Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junaedi
"Seperti yang telah diperlihatkan oleh Heather Sutherland, bahwa pada masa Hindia Belanda kaum menak (priyayi) mempunyai kedudukan yang strategis dalam kehidupan kenega_raan jika dibandingkan dengan rakyat Indonesia kebanyakan. Tidak sedikit dari kaum menak yang dijadikan pegawai tinggi (pangrehpraja) oleh Pemerintah Hindia Belanda, hal ini demi kepentingan pemerintahan Hindia Belanda sendiri. Sehingga kaum menak pada saat itu menjadi sekelompok kecil saja orang yang dapat duduk di lapisan atas masyarakat Hindia Belanda. Kecuali di daerah-daerah tertentu (Peristiwa Tiga Daerah), rupanya gelora revolusi tidak banyak mempengaruhi kehidupan para menak. Setelah proklamasi kemerdekaan atau setidak-tidaknya sampai dengan akhir tahun 1940-an, Para menak tetap berada di lapisan atas.
Hal inilah yang akan coba diperlihatkan oleh skripsi ini, terutama di Jawa Barat. Di Jawa Barat, terutama sesudah agresi (aksi) militer I para menak tetap berada di lapisan atas bahkan kelihatannya dengan caranya sendiri-sendiri mereka mencoba mempertahankan kedudukannya. Ini terlihat pada diri Suriakartalegawa, Juarsa, Wiranatakusumah bahkan Sewaka. Negara Pasundan yang dibentuk Belanda pada tahun 1948, rupanya telah menjadi media baru bagi keberadaan (pengukuhan) kaum menak di Jawa Barat. Dengan bantuan Belanda mereka akhirnya menduduki posisi-posisi kunci dalam struktur pemerintahan Negara Pasundan. Bahkan bagi Sewaka sendiri yang notabene kaum menak yang beraliran republiken yang selalu menentang Negara Pasundan, adanya Negara Pasundan telah menaikkan kedudukannya sebagai pimpinan tertinggi kaum republiken di Jawa Barat. Penelitian mengenai penulisan skripsi ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1986, hal ini dilakukan mengingat begitu banyak sumber yang harus digali oleh penulis baik lisan (wawancara) maupun tulisan.
Runtuhnya Negara Pasundan, demikian judul skripsi ini, darinya penulis mendapatkan kesimpulan yang antara lain, bahwa para menak yang sejak masa Hindia Belanda mendudu_ki lapisan atas dalam struktur masyarakat Indonesia, pada pasca proklamasi kemerdekaan atau setidak-tidaknya menjelang tahun 1950 kedudukan mereka tidak tergoyahkan. Tetapi sejak Negara Pasundan menyerahkan mandatnya dan daerah Jawa Barat digabungkan kembali ke dalam RI makes dominasi para menak kelihatannya ikut sirna. Runtuhnya Negara Pasundan jugs berarti gagalnya politik negara boneka Belanda di Jawa Barat dan Indonesia umumnya."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Roseno
"Perang Kedondong meletus sebagai akibat campur tangan penguasa Belanda dalam urusan keraton, mulai dari soal etika sampai campur tangan dalam penentuan siapa yang akan menjadi sultan, Sejak akhir abad tujuh belas, ketidakpuas_an rakyat Cirebon telah terbentuk akibat politik pemerasan yang dijalankan oleh Belanda, berupa banyaknya pajak yang harus dipikul. Perang Kedondong atau Perang Cirebon (1818) di daerah Cirebon dipimpin oleh Bagus Serit atau Rama Gusti. Tokoh ini menghimpun kekuatan rakyat untuk menyerang benteng dan markas besar Belanda di Palimanan dan membunuh Residen serta orang-orang yang dianggap berkhianat. Perang Kedondong di Cirebon membawa dampak yang luas; kekuasaan dan wilayah sultan-sultan di Cirebon dikurangi, sehingga kerajaan yang sudah kecil itu menjadi semakin sempit. Jumlah kerugian jiwa maupun harta di pihak Bagus Serit, yang sebenarnya cukup besar, tak dapat diketahui dengan pasti karena pada waktu itu belum terasakan pen_tingnva catatan atau dokumentasi. Skripsi ini mendeskrip_sikan dan menganalisis peristiwa-peristiwa panting yang berkaitan dengan Perang Kedondong atau Perang Cirebon, serta hubungan sebab-akibatnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herwin Sumarda
"ABSTRAK
Pemerintahan dan rakyat di Tangerang 1945-1946 sebagai peristiwa rasial pada masa revolusi. Dalam skripsi ini penulis pada tahaf awal menguraikan latar belakang geagrafis dan sosial ekonomi maayarakat Tangerang yang meliputi keadaan geagrafis, kondisi sosial ekonomi, khususnya masyarakat Cina. lden_tifikasi selanjutnya penulis juga membahas faktor kepemimpinan dengan membagi beberapa golongan kepemimpinan antara lain ; Golongan Birokrasi, Go1ongan Ulama dan Golongan Jawara sebagai faktor penggerak peristiva rasial yang terjadi.
