sensitive to gram-negative bacteria (80-100%). Factors  influencing  mortality were age > 5 years (OR 2.482; 95%CI 1.139-5,408), use of nasogastric tubes (OR 2.516; 95%CI 1.083-5.847), inappropriate antibiotics choice (OR 2.159; 95%CI 1.034-4.508), and presence of bloodstream infection (OR 5.021; 95%CI 2.411-10.459).

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Genta Rizkyansah
Abstrak :
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2019, Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu daerah endemis malaria di Provinsi Lampung memiliki jumlah kasus malaria tertinggi yaitu sebanyak 2006 kasus. Upaya yang dilakukan menuju daerah bebas malaria yaitu melalui kebijakan pembangunan manusia sektor kesehatan. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan dengan pendekatan top down yang diimplementasikan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Salah satu tujuan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yaitu pengendalian penyakit menular termasuk malaria. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan pembangunan manusia bidang kesehatan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Kabupaten Pesawaran dan untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kebijakan tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahap persiapan pelaksanaan, mekanisme perencanaan tingkat puskesmas, penggerakan-penguatan-pelaksanaan, pengawasan-pengendalian-penilaian sudah dilakukan dengan baik namun pada tahap pelatihan pendekatan keluarga serta langkah dan teknis manajerial belum dilakukan secara maksimal. Faktor pendukung dalam implementasi kebijakan pembangunan manusia bidang kesehatan melalui PIS-PK di Kabupaten Pesawaran yaitu faktor disposisi dan struktur birokrasi, sedangkan faktor penghambatnya yaitu faktor komunikasi dan faktor sumber daya yang meliputi sarana dan prasarana yang belum memadai, sumber daya manusia dan anggaran yang terbatas. ......Malaria is one of infectious diseases which still becomes the health problem in Indonesia. In 2019, Pesawaran Regency as one of the endemic areas of malaria in Lampung Province has the highest score malaria case which is 2006 cases. The endeavour that is conducted to obtain a malaria-free region is through the human development policy in health sector. That policy is a policy that uses the top down approach which is implemented through the Indonesian Health Program with Family Approach. One of the goals of Indonesian Health Program with Family Approach (PIS-PK) is infectious disease control including malaria. This research is using descriptive research method with qualitative approach which aims to describe the implementation of human development policy in health sector through the Indonesian Health Program with Family Approach (PIS-PK) in Pesawaran Region and to describe the support and obstacle factors in that policy implementation. The result of the research shows that on the preparation stage of the implementation, the planning mechanism at the level of public health center, the movement-strengthening-implementation, the supervision-control-assessment have been conducted well but on the level of training on family approach and steps and managerial techniques have not been conducted maximally. The supporting factors in implementing the human resource development policy in health sector through Indonesian Health Program with Family Approach (PIS-PK) in Pesawaran regency are the disposition factor and bureaucratic structure, meanwhile the hindrance factors are the communication and resource factor which include the facilities and infrastructures which have not been sufficient, the human resource and budget which are limited.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Rizqitha Utami
Abstrak :
Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi balita yang diperhatikan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Pusat yang berada di peringkat kedua dan ketiga tertinggi di DKI Jakarta. Penyakit infeksi yang berulang pada baduta merupakan salah satu faktor determinan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian sakit pada anak usia 6 – 23 bulan di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat di masa pandemi COVID-19. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 246 responden dengan pengambilan data secara langsung yang dipilih melalui teknik consecutive sampling dan multiple stage cluster random sampling. Kuesioner penelitian mencakup data karakteristik anak, karakteristik ibu, dan riwayat kejadian sakit anak. Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji univariat menunjukkan bahwa kejadian penyakit infeksi terbanyak adalah ISPA (64,2%) dengan mayoritas status gizi yang normal. Oleh karena itu, masih diperlukan intervensi yang bertujuan untuk mencegah kejadian sakit infeksi berulang pada baduta sekaligus mencegah terjadinya stunting di Indonesia. ......Stunting is still one of the major nutritional problems of under-five-years children that is considered in Indonesia. This is indicated by the areas of North Jakarta and Central Jakarta which are ranked second and third highest in DKI Jakarta. Recurrent infectious diseases in under-two-years children are one of the determinants of stunting. This study aims to describe the incidence of illness in children aged 6 – 23 months in North Jakarta and Central Jakarta during the COVID-19 pandemic. This descriptive study was conducted on 246 respondents with direct data collection selected through consecutive sampling and multiple stage cluster random sampling. The research questionnaire included data on the characteristics of the child, the mother’s characteristics, and the history of the child's illness. The results of this study which were analyzed by univariate test showed that the highest incidence of infectious diseases was ARI (64.2%) with majority normal nutritional status. Therefore, interventions are still needed that aim to prevent the incidence of recurrent infections in children under two as well as prevent stunting in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia, PA: Elsevier, 2018
