Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Nurafiati Haliza
"Penelitian ini membahas lebih lanjut mengenai proses penerapan kebijakan Influenza Ordonnantie khususnya upaya pembatasan kapal di Pelabuhan Tandjong Priok dalam menangani pandemi influenza di Batavia pada tahun 1920—1922. Kemunculan wabah influenza yang dikenal dengan flu spanyol pada tahun 1918 menimbulkan masalah baru di Hindia Belanda. Selain menghambat aktivitas sehari-hari, korban yang ditimbulkan juga tidak sedikit. Pemerintah Batavia pada awalnya menunjukkan sikap yang lambat dalam merespon wabah tersebut, namun seiring dengan dampak yang ditimbulkannya pemerintah mulai melakukan upaya-upaya penanganan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pada tahapan heuristik sumber sejarah yang digunakan meliputi arsip, surat kabar, buku dan jurnal. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemerintah Hindia Belanda melakukan suatu usaha konkret dalam menangani penyebaran wabah influenza di Batavia melalui pembuatan Influenza Ordonnantie. Pemerintah Hindia Belanda melakukan tindakan pencegahan yaitu memperketat pengawasan terhadap kapal-kapal yang datang baik dari luar maupun kapal yang datang dari Hindia Belanda. Burgerlijke Geneeskundige Dienst (BGD) melalui Komisi Influenza telah merampungkan ordonansi pada tahun 1919, kemudian Influenza Ordonnantie tersebut disahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920 yang berisi peraturan lalu lintas pelabuhan untuk menangani kemunculan dan penyebaran wabah influenza. Kebijakan pembatasan kapal di Pelabuhan Tandjong Priok diterapkan dengan cara pemberlakuan influenza pass, influenza sein, pengecekkan kesehatan, dan karantina kapal. Pembatasan kapal menjadi salah satu faktor yang menekan angka penyebaran virus influenza di Batavia, sehingga pada tahun 1922 virus influenza dinyatakan sudah melandai dan tidak lagi menjadi wabah di Hindia Belanda.
......This research further discusses the implementation process of the Influenza Ordonnantie policy, specifically the efforts to limit ships at the Tandjong Priok Port in handling the influenza pandemic in Batavia in 1920—1922. The emergence of an influenza outbreak known as the Spanish flu in 1918 caused new problems in the Dutch East Indies. Apart from disrupting daily activities, there were a significant number of victims. The Batavian government had initially been slow in responding to the outbreak; however, they began to make efforts to deal with it as the impacts that came with it worsened. This research employs historical research methods, including four stages: heuristic, criticism, interpretation, and historiography. The sources used at the heuristic stage consist of archives, newspapers, books, and journals. The findings demonstrate that the Dutch East Indies administration made a substantial effort in dealing with the spread of the influenza pandemic in Batavia by creating the Influenza Ordonnantie. The government also took a preventative measure by tightening the supervision of ships that were coming from outside and from the Dutch East Indies. Burgerlijke Geneeskundige Dienst (BGD), through the Influenza Commission, completed the ordinance in 1919, and it was later ratified by the Dutch East Indies government in 1920, which contained the port traffic regulation to deal with the emergence and spread of the influenza outbreak. The implementation of the ship restriction policy at the Tandjong Priok Port includes the enactment of influenza passes, influenza signals, health checks, and ship quarantine. The ship restriction was one of the factors that suppressed the spread of the virus, which led to the declaration in 1922 that the influenza virus had subsided and was no longer a pandemic in the Dutch East Indies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kemko Kesra RI, 2009
616.91 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Niluh Putu Indi Dharmayanti
Depok: UI Publishing, 2019
616.91 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Guntoro
"Avian Influenza atau flu burung adalah jenis penyakit yang berasal dari virus H5N1. Penyakit ini menyebar dengan sangat cepat dan sangat potensial untuk menyebabkan kematian. Virus ini dapat menular melalui perantaraan unggas dan dapat menular dari unggas kepada manusia sehingga masyarakat Indonesia perlu berhati-hati dalam melakukan tindakan preventif dalam menghadapi penyakit flu burung ini.