Masalah pemerintahan juga menjadi kupasan di dalam skripsi ini yang me_liputi faktor-faktor ; periado pendudukan Jepang, pengaruh Proklamasi kemerde_kaan 17 Agustus 1945, tenaga-tenaga revolusioner yang sudah ada, sampai kepada reaksi pendaulatan dan pengambil alihan kekuasaan dari penguasa resmi setempat oleh Dewan Rakyat Tangerang, yang berakhir pada puncaknya dengan timbulnya peris_tiwa rasial antara penduduk Cina dengan orang-orang pribumi yang ditutup dengan kesimpulan.

"
1985
S12280
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia, 2011
297.095 9 LUB s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyati
Jakarta: Kencana, 2010
297.8 SRI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Pustakaningrat
"Penelitian mengenai Cirebon Di Masa Revolusi ; Dari Linggarjati Hingga Pengakuan Kedaulatan ini dilakukan dari tahun 1985-1987, bertempat di Jakarta, Bandung dan Cirebon. Tujuannya adalah untuk mengetahui peristiwa-peristiwa serta peranan Cirebon selama periode revolusi (1946-1949). Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan dan wawancara, serta peninjauan ke lokasi dimana peristiwa itu terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan yang terjadi di daerah Cirebon memegang peranan penting dalam menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan negara RI. Kerjasama antara pihak Angkatan Bersenjata, Badan-Badan Perjuangan/ Laskar, dan dukungan rakyat telah berhasil mengusir musuh (Belanda). Walaupun semula Cirebon sempat diduduki Belanda namun semangat perjuangannya tidak pernah padam, bahkan kemudian bangkit dan menjadi pelopor pengembalian negara Pasundan ke pangkuan RI."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kraton Kasepuhan adalah kraton yang tertua yang terdapat di Cirebon. Kraton ini merupakan kraton dari jaman peralihan Hindu Islam. Dari sudut arkeologi, kraton merupakan data yang panting untuk mengetahui sistem masyarakat dan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Dari bangunan kraton ini terpancar bagaimana tingkat ekonomi sebuah kerajaan sebagaimana terlihat dari kemegahan dan keindahan bangunan kraton dan bagaimana tingkat budaya serta kesenian dari masyarakatnya. Di dalam alam pikiran orang Jawa, raja disamakan dengan dewa (Schrieke 1957:9-10 Stutterheim 1931:1-5). Kraton sebagai tempat tinggal raja, disamakan dengan kerajaan Dewa Indra di puncak gunung Meru. Oleh sebab itu setiap unsur dan keletakan bangunan tentunya merupakan perlambangan dan mempunyai fungsi tertentu. Berdasarkan pemikiran ini menjadi pertanyaan apakah pola pemikiran ini masih berlangsung terus pada kraton-kraton jaman peralihan Hindu-Islam di Jawa. Penelitian tentang kraton Kasepuhan pada tahun 1918 telah dilakukan oleh F.D.K Bosch, yang menurut pendapatnya gaya_"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Judi Wahjudin
"ABSTRAK
Keraton Kasepuhan merupakan keraton tertua yang terdapat di Cirebon, dan dari sudut disiplin ilmu Arkeologi merupakan data yang penting untuk mengetahui aktivitas dan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud seni keraton yang masih dapat diamati ialah artefak yang berupa ukiran-ukiran kayu. Penelitian ini hanya dibatasi pada ukiran-ukiran kayu di Keraton Kasepuhan. Ukiran-ukiran yang dijadikan obyek kajian dalam penetian ini terdapat pada komponen-komponen bangunan berupa irik, tiang dan pintu. Berdasarkan kualitas, kuantitas dan variasi ukirannya, hanya ukiran-ukiran yang terdapat pada 16 bangunan di kompleks Keraton Kasepuhan yang dijadikan obyek kajian. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penggambaran motif hias pada seni ukir kayu di Keraton Kasepuhan, serta hubungannya dengan keletakan dan kegunaannya. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah melalui (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ditemukan 5 bentuk motif hias , yaitu: motif tumbuhan, motif binatang, motif geometri, motif figuratif dan motif alam. Struktur keleta_kan motif-motif tersebut pada tiang dan irik terlihat mempunyai keteraturan dan bersifat simetris, sedangkan struktur keletakan pada pintu terlihat lebih rumit dan penuh. Secara umum, motif-motif hias yang diukirkan berfungsi estetis, tetapi berdasarkan keletakannya pada setiap bangunan dan hubungannya dengan keletakan bangunan-bangunan tersebut pada setiap halaman, diduga mempunyai fungsi yang bersifat simbolis atau menjadi indiaktor status sosial dan fungsi dari bangunan_-bangunannya. Hal ini terlihat dari kualitas tekstur, variasi, jenis ukiran, warna dan komposisinya. Semakin penting fungsi bangunannya, maka semakin tinggi kualitas seni ukirnya. Hasil akhir dari peneltian ini telah memperlihatkan bahwa seni ukir kayu di Keraton Kasepuhan ternyata karya seni yang mempunyai arti yang bermakna budaya, memperlihatkan gaya, mempunyai medium yang merangsang pancaindera dan memerlukan kemahiran khusus (Anderson, 1989:6-27). Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat sementara. Oleh karena itu penelitian serta pengujian lebih dalam masih dibutuhkan.

"
1996
S11867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Muchtar
"Daerah Cirebon termasuk wilayah Jawa Barat yang bila ditinjau dari segi ekonomi, sosial dan politik baik semenjak masa perjuangan mengusir penjajah maupun sampai Indonesia merdeka, daerah ini memiliki kondisi serta geo_grafis yang strategis. Daerah ini memakai dua bahasa daerah yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa Cirebon. Di masa pemerintahan kolonial Belanda juga di masa pendudukan Jepang, wi_layah Cirebon dibagi ke dalam empat kabupaten yaitu : Kabupaten Cirebon - Kanupaten Indramayu - Kabupaten Naj alengka- Kabupaten Kuningan Kabupaten Cirebon dan Indramayu merupakan wilayah yang terletak di bagian pesisir. Ketika tentara Jepang mengadakan penyerbuan ke pulau Jawa, mereka mempergunakan desa pantai Eretan di Indramayu sebagai salah satu tempat mendarat. Ke_jadian ini di luar dugaan pemerintahan Hindia Belanda. Di dalam kota Cirebon terdapat tiga wilayah ke_sultanan. Daerah kesultanan itu dapat disebutkan sebagai_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S12316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Batarfie
"ABSTRAK
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk nenggambarkan secara jelas peristiwa Revolusi Kebudayaan (1965-1969), yang menitik beratkan pada pertentangan antara Mao Zedong dan Liu Shaogi. Revolusi Kebudayaan adalah suatu revolusi untuk mentransformasikan peradaban bangsa dan untuk merubah sikap manusia agar tercipta seorang manusia kolektif yang sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada perjuangan kelas, garismassa, dan pendekatan Maois menuju transformasi sosialis.Dalam perkembangan selanjutnya Revolusi Kebudayaan yang dilancarkan oleh - Mao lebih merupakan suatu kekuatan untuk menghancurkan bangunan atas atau penguasa Partai yang mengambi] jalan kapitalis..Periode tahun 1965 merupakan periode pengkonsolidasian kediktatoran proletar.'Periode tahun 1966-1969 merupakan periode persaingan atau perebutan ke_kuasaan (power struggle) antara elit politik dan penguasa di Cina. Pada perio_de ini Mao mencari dukungan di luar Partai seperti Pengatral Merah, yaitu para pemuda-pemudi yang diorganisir menjadi kelompok yang bersifat militer dan mili_tan. Selain itu, Mao juga mengandalkan kekuatan Tentara Pembebasan Rekyat/TPR yang ditandai dengan pembentukan Komite Revolusioner. Kekuatan-kekuatan Pengawal Merah dan TPR digunakan Mao untuk membangun kembali supremasi otoritasnya dan memastikan keabadian ideologi serta pemikiran Mao yang mulai memudar pada awal Revolusi Kebudayaan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Revolusi Kebudayaan sesungguhnya dirancang oleh Mao untuk memurnikan gagasan ideologi dan menciptakan masyarakat sosialis berdasarkan pikiran-pikiran Mao. Namun, jalan yang ditempuh untuk men_capai tujuan itu secara tak terelakkan harus melalui perebutan kekuasaan..

"
1986
S12944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>