618.929 PRI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
Abstrak :
Dalam 25 tahun mendatang, angka mortalitas akibat penyakit infeksi diperkirakan akan menurun, namun penyakit infeksi di Indonesia hingga tahun 2007 masih menjadi penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan. Keluarga memiliki asosiasi yang kuat dengan kesehatan dan penyakit seseorang melalui hubungan dan dinamika kehidupannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik demografis, profil keluarga dan penyakit infeksi terbanyak di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008 serta hubungannya. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 103 data sekunder dari laporan studi kasus pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008 digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian mendapatkan bahwa penyakit infeksi terbanyak adalah infeksi M. tuberculosis , infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit, dan infeksi yang belum diketahui penyebabnya. Terdapat hubungan bermakna antara bentuk keluarga dan jumlah anggota dalam satu rumah dengan infeksi M. tuberculosis. Terdapat hubungan bermakna antara usia pasien dengan infeksi saluran pencernaan, dan status pernikahan pasien dengan infeksi saluran pencernaan. Jadi, penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara karakteristik demogafis dan profil keluarga dengan penyakit infeksi pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008. ......In the next 25 years, mortality rate of infectious diseases is estimated to decrease, but infectious diseases until 2007 still become the most frequent of diseases in clinical patients in Indonesia. Family has a strong association with health and disease through a relationship and the dynamics of life. This study aims to determine the demographic characteristics, family profile, the most frequent of infectious diseases and their relationships in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia in 2006-2008. It uses cross-sectional design and the data were collected by means of patient case reports. The result of this study is the most frequent of infectious diseases are M. tuberculosis infection, acute respiratory tract infection, gastrointestinal tract infection, skin infection, and unknown infection. There are significant associaton between family profile (family structure and the amount of family member) and M. tuberculosis infection. There are significant association between demographic characteristics (age and marital status) and gastrointestinal tract infection. From those results, this study concludes that there are significant association between demographic characteristics, family profile and infectious diseases in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia in 2006-2008.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jan Susilo
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0244
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Debie Rizqoh
Abstrak :
Indonesia is one country with highest number cases of H5N1 influenza virus infection. Therefore, it is necessary to attempt to overcome the infection and prevent a pandemic. Vaccines are one of the effective efforts for the prevention of infectious diseases. This study will be developed H5N1 virus-like particle (VLP) vaccine detection system with green fluorescent protein (GFP). H5N1 VLP and GFP protein encoding plasmid was constructed in a transient pBACgus4x-1 which has four promoters of baculovirus expression, two polh promoters and two p10 promoters. Construction of plasmid transient conducted gradually. Each H5N1 VLP protein (HA, NA, and M) encoding gene and the eGFP gene was inserted in a different promoter. Based on analysis of polymerase chain reaction (PCR), restriction enzymes and sequencing, the recombinant plasmid construction pBACM1H5N1eGFP successfully obtained. Co-transfection of pBACM1H5N1eGFP with BacVector® 1000 showed GFP successfully expressed. GFP expressed continuously from co-transfection until 5th passage and used as a parameter of recombinant baculovirus infection and VLP encoding protein expression. Until the passage of the 5th, the highest percentage of expression is 3%. PCR results have confirmed the presence of VLP and GFP gene in Sf9 cells infected with recombinant baculovirus. Results of immunostaining using polyclonal antibodies against HA, NA and M are observed in confocal microscopy have shown the presence of H5N1-forming protein expression is at GFP expressing cells. GFP detection system to control the H5N1 VLP expression has been successfully performed. The increase of titer recombinant baculovirus in Sf9 cells is required to detect recombinant baculovirus and VLP.