Dengan beragamnya perbedaan perilaku masyarakat Indonesia, tentunya akan menyebabkan perbedaan pula dalam melakukan penyikapan menghadapi flu burung. Sebuah lembaga tertentu melakukan survey di beberapa provinsi di Indonesia dimana telah terjadi kasus penularan flu burung kepada manusia. Terdapat 60.016 responden dengan 19 variabel kategorik yang akan dilibatkan dalam penelitian. Berdasarkan data ini, dilakukan analisis data yang menghasilkan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menyikapi flu burung adalah provinsi, jenis kelamin, pengetahuan mengenai penularan flu burung, sarana pembuangan, pemeliharaan unggas, kepemilikan binatang peliharaan dan jarak rumah ke pasar. Diantara faktor-faktor tersebut, faktor yang paling mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menyikapi flu burung adalah pengetahuan mengenai penularan flu burung.
Profil masyarakat yang mempunyai perilaku baik dalam menyikapi flu burung adalah memiliki pengetahuan penularan FB yang baik, berasal dari provinsi Jambi dan Nusa Tenggara Barat, memiliki tempat penampungan air limbah, saluran pembuangan air limbah, tempat sampah diluar rumah, punya tempat penampungan sampah organik, tidak memiliki binatang peliharaan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S27798
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Adanya kasus-kasus tersangka H5N1 dengan manifestasi klinis berat namun negatif virus H5N1 menyebabkan perlunya investigasi adanya etiologi lain pada pasien-pasien tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui patogen saluran pernafasan lain pada pasien tersangka H5N1 sehingga diperoleh data mikroorganisme penyebab ISPA berat.
Metode: Penelitian ini menggunakan bahan biologi tersimpan (BBT) berupa sampel klinis (apus hidung atau tenggorok, tracheal aspirate dan bronchoalveolar lavage) dari pasien tersangka H5N1 yang telah terkonfirmasi negatif virus H5N1. Dilakukan pemeriksaan terhadap 16 virus dan 8 bakteri menggunakan Multiplex PCR serta Real Time PCR pada BBT dari 230 kasus tersangka H5N1 yang dirawat. BBT tersebut diterima Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada Juli 2008 hingga Juni 2009.
Hasil: Dari 230 kasus tersangka H5N1, Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri yang paling dominan ditemukan pada anak-anak dan dewasa. Virus influenza A (non H5N1) merupakan virus penyebab yang umum ditemukan pada anak-anak sedangkan pada orang dewasa gambaran etiologi oleh virus cukup bervariasi dengan ditemukannya virus influenza A (non H5), Enterovirus, HRV A/B, Coronavirus 229E/NL63 dengan presentase yang rendah. Infeksi campuran oleh bakteri Klebsiella pneumoniae, Streptococcus pneumoniae and Haemophillus influenzae umumnya ditemukan pada anak-anak sedangkan Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus pneumoniae merupakan infeksi campuran yang dominan pada dewasa. Virus influenza A and Klebsiella pneumoniae merupakan penyebab utama infeksi campuran oleh bakteri dan virus yang ditemukan pada anak-anak.
Kesimpulan: Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, bakteri merupakan penyebab ISPA terbanyak pada anak-anak maupun dewasa, walaupun juga ditemukan infeksi yang disebabkan oleh virus-virus yang umum menyerang saluran pernafasan. Infeksi campuran oleh bakteri dan virus juga ditemukan baik pada anak-anak maupun dewasa.

Abstract
Background: Since a lot of suspected H5N1 cases with severe ARI manifestation were hospitalized and negative for H5N1, it raised a concern to investigate the other etiologies among hospitalized-suspected H5N1 cases. The aim of present study is to investigate the other respiratory pathogens of hospitalized-suspected H5N1 cases in which will provide valuable insight in the etiologies and epidemiology data of ARI.
Methods: We tested the archived respiratory clinical specimens (nasal or throat swab, tracheal aspirate and bronchoalveolar lavage) that were already confirmed as negative H5N1 for 16 viruses and 8 bacteria existence by Multiplex PCR and Real-Time PCR from 230 hospitalized-suspected H5N1 cases received in July 2008 to June 2009.