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus infeksi virus influenza H5N1 terbanyak dibandingkan negara lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk menanggulangi infeksi dan mencegah terjadinya pandemi. Vaksin merupakan salah satu upaya yang efektif untuk pencegahan penyakit infeksi. Dalam penelitian ini akan dikembangkan vaksin virus-like particle (VLP) H5N1 dengan sistem pendeteksi green fluorescent protein (GFP). Protein pengkode VLP H5N1 dan GFP dikonstruksi dalam satu plasmid transien pBACgus4x-1 yang memiliki empat promotor ekspresi baculovirus yaitu dua promotor polh dan dua promotor p10. Konstruksi plasmid transien dilakukan secara bertahap. Setiap gen pengkode VLP H5N1 (HA, NA, dan M) serta gen eGFP diinsersi di promotor yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis polymerase chain reaction (PCR), enzim restriksi dan sekuensing, konstruksi plasmid rekombinan pBACM1H5N1eGFP berhasil diperoleh. Kotransfeksi pBACM1H5N1eGFP dengan BacVector® 1000 memperlihatkan GFP berhasil diekspresi. Protein GFP berhasil diekspresi secara kontinu dari tahap ko-transfeksi hingga pasase ke-5 dan dijadikan sebagai parameter infeksi baculovirus rekombinan dan ekspresi protein pembentuk VLP. Hingga pasase ke-5, persentase ekspresi paling tinggi hanya 3%. Hasil PCR telah mengkonfirmasi adanya gen penyandi VLP dan GFP di sel SF9 yang terinfeksi baculovirus rekombinan. Hasil immunostaining menggunakan antibodi poliklonal terhadap HA, NA dan M yang diamati pada mikroskop konfokal telah menunjukkan adanya ekspresi protein pembentuk H5N1 yang berada pada sel pengekspresi GFP. Sistem pendeteksi GFP untuk kontrol ekspresi VLP H5N1 telah berhasil dilakukan. Peningkatan titer baculovirus rekombinan pada sel SF9 diperlukan untuk mendeteksi Baculovirus rekombinan dan VLP.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiah Ardiani
Abstrak :
Kasus harian COVID-19 Kota Depok termasuk yang tertinggi di Jawa Barat, akibatnya Puskesmas di Kota Depok mengalami beban ganda pada saat krisis pandemi COVID-19 yang menyebabkan gangguan pada pelayanan kesehatan. Kapasitas kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman Penyakit Infeksi Emerging (PIE) diperlukan demi terwujudnya ketangguhan Puskesmas. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan wawancara mendalam dan FGD. Hasil penelitian ini adalah pembahasan ketangguhan Puskesmas yang dinilai dari unsur kesiapan pada konteks yaitu kecukupan dan keahlian SDMK, pembiayaan terhadap wabah, layanan kesehatan di Puskesmas, pemenuhan kebutuhan obat dan alat kesehatan, penerapan regulasi yang bersifat promotif terhadap penanganan wabah, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pencegahan dan deteksi dini, serta informasi kesehatan yang disebarkan. Mekanisme dibutuhkan untuk mendukung kinerja konteks berupa koordinasi multisektoral yang melibatkan kolaborasi pentahelix dan juga rekomendasi One Health sebagai bentuk upaya identifikasi, deteksi, pencegahan dan respon. Adapun pendekatan 5S1T dan kegiatan peran serta masyarakat dinilai mampu mengoptimalkan mekanisme untuk mempercepat upaya penanganan wabah.   Pada akhirnya kesimpulan yang dapat ditarik mengenai kesiapan mencapai ketangguhan Puskesmas menghadapi PIE di Kota Depok belum sepenuhnya namun dapat dibangun dengan memperkuat unsur sistem kesehatan yang ditinjau pada aspek konteks berkaitan dengan mekanisme pendukung sehingga dapat mencapai ketangguhan Puskesmas. ......The daily cases of COVID-19 Depok City are among the highest in West Java. The Puskesmas in Depok City experienced a double burden during the COVID-19 pandemic crisis which caused disruption to health services. Preparedness capacity in dealing with the threat of Emerging Infectious Diseases (PIE) is needed for the realization of the resilience of the Puskesmas. This research is qualitative in nature with in-depth interviews and FGDs. The results of this study are a discussion of the resilience of the Puskesmas which is assessed from the elements of preparedness in the context, namely the adequacy and expertise of health care workforce, financing for outbreaks, health services at the Puskesmas, meeting the needs of medicines and medical devices, implementing promotive regulations for handling outbreaks, availability of supporting facilities and infrastructure prevention and early detection activities, as well as health information dissemination. Mechanisms are needed to support contextual performance in the form of multisectoral coordination involving pentahelix collaboration and also One Health recommendations as a form of identification, detection, prevention and response. The 5S1T approach and community participation activities are considered capable of optimizing mechanisms to accelerate efforts to deal with outbreaks. In the end, the conclusion that can be drawn regarding the readiness to achieve resilience of the Puskesmas in facing EID in Depok City is not yet complete, but it can be built by strengthening the elements of the health system which is reviewed in terms of context related to supporting mechanisms so that the resilience of the Puskesmas can be achieved.

 

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>