Results: Of the 230 hospitalized-suspected H5N1 cases, Klebsiella pneumoniae was the most dominant bacterial pathogen in children and adult. Moreover, the common viral pathogens in children was influenza A (non H5), while it was varied in adults as influenza A (non H5), Enterovirus, HRV A/B, Coronavirus 229E/NL63 were found very low. Bacterial mix infection of Klebsiella pneumoniae, Streptococcus pneumoniae and Haemophillus influenzae mainly occurred in children while co-infections of Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae were frequently found in adults. In addition, the major bacterial-viral mix infection found among children was influenza A and Klebsiella pneumoniae.
Conclusion: From all of the samples tested, bacterial infections remain the most common etiologies of ARI in adults and children although there were infections caused by viruses. Mix infection of bacterial and viral also found among adults and children."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, National Institute of Health Research and Development, Jakarta. Center of Biomedical and Basic Technology of Health], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Marco Hadi Nugroho
"Latar Belakang: Avian influenza merupakan penyakit infeksius yang mudah menular secara aerosol. Salah satu subtipenya yakni H9N2 mewabah pertama kali di wilayah peternakan unggas di Indonesia pada tahun 2016 dan dilaporkan membawa gen yang cenderung menginfeksi sel mamalia. Antiviral berbasis sialidase dikembangkan sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi virus saluran pernafasan seperti avian influenza yang membutuhkan sialic acid sebagai pintu masuknya virus ke dalam sel. Penelitian ini bertujuan mengembangkan antiviral berbasis sialidase asal bakteri Pasteurella multocida, khususnya terhadap infeksi subtipe H9N2.
Metode: Penelitian diawali dengan kultur Pasteurella multocida yang secara genetik hanya mengandung satu jenis sialidase yakni NanB. Sialidase dipurifikasi melalui metode kloroform, dan dilanjutkan dengan ion exchange chromatography dan affinity chromatography. NanB sialidase yang dihasilkan diuji aktivitasnya pada suhu, pH dan lama waktu inkubasi yang berbeda. Uji toksisitas dan spesifisitas NanB sialidase dilakukan dengan menggunakan berbagai dosis sialidase pada media sel darah merah ayam dan kelinci serta sel MDCK. Dilanjutkan dengan uji hambatan infeksi virus avian influenza H9N2 dan ekspresi gen penyandi apoptosis sebagai respon sel terhadap infeksi avian influenza H9N2.
Hasil: Pasteurella multocida B018 terbukti menghasilkan NanB sialidase dengan berat molekul sekitar 55 kDa. NanB sialidase yang dihasilkan bersifat stabil pada suhu 37℃ dan pH 5 hingga 7 meskipun mengalami penurunan aktivitas pada 72 jam inkubasi. Dosis 0.258 U/ml merupakan dosis toksik yang melisiskan sel darah merah dan merusak sel MDCK. Dosis efektif yang mampu menghirolisis sialic acid adalah 0.129 U/ml, namun NanB sialidase cenderung menghidrolisis sialic acid Neu5Acα(2,6)-Gal pada mamalia. Dosis tersebut juga mampu menghambat ikatan virus H9N2 pada sel darah merah serta menekan jumlah infeksi virus pada sel MDCK tanpa menyebabkan peningkatan ekspresi gen penyandi apoptosis sel. Kesimpulan: NanB Sialidase asal bakteri Pasteurella multocida berpotensi sebagai antivirus avian influenza melalui hilangnya sialic acid akibat proses hidrolisis yang terjadi.
......Background: Avian influenza is an infectious disease easily transmitted by aerosol. One of the subtypes, H9N2, first appeared in poultry farming areas in Indonesia in 2016 and was reported to carry a gene that tends to infect mammalian cells. Sialidase-based antivirals were developed to prevent and treat viral respiratory infections such as avian influenza, which require sialic acid as the entry point for viruses to enter cells. This study aims to develop a sialidase-based antiviral from the Pasteurella multocida, especially against infection with the H9N2 subtype.
Methods: The research started with Pasteurella multocida culture, which contains only one type of sialidase, NanB. Sialidase was purified by the chloroform method and followed by ion-exchange chromatography and affinity chromatography. NanB sialidase was tested for its activity at different temperatures, pH, and incubation times. The toxicity and specificity test of NanB sialidase was carried out using various doses of sialidase on chicken and rabbit red blood cells and MDCK cells, followed by the inhibition test of avian influenza H9N2 virus infection and expression of apoptotic coding genes as a cell response to avian influenza H9N2 infection.
Results: Pasteurella multocida B018 produced NanB sialidase with a molecular weight of about 55 kDa. The resulting NanB sialidase was stable at 37℃ and pH 5 to 7, although it decreased in activity at 72 hours of incubation. The dose of 0.258 U/ml is a toxic dose that lyses red blood cells and destroys MDCK cells. The effective dose capable of hydrolyzing sialic acid is 0.129 U/ml, but NanB sialidase tends to hydrolyze Neu5Acα(2,6)-Gal sialic acid in mammals. This dose also inhibited the binding of the H9N2 virus on red blood cells. It suppressed the number of viral infections in MDCK cells without increasing the expression of genes encoding cell apoptosis.
Conclusion: NanB Sialidase from Pasteurella multocida has the potential as an antiviral for avian influenza through the loss of sialic acid due to the hydrolysis process"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan Ata Ul Awal
"Influenza masih menjadi perhatian utama dalam bidang kesehatan karena penyakit ini masih menimbulkan ratusan ribu korban jiwa di seluruh dunia dan memiliki sifat sangat mudah menular. Penyebaran virus influenza bergantung pada berbagai faktor, namun efek dari faktor-faktor tersebut belum sepenuhnya dipahami terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peranan faktor fisika berupa faktor iklim dan cuaca terhadap persebaran virus influenza terutama pada saat pemanasan global seperti saat ini. Data influenza diambil dari data puskesmas sentinel yang dihimpun oleh WHO dan data faktor fisika diambil dari BMKG. Perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS versi 20 digunakan untuk melakukan analisis deksriptif, uji korelasi dan regresi pada data yang diperoleh. Analisis deskriptif tahunan menunjukkan  pola prevalensi influenza A dan B cenderung dipengaruhi oleh kelembaban dan curah hujan. Hasil analisis korelasi menunjukkan tidak ada faktor fisika yang memiliki korelasi yang konsisten terhadap prevalensi influenza A dan B. Analisis regresi menunjukkan bahwa pergerakan prevalensi virus influenza tidak hanya dibentuk oleh satu faktor namun dibentuk oleh kontribusi beberapa komponen faktor fisika. Selain itu, pola influenza tahunan juga menunjukkan terjadi fenomena rebound pada virus influenza B pada tahun 2016 terjadi bersamaan dengan rebound kelembaban dan curah hujan.
......Influenza is still a major concern in health care because these diseases still cause hundreds of thousands of casualties around the world and very contagious.  Spread of influenza virus depends on several factors, however the exact effect of those factors is not yet fully understood , especially in tropical countries like Indonesia. This study is aimed to understand effects of climate factors dynamics to spread of influenza virus, especially in era of global warming. Influenza data for this study is taken from sentinel data gathered by WHO while climate and weather data is taken from Badan Meteorologi Klimatologi dan Fisik (BMKG). Microsoft Excel and SPSS Version 20 is used to run descriptive, correlation and regression analysis on collected data. Descriptive analysis shows that yearly prevalence of influenza virus has pattern that follows humidity and rainfall pattern. Correlation analysis shows that there are no physical factors that have consistent correlation with prevalence of influenza A and B.  Result of correlation and regression analysis confirm that the movement of the prevalence of influenza is not only determined by single factor but rather determined by several physical factors at once. In addition, there is rebound phenomenon observed on influenza B in 2016 and at the same time there are also rebound on humidity and rainfall."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marantina, Sylvia Sance
"Penelitian deteksi fragmen gen NA virus avian influenza (AI) subtipe H5N1 telah dilakukan menggunakan 4 pasang primer NA yang dirancang oleh peneliti di Laboratorium IHVCB, yaitu NIF64 + NIR320, NIF306 + NIR537, NIF600 + NIR774, dan NIF757 + NIR975. Tujuan penelitian mengetahui spesifisitas dan sensitivitas primer yang telah dirancang dalam mendeteksi gen NA virus AI subtipe H5N1. Teknik two-step RT-PCR digunakan untuk mendeteksi gen NA virus AI subtipe H5N1. Uji spesifisitas PCR keempat pasangan primer dilakukan menggunakan sampel virus influenza A/chicken/Indonesia/2005 (H5N1); A/chicken/Indonesia/2006 (H5N1); A/chicken/Indonesia/2007 (H5N1); A/Indonesia/2007 (H3N2); A/Indonesia/2007 (H1N1); bakteri Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidis, dan Haemophilus influenzae. Uji sensitivitas PCR dilakukan dengan pengenceran bertahap terhadap cDNA virus influenza A/chicken/Indonesia/2006 (H5N1) dengan nilai konsentrasi 0,1 pg/μl--10 ng/μl. Hasil penelitian menunjukkan keempat pasangan primer memiliki spesifisitas tinggi terhadap virus AI subtipe H5N1, tidak pada subtipe H1N1 dan H3N2, serta tidak terjadi reaksi silang antara primer dan gen bakteri patogen saluran pernapasan. Pasangan primer NIF306 + NIR537 mempunyai sensitivitas PCR paling tinggi dibandingkan ketiga pasangan primer lainnya karena dapat mendeteksi gen NA dengan nilai konsentrasi cDNA terendah sebesar 1 pg/μl sehingga paling baik digunakan pada uji diagnostik AI dengan RT-PCR."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S31539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamtorogung Prayitno
"Spesimen Avian Influenza Virus (AIV) H5N1 untuk pengembangan vaksin maupun sistem diagnostik sulit diperoleh. Hal tersebut menginisiasi usaha untuk memperoleh fragmen-fragmen DNA penyandi protein AIV H5N1 melalui teknik sintesis DNA in vitro. Sintesis fragmen tersebut menggunakan teknik PCR yang diinisiasi oleh overlapping extension PCR. Teknik tersebut dipilih karena merupakan salah satu cara yang relatif mudah dan murah untuk memperoleh DNA serat ganda sintetik. Penelitian sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dengan inisiasi overlapping extension PCR telah dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jakarta Pusat selama 6 bulan (November 2007--April 2008).
Penelitian bertujuan untuk memperoleh metode optimal dalam sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005. Oligonukleotida yang digunakan untuk inisiasi DNA serat ganda maupun untuk perpanjangan produk PCR dirancang berdasarkan informasi susunan nukleotida yang diperoleh dari ISD Nucleotide Record melalui internet. Inisiasi sintesis DNA serat ganda dilakukan dengan teknik PCR, menggunakan sepasang oligonukleotida dengan susunan nukleotida yang komplementer satu sama lain pada ujung 3'. Serat ganda yang terbentuk digunakan sebagai pola cetak (template) untuk sintesis fragmen-fragmen yang lebih panjang dengan menggunakan pasangan-pasangan primer yang mengandung penambahan susunan nukleotida pada ujung 5'. Lima variasi metode penambahan primer digunakan untuk memperoleh metode optimal dalam sintesis fragmen tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan 2 dari 5 metode penambahan primer berhasil membentuk fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 sintetik dengan ukuran 446 pb; yaitu metode ke-4 dan metode ke-5. Metode ke-4 dilakukan dengan cara menambahkan delapan pasang primer dalam empat kali reaksi PCR, dengan selang 3 siklus untuk satu pasang primer dalam satu reaksi PCR. Metode ke-5 dilakukan dengan cara menambahkan delapan pasang primer dalam delapan kali reaksi PCR. Berdasarkan efisiensi waktu dan efektivitas penggunaan bahan dan biaya, maka metode optimal dalam sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 adalah metode ke-4. Fragmen DNA yang diperoleh masih perlu dikonfirmasi dengan uji sekuensing susunan nukleotida."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S-31481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat
"Sistem mekanik untuk menempatkan detector GM pada pendeteksian flu burung telah diuat. Persyaratan desain dibuat bertujuan untuk melindungi sistem detector akibat benturan, mudah dibawa, mudah dibuka-pasang. Sistem mekanik untuk sistem detector terdiri dari beberapa bagian elemen mekanik seperti konektor, kabel, pemegang, casing, rumah detector, penutup detector. Bahan mekanik dipilih dari bahan yang menyerap sedikit intensitas radiasi gamma sehingga sistem deteksi memberikan cacahan yang optimal. Perancangan diharapka menjadi peralatan yang handal, mudah dan murah untuk dioperasikan serta dfabrikasi.
"
Tanggerang: Pusat Rekayasa perangkat nuklir Puspiptek- Tanggerang, 2010
PRIMA 7:14 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>